Paris Saint Germain tampak tidak mau berlama-lama untuk menentukan nasib seorang Mauro Icardi. Pada Minggu (31/5) kemarin, pemenang Liga Prancis musim 2019/20 ini resmi mempermanenkan status penyerang Argentina tersebut. Kubu PSG resmi membeli Icardi dengan nilai 50 juta Euro dan tambahan 8 juta Euro sebagai bonus.
“Internazionale Milano mengumumkan transfer Mauro Icardi ke Paris Saint Germain. Striker kelahiran 1993 ini pindah secara permanen. Klub mengucapkan terima kasih atas enam tahun yang dihabiskan di sini dan kami berdoa yang terbaik untuk masa depannya,” kata Inter Milan melalui situs resmi mereka.
Icardi sendiri akan bertahan di Paris hingga 2024. Nilai 50 juta Euro sebenarnya jauh lebih rendah dari kesepakatan awal. Ketika pindah pada awal musim lalu, harga yang disepakati jika PSG mau membeli Icardi sebenarnya adalah 70 juta Euro. Inter rugi sekitar 12 juta Euro.
Meski begitu, mereka sebenarnya bisa saja mendapat uang 70 juta Euro jika ke depannya PSG menjual Icardi ke klub Italia lain. Dalam kesepakatan, Inter akan mendapat 15 juta Euro tambahan jika mereka melepas Icardi kembali ke klub Liga Italia lainnya. Selain itu, uang 50 juta plus 8 juta tambahan dinilai cukup sepadan mengingat harga pemain saat ini banyak yang mengalami penurunan akibat virus Corona.
Kabar Icardi akan bertahan di Paris sebenarnya sudah santer terdengar sejak minggu lalu. Dikutip dari berbagai media, Alumni La Masia ini ingin sekali segera permanen. Bahkan, ia sudah mengungkapkan keinginan tersebut secara langsung kepada direktur PSG, Leonardo.
Keputusan yang Tepat
Keputusan PSG untuk mempermanenkan status Icardi adalah pilihan yang tepat. Pasalnya, pemain kelahiran Rosario ini tampil cukup baik sepanjang musim 2019/2020. Ia mencetak 20 gol dari 31 penampilan di semua kompetisi. 12 diantaranya dibuat pada kompetisi Ligue 1. Jumlah golnya bisa semakin banyak jika kompetisi tidak berhenti karena pandemi.
Dengan 12 gol, ia menjadi pencetak gol terbanyak ketiga klub setelah Kylian Mbappe (18 gol) dan Neymar (13 gol). Selain itu Icardi juga menjadi top skor PSG pada kompetisi Liga Champions dengan lima gol bersama dengan Mbappe.
Selain itu, Icardi juga menjadi pengganti yang tepat bagi Edinson Cavani. Penyerang asal Uruguay ini kemungkinan besar akan hengkang musim depan mengingat kontraknya habis musim ini. Karena Icardi pula, Cavani mulai jarang dimainkan terlepas dia juga mulai mengalami cedera dan usianya yang sudah tua.
Tuchel sendiri beberapa kali menyebut kalau dia puas dengan permainan Icardi. Sang striker dianggap tidak hanya bisa mencetak gol melainkan juga bisa membuka ruang bagi rekan setimnya. Inilah yang membuat Tuchel tampaknya tidak ragu untuk melepas Cavani karena kini dia sudah punya Icardi.
Bagi Icardi, PSG jelas menjadi tempat yang cocok untuk meraih gelar. Gelar Liga Prancis musim 2019/2020 adalah trofi mayor pertama Icardi sepanjang karier. Peluang untuk meraih trofi Liga Champions juga besar mengingat PSG cukup rajin bermain pada turnamen Eropa tersebut.
Bandingkan jika dia bertahan di Inter. Dominasi Juventus tampaknya belum akan berakhir dalam waktu dekat. Selain itu, penampilan Inter juga masih jauh dari kata konsisten. Bersama PSG, ia bisa mengangkat trofi lebih sering karena di sana bercokol banyak pemain kelas dunia seperti Angel Di Maria, Kylian Mbappe, Neymar, dan Marco Verratti.
Masalah Inter Milan Akhirnya Hilang
Bagi Inter, kehilangan Icardi mungkin menjadi sebuah kerugian. Setidaknya jika berkaca dari statistik si pemain selama membela La Beneamata. Enam musim bermain di kota Milan, ia membuat 124 gol dari 219 pertandingan. Bersama Inter, dua kali dia menjadi pencetak gol terbanyak Serie A.
Jumlah tersebut membawa Icardi berada pada urutan kedelapan pencetak gol terbanyak Inter sepanjang masa. Bahkan torehannya melebihi beberapa striker legendaris Inter lainnya seperti Ronaldo, Diego Milito, dan Zlatan Ibrahimovic. Setelah era treble winners, Icardi merupakan penyerang sekaligus pemain terbaik yang pernah dimiliki Inter Milan.
Akan tetapi, tidak sedikit penggemar Inter Milan yang bersyukur kalau klub kebanggaannya melepas Icardi terlepas dia adalah pencetak gol terbanyak mereka. Hal ini tidak lepas dari musim-musim terakhirnya di kota Milan yang penuh dengan masalah khususnya soal attitude.
Pada 2016, Icardi mengkritik Curva Nord 1969 dalam buku otobiografi-nya. Ia menyebut kalau pendukung Inter tidak menghargai tim saat kalah. Masih dalam buku yang sama, ia juga siap bertarung satu lawan satu dengan beberapa pentolan Curva Nord.
Keadaan diperparah dengan sosok sang Wanda Nara. Istri sekaligus agen Icardi ini kerap mengontrol penuh Icardi secara berlebihan. Ia sempat meminta gaji yang sangat tinggi sehingga tidak bisa dipenuhi oleh manajemen tim. Selain itu, Wanda kerap membeberkan rumor negosiasi kontrak antara keduanya sehingga membuat hubungan Inter dan Icardi mulai terbelah.
Puncak dari konflik Inter dengan Icardi adalah ketika si pemain menolak bermain ketika Inter bertanding melawan Rapid Wien musim lalu. Cerita ini diikuti dengan dicopotnya ban kapten dari lengan ke Icardi dan diberikan kepada Samir Handanovic.
Rentetan masalah ini yang membuat penggemar Inter banyak yang bersyukur ketika Icardi pindah. Lagipula, kini mereka sudah bisa move on karena telah memiliki Lautaro Martinez, pemain Argentina lain yang sedang diproyeksikan untuk menjadi pencetak gol tajam lainnya. Keberadaan Martinez ditambah dengan sosok Lukaku yang sejauh ini bisa menutupi kekosongan yang ditinggalkan Icardi.
Sebuah negosiasi yang menghasilkan win-win solution. PSG mendapat striker baru pengganti Cavani, sementara Inter mendapat untung dari penjualan Icardi, dan tidak akan pernah mendengar ocehan dari Wanda Nara.