Memahami Kekecewaan Louis van Gaal (2): Persamaan Solskjaer dan Mourinho

Louis van Gaal sempat dicap sebagai pelatih yang membuat permainan Manchester United membosankan. The Red Devils mungkin dominan dalam hal penguasaan bola. Namun, tetap sedikit peluang yang mereka hasilkan. Hal ini pun dibantah oleh Van Gaal.

“Itu tidak benar. Anda bilang itu membosankan. Mengapa itu membosankan? Mungkin jadi serangan yang membosankan karena lawan memarkir bus. Lalu, Anda harus bermain dengan tempo yang lebih tinggi, yang mana itu sulit. Lalu Anda harus melihat jenis pemain seperti apa yang Anda punya,” kata Van Gaal.

Jenis pemain yang dibutuhkan Van Gaal nyatanya tak ada di United. Wayne Rooney awalnya diproyeksikan sebagai pemain “Nomor 10” yang fungsinya menyuplai pemain “Nomor 9” dalam hal ini Robin van Persie. Meski Van Gaal begitu memaksimalkan Van Persie di timnas Belanda, tapi ia merasa kalau Van Persie tak cukup fit untuk bermain di Premier League.

“Ini artinya Rooney adalah striker terbaik yang kami miliki. Namun, Manchester United butuh striker terbaik di dunia,” ungkap Van Gaal.

Untuk itu, mantan pelatih FC Barcelona ini berusaha untuk mengatasi masalah. Ia pun mendatangkan Angel di Maria, Radamel Falcao, dan Bastian Schweinsteiger, yang didatangkan dengan biaya besar. Di Maria dan Falcao hanya bertahan semusim, sementara Schweinsteiger ditransfer ke Chicago Fire pada Maret 2017.

Di Maria sebelumnya menyalahkan Van Gaal atas kegagalannya di Manchester United. Pasalnya, Van Gaal menempatkannya di posisi yang salah. Van Gaal pun mengelak. Ini karena Van Gaal merasa selalu menempatkan Di Maria di area penyerangan. LVG malah menyalahkan pemain Paris Saint-Germain ini.

“Dia tak pernah meyakinkanku di semua posisi itu. Dia tak bisa menghadapi tekanan terus menerus saat dengan bola di Premier League. Itu adalah masalahnya,” kata Van Gaal. “Aku membeli Schweinsteiger karena kami perlu kapten di atas lapangan. Dia tak melakukannya. Dia cedera. Dia punya alasan.”

Van Gaal ingin striker kelas satu. Ada sejumlah nama yang ditawarkan padanya, tapi tak sesuai ekspektasinya karena Van Gaal ingin striker pilihan pertama atau kedua. Untuk itu, ia hanya mendapatkan pilihan keempat atau kelima yang jatuh pada Falcao. Sayangnya, striker AS Monaco ini cedera. Ini pula yang membuat MU mendatangkan Falcao dengan status pinjaman.

Tentang Solskjaer dan Mourinho

Van Gaal pun mengkritisi bagaimana media melihat segala sesuatu tanpa menggunakan fakta yang cukup. Salah satunya, ketika media memuji Ajax Amsterdam yang mengalahkan Real Madrid di Santiago Bernabeu. Menurut Van Gaal, justru penampilan Ajax di kandang yang saat mereka kalahlah yang lebih baik, ketimbang saat menang di Spanyol.

“Media tidak menganalisis pertandingan. Mereka menganalisis hasil,” ungkap Van Gaal.

Ini pula yang menjadi alasan mengapa Manchester United mempermanenkan Ole Gunnar Solskjaer sebagai manajer mereka.

“Orang-orang berpikir kita cuma punya berita bohong sejak Donald Trump menjadi presiden. Di sepakbola kami memilikinya selama 50 tahun. Pelatih setelah saya [Mourinho] mengubah taktik ke parkir bus dan mengandalkan serangan balik. Kini ada pelatih yang juga memarkir bus dan memaksimalkan serangan balik. Perbedaan utama antara Mourinho dan Solskjaer adalah Solskjaer bisa menang,” kata Van Gaal.

Van Gaal pun membela diri dengan menyebut kalau gaya main Manchester United sekarang tidaklah sama dengan yang dilakakukan Sir Alex Ferguson. Pasalnya, MU bermain lebih defensif dengan mengandalkan serangan balik.

“Kalau Anda berpikir itu lebih menarik ketimbang strategi serangan-membosankanku, OK. Tapi itu bukanlah kenyataannya. Solskjaer hanya kalah dua kali dan dia berhasil melaluinya.”

“Amat penting bagi Manchester United lolos ke Liga Champions, sama seperti ketika aku menjadi manajer. Namun, mereka juga bisa memenangi Liga Champions karena mereka bermain dengan sistem defensif dan itu amat sulit untuk dikalahkan, yang mana, suka atau tidak, itu adalah hasil dari pekerjaan Mourinho,” kata Van Gaal.

Sumber: BBC.