Seharusnya, stadion PGE Arena di kota Gdansk menjadi venue final Liga Europa musim 2019/2020. Namun karena efek pandemi virus corona, UEFA mengubah segala format kejuaraan termasuk lokasi final. Gdansk yang seharusnya menjadi tujuan tim-tim peserta, kini berganti menjadi Cologne dengan RheinEnergieStadion menjadi lokasi utama pertandingan final.
Saat tulisan ini dibuat, Liga Europa sudah memasuki babak semifinal. Berbeda dengan Liga Champions yang pertandingan perempat finalnya baru dimulai beberapa waktu lalu. Pekan depan, siapa yang akan melaju ke Cologne akan kita ketahui bersama. Tidak adanya Chelsea yang ikut Liga Champions musim ini, membuat kompetisi ini akan kembali melahirkan juara yang berbeda dari sebelumnya.
Semifinal Europa League musim ini akan berjalan menarik meski kerap dipandang sebagai turnamen kelas dua. Alasannya sederhana, mereka yang masuk empat besar musim ini sama-sama sudah pernah mencicipi nikmatnya trofi ini. Hal ini menunjukkan kalau mereka semua sudah memiliki pengalaman dan punya mental juara yang bisa menjadi bekal ketika bermain di Cologne nanti.
Favorit utama sudah pasti Manchester United. Bersama Ole Gunnar Solskjaer, Setan Merah mengalami peningkatan yang cukup positif baik dari segi permainan, ruang ganti, dan juga hasil. Meski jarak antara mereka dengan Liverpool serta Manchester City terpaut jauh, namun posisi tiga Premier League musim lalu dianggap sebagai sebuah kemajuan
Penampilan berantakan pada paruh musim pertama berhasil mereka tebus pada paruh kedua. Kehadiran Bruno Fernandes menjadi kunci. Dia adalah penyelamat disaat United mengalami kesulitan seperti yang dia lakukan ketika melawan Copenhagen beberapa waktu lalu. Menutup musim ini dengan trofi menjadi target Ole untuk setidaknya memperbaiki CV-nya yang hanya punya gelar Liga Norwegia sekaligus menunjukkan kalau dia memang layak mengambil pekerjaan ini.
Sejak akhir Januari, tim ini memang tidak terkalahkan di Premier League hingga akhir musim. Namun dari 24 laga yang mereka mainkan di semua kompetisi, satu kekalahan mereka rasakan ketika menghadapi Chelsea pada semifinal Piala FA. Mentalitas United jelang final sebuah kejuaraan harus mereka perbaiki. Musim ini, United kerap tampil buruk ketika memasuki babak semifinal. Ole sudah dua kali kalah pada babak ini dalam dua piala domestik. Jangan sampai, Ole mengalami nasib pahit ketiga kalinya pada musim ini.
Lawan United nanti adalah Sevilla. Mereka memang bukan favorit, tapi kalau soal menjadi juara pada ajang kelas dua ini maka Sevilla patut untuk menyombongkan diri. Lima gelar dengan tiga gelar terakhir diraih secara beruntun adalah rekam jejak mereka di kompetisi ini. Gelar ini akan menjadi prestasi yang bagus bagi Julen Lopetegui yang sebelumnya gagal bersama Madrid.
Sevilla juga merupakan momok United. Pada 2017/2018 lalu, Sevilla adalah kesebelasan yang menyingkirkan mereka pada babak 16 besar Liga Champions. Dua gol Wissam Ben Yedder membuat United terlihat rapuh di Old Trafford. Kata pendukung United, Sevilla tahun ini berbeda karena Ben Yedder sudah pindah. Namun, Los Nervionenses tidak hanya Ben Yedder seorang. Mereka setidaknya masih punya Ever Banega yang membuat 17 umpan kunci dari dua pertemuan melawan United saat itu.
Pada laga lain, Inter Milan juga ingin bertekad menutup musim ini dengan gelar juara. Mereka adalah favorit berikutnya setelah United dan diharapkan bertemu pada final nanti. Ini adalah semifinal pertama si biru-hitam pada kejuaraan Eropa sejak 2009/2010.
Butuh 12 pelatih untuk Inter sebelum akhirnya menemukan kenyamanan lagi bersama Antonio Conte. Juara tiga kali Europa League ini mengalami kemajuan yang cukup pesat bersama mantan pelatih Chelsea tersebut. Runner-up Serie A, hanya kalah satu poin dari Juventus adalah prestasi bagus pada musim debut. Selain itu, Inter juga sudah punya filosofi permainan yang jelas meski masih mengalami beberapa masalah termasuk ide Conte yang mentok jika plan awal tidak berjalan lancar.
Namun dengan pemain-pemain seperti Romelu Lukaku, Lautaro Martinez, dan Christian Eriksen, Inter siap untuk mengangkat piala ini keempat kalinya. Apalagi jika di final bertemu dengan United. Akan ada aroma dendam dalam diri Lukaku, Sanchez, hingga Young, untuk membuktikan kalau mereka bisa mengalahkan mantan timnya tersebut.
Lawan Inter nanti adalah Shakhtar. Tim yang paling tidak diunggulkan untuk masuk final musim ini. Mereka mungkin kalah kualitas dibanding tiga tim lainnya, namun Shakhtar yang datang dengan tanpa beban berpotensi membuat kejutan. Sejak 2008/2009, mereka tidak pernah lagi melangkah hingga sejauh ini pada ajang Eropa. Mereka ingin ke final kedua pada Europa League sekaligus kembali mengangkaat trofi ini.
5-1, 5-1, dan 4-1 adalah skor yang diperoleh wakil Ukraina ini dalam perjalanannya menuju semifinal. Lini depan mereka perlu diwaspadai oleh Inter yang kadang masih suka ceroboh di lini belakang. Mantan klub Fred ini menjadi satu-satunya juara liga yang main di semifinal. Meraih double winners tentu akan menjadi pencapaian yang cukup baik bagi skuad asuhan Luis Castro tersebut.
Empat semifinalis, empat mantan juara, namun hanya ada satu pemenang. Apakah United akan meraih trofi keduanya, atau Inter yang akan mengangkat piala ini untuk keempat kalinya? Atau jangan-jangan Sevilla semakin mengokohkan diri dengan raihan gelar keenam. Saat kekuatan ketiganya diagung-agungkan, Shakhtar mencari celah untuk membuat kejutan. Siapa yang akan ke final dan menjadi juara? Semuanya akan kita ketahui bersama mulai tanggal 16 Agustus nanti.