Lagu kebangsaan adalah salah satu bentuk kebanggaan sebuah negara. Bukti bahwa mereka telah merdeka. Dengan lantang menyuarakan identitas atas dasar nasionalisme dan patriotisme. Paling tidak itulah hasil pemaknaan dari deskripsi singkat Wikipedia terkait lagu kebangsaan.
Dalam dunia sepakbola internasional, lagu kebangsaan selalu dikumandangkan sebelum pertandingan. Untuk beberapa ajang olahraga lain, lagu tersebut adalah bukti pencapaian tertinggi dan pengakuan dunia terhadap prestasi sebuah bangsa.
Ketik saja ‘Indonesia Raya berkumandang di Olimpiade’ dalam kolom pencarian Google. Lebih dari 10 halaman akan muncul memuat berita yang memberi nada positif dan bangga atas pencapaian para atlet Indonesia di pesta olahraga dunia tersebut.
Tapi tidak semua membanggakan lagu kebangsaan mereka. ‘The Star-Spangled Banner’ mungkin menjadi satu-satunya lagu kebangsaan kontroversial dalam tiga tahun terakhir. Ketika tim nasional perempuan mereka tampil di Piala Dunia 2019, kontroversi itu memiliki potensi untuk meluas.
Semua berawal dari aksi berlutut pemain American football, Colin Kaepernick ketika lagu kebangsaan Negeri Paman Sam itu dikumandangkan sebelum pertandingan. Sekalipun pihak National Football League (NFL) sudah membuat kesepakatan dengan Kaepernick, menutup kasus tersebut, namun masih banyak atlet di Amerika Serikat yang melakukan aksi serupa.
Pasalnya, aksi Kaepernick itu membawa isu yang besar. Sebuah bentuk protes terhadap kekerasan polisi dan ketimpangan sosial bedasarkan ras di negaranya. Salah satu atlet yang mendukung aksi Kaepernick adalah kapten tim nasional perempuan Amerika Serikat, Megan Rapinoe.
Perlawanan Sepakbola Amerika Serikat ?
Foto: Washington Post
Rapinoe mendukung bentuk protes tersebut tidak lama setelah Kaepernick memulainya. Ia sempat jadi pemain paling dibenci para suporter, namun menuju Piala Dunia 2019, Rapinoe justru dipercaya sebagai kapten bersama Alex Morgan dan Carli Lloyd.
“Ini memang terlihat gila [dipercaya sebagai kapten]. Bagaimana saya yang sedang menjalankan protes dipercaya jadi kapten cukup menarik. Saya merasa didukung para petinggi sepakbola Amerika Serikat,” kata Rapinoe.
Saat aksi Kaepernick mulai diikuti oleh pemain-pemain NFL lainnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump sempat meminta pemilik klub untuk memecat mereka yang berlutut ketika lagu kebangsaan dikumandangkan. Perintah itu justru dilawan oleh sebagian pemilik klub dengan ikut berlutut dan menggandeng tangan para pemainnya.
Mungkin dari pihak sepakbola ingin melakukan hal serupa, yang jelas dirinya sudah mendapatkan restu Jill Ellis, selaku kepala pelatih tim. “Menurut saya, dirinya telah memperlihatkan sikap bahwa dia siap berjuang untuk teman-temannya,” puji Ellis.
“Rapinoe adalah pemain luar biasa dan memiliki pengaruh di dalam atau luar lapangan,” lanjutnya. Mengingat Amerika Serikat datang ke Prancis sebagai juara bertahan dan pemilik gelar terbanyak di Piala Dunia, perhatian tentu akan muncul.
Apalagi Rapinoe mengatakan bahwa dirinya tidak akan pernah menyanyikan ‘The Star-Spangled Banner’ lagi sepanjang kariernya. “Saya tidak akan pernah menaruh tangan di dada lagi. Saya tidak akan pernah menyanyikan lagu kebangsaan Amerika Serikat lagi,” kata Rapinoe.
Berjiwa Aktivis Sejak Muda
Foto: Players Tribune
Melihat keadaan negaranya dipimpin oleh sosok yang ia anggap rasis, seksis, misoginis (membenci perempuan), Rapinoe tidak ragu untuk mengambil sikap.“Saya adalah papan protes berjalan,” kata Rapinoe.
Menurut pemain kelahiran 5 Juli 1985 itu, Amerika Serikat mengalami kemunduran sejak dipimpin Trump. Selama diskriminasi masih ‘dipromosikan’, Rapinoe akan terus melawan.
Jiwa aktivis itu sudah hidup di Rapinoe sejak masih kanak-kanak. Hidup lima bersaudara, mereka semua sudah menyukai olahraga sejak kecil. Saat kembarannya, Rachael, menjadi korban intimidasi dan kekerasan di sekolah, Megan yang maju melakukan konfrontasi.
“Nilai-nilai itu sudah ditanamkan oleh orang tua kami sejak kecil. Bagaimana menghormati orang lain, saling mengasihi, membantu sesama, dan tidak menciptakan prasangka. Dia [Megan] akhirnya tumbuh menjadi sosok yang sangat membumi,” kata Rachael.
Bukan Sekedar Politik
Foto: New York Post
Kaepernick mungkin sudah menemukan kesepakatan dengan NFL. Tapi perjuangannya belum berakhir. Megan Rapinoe akan membawa perjuangan itu ke kancah sepakbola dunia di Prancis. Semoga saja hal ini tidak merusak citranya sebagai pesepakbola berkualitas.
Sebagai pemain, Rapinoe sudah mewarnai tim nasional senior sejak 2006. Tampil lebih dari 150 kali dan memenangkan dua Gold Cup, medali emas di Olimpiade Beijing, serta satu gelar Piala Dunia bagi negaranya.
Itu belum termasuk pengalamannya di level klub. Ia juga masuk ke dalam nominasi Ballon d’Or 2018. Disejajarkan dengan Marta, Lieke Martens, Sam Kerr, Lucy Bronze, dan 10 nama lainnya. Termasuk pemenang penghargaan tersebut, Ada Hegerberg.
Jangan sampai aksi protes Rapinoe menututupi kualitasnya di atas lapangan. Sebaliknya, biarkan hal itu memperkaya ‘warisannya’ kepada sepakbola.
“Rapinoe merupakan sosok yang tidak kenal takut. Selalu berani memperjuangkan nilai-nilai yang ia percaya. Itu adalah contoh yang sangat baik untuk para pemain muda,” puji gelandang tim nasional Amerika Serikat, Rose Lavelle (24).