Mengenang 2 Gol Terakhir Paolo Di Canio untuk West Ham United

Paolo Di Canio mungkin lebih banyak dikenang dengan sejumlah kontroversi. Mulai dari pengakuan atas Fasisme era Benito Mussolini di Italia dengan beberapa tato di tubuhnya, salam Nazi dalam derby Roma, hingga kasus mendorong wasit di Premier League yang membuatnya sempat diskors oleh FA. Tapi selain itu, memang masih ada bagian terbaik dalam perjalanan karier sepak bolanya.

West Ham United bisa dikatakan sebagai salah satu periode terbaik Di Canio sebagai seorang pemain sepak bola profesional. Dia bertahan hampir lima tahun bersama tim London Timur itu, tidak seperti ketika memperkuat klub-klub lainnya, baik saat memulai karier di Italia hingga pindah ke Inggris dan kembali lagi ke tanah kelahirannya. Di antara momen terbaik itu adalah dua gol terakhir sang striker.

Bintang Baru

Di Canio direkrut West Ham dari Sheffield Wednesday dengan biaya 1,5 juta paun pada Januari 1999, setelah hanya satu setengah tahun bermain untuk klub tersebut. Tapi di klub yang baru, dia dengan cepat telah berhasil menjadi jimat bagi pelatih Harry Redknapp. Begitu pula ketika arsitek baru Glenn Roeder datang sebagai pengganti pada musim panas 2001, meski mereka juga pernah bersitegang.

Pada musim baru 1999/2000, 16 gol sukses dibukukan Di Canio, termasuk tendangan gunting yang terkenal melawan Wimbledon hingga memenangkan penghargaan Goal of the Season BBC. Capaian itu membuat penggemar di Upton Park, markas West Ham sebelum pindah ke Stadion London pada 2016, terhanya dengan pesona memukau penyerang asal Italia, kelahiran Roma, 9 Juli 1968 tersebut.

Dia pun telah menjadi salah satu pemain paling berpengaruh yang pernah memakai claret and blue, jersey kebanggaan klub berjuluk The Hammers itu. Namun, seperti hubungan apa pun, ada saat-saat yang penuh gejolak juga. Dia pernah menuntut untuk diganti pelatih setelah tidak mendapat penalti dari wasit dan berebut penalti dengan rekannya, Frank Lampard muda ketika melawan Bradford City. Bahkan, dia juga hampir pergi dari Upton Park untuk bergabung ke Manchester United pada 2002.

Musim Terakhir

Musim 2002/2003 jadi periode terakhir Di Canio bersama West Ham. Sayangnya, mereka telah gagal memenangkan laga kandang hingga Tahun Baru, dan menghabiskan sebagian besar musim di dasar klasemen. Di Canio sendiri menjalaninya dengan banyak aksi melawan Roeder, sejak kemarahannya karena kepergian Redknapp pada 2001, dan merasa manajer baru tidak tepat untuk memimpin klub.

Hubungannya dengan sang pelatih pun memanas. Dua golnya ke gawang Chelsea pada September 2002 yang mengamankan kemenangan tandang tak terduga, ternyata tidak mampu memperbaiki keadaan. Perselisihan makin memuncak pada Februari ketika Di Canio bereaksi buruk karena diganti. Alhasil, dia dikeluarkan dari skuad dan melewatkan semua pertandingan dalam dua bulan berikutnya.

Bersamaan dengan itu, jurang degradasi semakin menggulung West Ham. Situasi semakin pelik saat Roeder malah pingsan dan didiagnosis menderita stroke ringan usai pertandingan. Legenda klub, Trevor Brooking mengambil alih sementara. Tapi mereka sudah terlambat. Meski begitu, memasuki dua laga terakhir musim itu, Di Canio kembali diberi kesempatan dengan memasukkannya di bench.

Gol Perpisahan

Upton Park sangat emosional pada sore awal Mei 2003 yang mendung itu, ketika menyambut rival sekotanya, Chelsea. Laga berlangsung tegang sejak awal. Sejumlah peluang yang didapat tuan rumah malah terbuang sia-sia. Babak pertama pun berakhir tanpa gol. 10 menit babak kedua berjalan, Di Canio berdiri dan berpelukan dengan Brooking. Dia masuk dengan harapan besar tim di pundaknya.

Selang 15 menit kemudian, Joe Cole melepas umpan tajam ke sisi sayap. Trevor Sinclair membawa bola dan mengirim umpan silang ke area penalti. Bek Chelsea, William Gallas sempat meredamnya. Namun, bola liar malah mengarah ke Di Canio yang tidak terkawal. Dia pun berhasil menendang bola melewati kiper lawan, Carlo Cudicini. Stadion pecah, penonton bersorak melepas ketegangannya.

Setelahnya, West Ham terus mencoba bertahan dengan gugup. Hingga kemenangan itu benar-benar dalam genggaman, sejenak mereka terlupakan dengan kenyataan bahwa tim akan bermain di divisi lebih rendah musim berikutnya. Di akhir pertandingan, Di Canio melepas bajunya, menciumnya, dan melemparkan ke kerumunan penonton di Stand Bobby Moore, dengan tetes air mata di wajahnya.

Delapan hari kemudian, fans masih memiliki asa saat tandang ke markas Birmingham City. Di Canio kembali duduk di bench. Namun, hingga 10 menit terakhir, dia tak kunjung masuk. Wajahnya baru terlihat di lapangan pada menit ke-82. Ketika West Ham tertinggal 2-1 enam menit kemudian, tuah pemain nomor 10 itu pun mulai bekerja, dan golnya menyamakan kedudukan semenit kemudian.

Di akhir laga, West Ham berhasil membawa pulang satu poin. Meski tidak mampu menyelamatkan mereka dari jurang degradasi, namun perpisahan Di Canio telah menjadi sempurna. Eks penyerang Lazio, Juventus, Napoli, AC Milan dan Celtic FC itu pindah ke Charlton Athletic pada musim panas. Semusim kemudian, dia kembali ke Lazio dan pensiun di klub Serie C2 Italia, Cisco Roma pada 2008.

Sumber: Planet Football, Wikipedia.