Fernando Hierro telah dikenal sebagai salah satu legenda Real Madrid. Meski pernah menimba ilmu di Malaga, klub kota kelahirannya, lalu berkembang bersama Real Valladolid, namun namanya besar di klub ibu kota Spanyol itu. Selama 14 tahun sejak 1989, dia mengabdi untuk Los Merengues, dengan hasil lima kali juara La Liga Spanyol, tiga trofi Liga Champions, ditambah sembilan piala minor lainnya.
Pada musim panas 2003, dalam usia 35 tahun, sang kapten pun mengakhiri petualangannya bersama Madrid. Dia sempat memilih kepindahan menguntungkan ke industri sepak bola Timur Tengah yang kaya namun berkembang, bergabung dengan Al-Rayyan SC di Qatar; dan banyak pihak meyakini itu akan menjadi akhir kariernya. Namun, setahun kemudian, Hierro malah kembali bermain di Eropa.
Kepala Tiga
Mantan bek sekaligus kapten timnas Spanyol periode 1989-2002 itu menerima tawaran pelatih Sam Allardyce untuk bergabung dengan Bolton Wanderers di Premier League Inggris pada musim panas 2004. Penandatanganan ini sangat mengejutkan. Hierro tampaknya sudah setengah jalan menuju pensiun, karena usianya saat itu telah mencapai 36 tahun, hanya terpaut 13 tahun dari sang manajer.
Tetapi, Big Sam memang telah dikenal punya bakat untuk menarik superstar. Banyak yang memuji perekrutan Hierro ini sebagai kudeta. Namun, dia tampak merendah dengan menyebutnya sebagai “seorang pemuda dari pengalamannya” yang akan menjadi “tambahan besar untuk skuad”, dilansir Planet Football. Dia juga meyakini, meski agak terlambat, sang bek bisa “jadi bintang di Liga Inggris”.
Di klub Greater Manchester itu, Hierro bergabung dengan 10 pemain lainnya yang sudah berkepala tiga saat itu. Di antaranya, ada eks striker internasional Inggris Les Ferdinand (37 tahun), mantan kapten timnas Wales Gary Speed (34 tahun), dan bek Prancis Bruno N’Gotty (33 tahun). Selain itu, Jay-Jay Okocha, Vincent Candela, dan bekas rekan setimnya, Ivan Campo; semuanya sudah 30 tahun.
Karena Sam
Hierro disebut bersedia pindah ke Inggris atas saran dari rekan setimnya di Madrid yang juga berasal dari Britania, Steve McManaman. Mereka sama-sama meninggalkan Spanyol pada 2003, tapi Macca bergabung ke Manchester City hingga 2005. Namun, dalam sebuah kesempatan pemain kelahiran 23 Maret 1968 itu mengaku bahwa Allardyce adalah alasan utama dari keputusannya tersebut saat itu.
“Salah satu alasan saya datang ke Inggris adalah untuk mengalami karier bersama manajer yang telah menjalankan klub dari atas ke bawah,” kata Hierro kepada The Guardian.
“Saya tidak tahu bagaimana Sam melakukannya. Dia punya kekuatan untuk menangani kepelatihan, tim, tetapi juga pemain dan penjualan di luar lapangan. Jika tidak ada teh di ruang ganti, Sam akan menyortirnya,” tambahnya.
Pada akhirnya, keduanya menjalin dan menikmati hubungan kerja yang bermanfaat. Bahkan, mereka yang bukan penggemar The Trotters pun akan mengakui bahwa musim itu keduanya telah bergabung untuk menciptakan salah satu tim paling menarik dalam sepak bola Inggris, yang menyatukan para tak dikenal di tanah Britania Raya dengan bintang-bintang tua berbakat dari permainan internasional.
Penampilan di lapangan menjadi pembuktian dari Hierro. Meski tak ada yang mengharapkan dia akan bermain setiap menit di Bolton, namun kehadirannya selalu memberi pengaruh yang menenangkan terhadap tim. Sesekali dia mengambil tendangan bebas, lalu menyampaikan nasihat taktis kepada Allardyce. Tak heran, sang manajer menjulukinya sebagai “pengumpan terbaik dalam sejarah klub”.
Akhir Karier
Di akhir musim, Bolton finish di urutan keenam, menjadi kampanye Premier League terbaik mereka. Saat itu, beberapa orang mungkin frustrasi karena klub tak bisa melangkah jauh ke Liga Champions, setelah hanya tiga poin di belakang Everton di urutan keempat. Hierro pun tampak sama kecewanya dengan siapa pun ketika itu. Namun, setidaknya dia sudah berjuang meloloskan tim ke Piala UEFA.
Untuk menyenangkan para suporter, Hierro sudah terbilang sukses besar saat itu. Meski tak pernah secara otomatis masuk starting line-up, tapi dia membuat 29 penampilan di liga domestik; 15 kali jadi starter. Hebatnya lagi, satu gol turut mewarnai karier pendeknya di Premier League, melanjutkan catatannya sebagai bek maut dengan total 134 gol dalam 716 pertandingan sepanjang kariernya.
Sayangnya, usai servis setahun dari sang veteran itu, Allardyce gagal meyakinkan Hierro untuk terus bermain. Meski begitu, penampilannya yang keren dan berkelas sudah cukup membuatnya menjadi sosok yang populer di Reebok Stadium.
“Saya jelas tentang keputusan itu; saya ingin pergi saat saya masih bermain di level tinggi,” ungkapnya saat itu, dan lalu memutuskan gantung sepatu pada 2005.
Sumber: Planetfootball, Wikipedia, Transfermarkt