Medali emas Sea Games 1991 menjadi prestasi terakhir tim nasional Indonesia dalam cabang olahraga sepakbola. Sejak kesuksesan di Filipina tersebut, timnas senior Indonesia selalu kesulitan meraih prestasi. Mereka memang berhasil meraih Piala Kemerdekaan pada 2008, akan tetapi gelar ini terasa pahit karena diwarnai dengan mundurnya lawan timnas di final yaitu Libya.
Namun sebenarnya, medali emas Sea Games 1991 bukanlah prestasi tertinggi yang pernah diraih tim nasional. Jika hanya berkaca dari pencapaian, maka prestasi tertinggi Indonesia dalam turnamen sepakbola terjadi pada tahun 1958. Ketika itu, mereka berhasil merebut medali perunggu pada cabang sepakbola Asian Games yang diselenggarakan di Tokyo, Jepang.
Kesuksesan ini datang dua tahun setelah keberhasilan timnas Indonesia menahan imbang 0-0 Uni Soviet pada Olimpiade 1956 di Melbourne, Australia. Ketika itu, Indonesia adalah salah satu negara yang punya tim sepakbola kuat di kawasan Asia. Keberhasilan menahan imbang tim sekelas Uni Soviet menjadi modal penting bagi mereka untuk bisa meraih prestasi yang lebih tinggi lagi.
Lagipula, timnas Indonesia saat itu belum bisa menerima hasil empat tahun sebelumnya. Pada Asian Games edisi kedua di Manila, mereka gagal masuk final setelah kalah dari Taiwan dengan skor 2-4. Nasib mereka kembali apes, setelah dikalahkan oleh Burma (Myanmar) dengan skor 5-4 dalam perebutan medali perunggu. Sedangkan pada Asian Games edisi pertama, mereka langsung tersingkir pada kualifikasi pertama setelah kalah dari India dengan sekor 0-3.
Persis seperti empat tahun sebelumnya, langkah Indonesia juga sudah mantap sejak babak penyisihan. Pada 25 Mei, mereka berhasil mengalahkan Burma dengan skor 4-2. Kekalahan empat tahun sebelumnya berhasil mereka balas. Tiga hari kemudian, mereka kembali meraih kemenangan setelah menang tipis 2-1 dari India. Dengan mengantungi poin empat (kemenangan masih dihargai dua poin saat itu) mereka berhasil finis sebagai juara grup B.
Skuad asuhan Antun Pogacnik bertemu Filipina pada babak perempat final. Kekuatan mereka kembali tidak bisa dibendung dengan meraih kemenangan telak 5-2. Mereka lolos ke semifinal dan akan bertemu dengan Taiwan.
Aroma balas dendam kembali hadir dari pertemuan kedua kesebelasan ini. Pasalnya, Taiwan adalah negara yang membuat langkah Indonesia terhenti pada babak semifinal empat tahun sebelumya. Pada empat tahun lalu, Taiwan mengalahkan Indonesia dengan skor 4-2. Tony Pogacnik jelas tidak ingin timnya tersandung lagi dari lawan yang sama dalam dua ajang berturut-turut.
Indonesia sebenarnya punya kesempatan untuk membalas kekalahan 1954 ketika bertemu dalam babak kualifikasi Olimpiade 1956. Akan tetapi, pertandingan ini urung dilaksanakan karena Taiwan mengundurkan diri dan didiskualifikasi. Ketika bertemu lagi pada 1958, Indonesia jelas tidak mau melewatkan kesempatan ini.
Apes, langkah Indonesia kembali kalah dari Taiwan dengan skor 1-0. Lagi-lagi mereka gagal melaju ke final. Taiwan sendiri akhirnya yang meraih medali emas setelah mengalahkan Korea Selatan dengan skor 3-2 melalui babak perpanjangan waktu.
“Kekalahan atas Taiwan disebabkan karena kami kurang cepat dalam bertahan ke menyerang (transisi). Indonesia mendapat empat peluang namun semuanya gagal, sedangkan Taiwan membuat satu peluang dan langsung mencetak gol,”kata Maulwi Saelan, seperti dikutip dari Liputan 6.
Meski gagal melangkah ke final, namun Indonesia punya kesempatan untuk membawa pulang medali karena bermain dalam perebutan medali perunggu. Membawa sesuatu jelas jauh lebih baik ketimbang pulang dengan tangan kosong. Inilah yang coba dilakukan timnas Indonesia. Kebetulan, lawan mereka adalah India yang sudah pernah mereka kalahkan pada babak penyisihan grup. India tampak bukan menjadi hadangan berarti bagi Indonesia karena mereka berhasil mengalahkan mereka dengan skor telak 4-1.
Itulah kali pertama dan terakhir timnas Indonesia mendapatkan medali pada cabang olahraga Asian Games. Sejak saat itu, prestasi mereka pelan-pelan mulai menurun dan sulit untuk bersaing lagi pada ajang ini. Empat tahun setelahnya, Indonesia tersingkir pada babak grup karena kalah dalam undian dengan Malaysia. Nasib yang tragis mengingat Indonesia, Malaysia dan Vietnam Selatan saat itu sebenarnya memiliki poin yang sama.
Pada dua penyelenggaraan Asian Games berikutnya (1966 dan 1970), mereka tersingkir pada babak perempat final. Itulah terakhir kali mereka mengirimkan kontingen ke cabang sepakbola sebelum memilih untuk tidak berpartisipasi sejak 1974 hingga 1982 sebelum kembali finis pada posisi keempat pada Asian Games 1986. Sempat tidak berpartisipasi hingga 2002, Indonesia kembali mengirimkan tim sepakbola pada Asian Games 2006.
Pada 2018, Indonesia punya peluang untuk mengulangi prestasi 60 tahun silam. Asian Games saat itu digelar di Indonesia lebih tepatnya di Jakarta dan Palembang. Memasang target finis mencapai semifinal, apa daya langkah skuad asuhan Luis Milla saat itu mentok pada babak 16 besar setelah kalah adu penalti melawan Uni Emirat Arab.