Max Aarons, Perjalanan Karier Tak Terduga dan Norwich City

Foto: To The Lane and Back.

Pemain muda Inggris, Max Aarons, memiliki rute yang tidak biasa dalam karier sepakbolanya. Di setiap skenario perjalanan kariernya banyak sekali hal-hal yang tidak pasti. Padahal sebenarnya, bek kanan milik Norwich itu punya potensi yang akan menjadikannya sebagai pemain professional terbaik di masa depan.

Max Aarons mulai bermain sebagai pemain sepakbola di Luton. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan Luton pada usia 14 tahun setelah menolak tawaran kontrak baru dari klub lokal kota tersebut. Ia memiliki ambisi besar untuk bergabung dengan klub-klub kelas atas, dan itulah sebabnya mengapa ia pernah diuji oleh Tottenham setelah kepergiannya dari Luton –meski kariernya di sana langsung berakhir sebelum waktunya.

“Saya ditawari kontrak baru di Luton tetapi saya menolaknya karena saya ingin datang ke klub dengan status kategori satu, yang mana pesepakbola akademi mendapatkan lebih banyak jam pelatihan. Saya kemudian pergi dan mencoba karier saya ke Tottenham, namun tidak berhasil,” tutur Max Aarons dilansir dari The Guardian.

Setelah menolak tawaran kontrak dari klub lokal Luton, Aarons mendapati dirinya tanpa klub. Namun, ketika ia mulai bertanya-tanya apa yang harus dilakukan selanjutnya, kesempatan yang menarik muncul. Saul Isaksson-Hurst, seorang pelatih yang dulu bekerja di Chelsea, menghubunginya dan bertanya “apakah Aarons ingin melakukan pelatihan secara sendirian?” Dan akhirnya, Isaksson-Hurst merasa cocok dengan Aarons, dan lalu menerimanya untuk bergabung dengan akademi yang ia urus.

Namun, Max Aarons tidak tahu apakah ada pemain yang telah melakukan hal serupa sepertinya dengan bergabung bersama seseorang yang sukarela melatihnya tanpa sebuah tim. Meski sebetulnya, satu rekan setimnya di Norwich Jamal Lewis pernah menghabiskan satu tahun menjelajahi karier di bidang atletik, tetapi itu merupakan hal yang jauh berbeda dengan apa yang pernah dilakukan Aarons. Aarons telah mengambil risiko besar. Ada bahaya mengancam jika ia terus berada dalam jenis latihan seperti itu.

“Itu (latihan sendirian) membawa permainan saya ke tingkat yang lebih tinggi. Saya merasa lebih tajam daripada melakukan pelatihan dengan tim mana pun. Meski resiko besar memang hampir terjadi. Saya pergi ke beberapa klub yang berbeda dan melakukan uji coba di sana-sini. Tidak ada yang konkret. Begitu sulit menjadi pemain muda, dan pergi ke tempat-tempat di mana Anda tidak mengenal siapa pun,” tandas Aarons.

“Sebelum saya mendapatkan kesempatan terakhir kali saya ketika datang ke Norwich, saya hanya berlatih dengan MK Dons. Saya ada di sana selama sekitar enam minggu, dan saya hanya melakukan pelatihan. Saya memiliki sekitar enam pertandingan di sana, di mana mereka yang menempatkan saya sebagai pemain yang sangat baik.”

“Setelah itu, saya diadili selama tiga atau empat minggu sebelum menandatangani kontrak sebagai lulusan akademi Norwich City. Ketika saya datang ke sini, rasanya klub ini memiliki aura seperti di rumah karena saya tahu banyak staf di sini yang saya lumayan kenal, dan banyak pemain yang dulu bermain dengan saya di Luton –yang datang ke sini bersama Gregg.”

Tapi yang jelas, latihan personal Max Aarons berhasil membuatnya berkembang sampai saat ini. Bahkan, latihan itulah yang menjadikan permainannya menjadi khas dan penuh skil. Oleh sebab itu, wajar mengapa Max Aarons yang sekarang lebih mudah untuk beradaptasi dengan sekelilingnya, terutama ketika ia mulai beraim untuk Norwich City pada 2018.

Selain itu, ia juga benar-benar mengagumi kompleks akademi baru di Norwich, yang diresmikan selama musim panas lalu, setelah sebelumnya berhasil membuat ia menjadi lebih profesional. Kemajuan ini sangat terasa bagi Aarons, meski di satu sisi ia bukanlah satu-satunya lulusan yang masuk ke tim utama. Terdapat beberapa nama seperti Todd Cantwell, Ben Godfrey dan Lewis, yang juga sekarang menjadi pemain tetap di tim utama.

Di sisi lain, Max Aarons sendiri telah membuat kemajuan pesat sejak debutnya pada Agustus 2018, dan di musim ini, ia berhasil mendapatkan tempat di tim Championship. Ia adalah pemain tim nasional Inggris U-21 dan sempat dikaitkan dengan kepindahannya ke United di musim panas kemarin. Selain itu, belakangan ini Tottenham Hotspur juga sangat tertarik merekrut Aarons setelah mereka sedang membutuhkan bek kanan baru.

Jika berkaca pada permainannya, tidak ada kekurangan yang begitu signifikan dari bek sayap muda tersebut. Mungkin, tidak lama sebelum Max Aarons bermain, terdapat dua nama bek kanan muda Inggris yang juga sangat bertalenta seperti Trent Alexander-Arnold dan Aaron Wan-Bissaka. Bahkan sekarang, mereka berdua mulai bersaing untuk mengisi tempat di tim utama timnas Inggris sebagai bek kanan pilihan pertama.

Namun, Max Aarons juga memiliki kemampuan yang setidaknya sama dengan kedua pemain tersebut. Kesukaannya dalam memainkan peran menyerang sering membuatnya ditempatkan sebagai pemain sayap. Tipikal permainan Aarons ini merupakan kombinasi antara permainannya sendiri, dan hasil adopsi dari permainan bek kanan yang sangat dikaguminya, yaitu Kyle Walker.