Mengenang Kekalahan Terburuk Timnas Brasil

Jerman begitu mudah merusak pertahanan Brasil yang dipipin oleh David Luiz. Foto: Independent

Selain 16 Juli, tanggal 8 Juli menjadi tanggal yang tidak disukai oleh pendukung kesebelasan negara Brasil. Pada tanggal itulah mereka mengalami kekalahan memalukan yang terjadi di kandang sendiri. 16 Juli, mereka kalah di Maracana dari Uruguay pada final Piala Dunia 1950. Sedangkan pada 8 Juli, mereka tumbang dari Jerman pada semifinal Piala Dunia 2014.

Kekalahan 8 Juli mungkin yang paling mengenaskan bagi Selecao. Mereka tidak hanya gagal melaju ke final Piala Dunia. Namun, mereka mengalami kekalahan paling memalukan sepanjang kiprah mereka di dunia sepakbola internasional. Jerman menang 7-1 di Estadio Mineirao, Belo Horizonte, yang membuat momen tersebut dikenang sebagai tragedi Mineirazo atau mengulang tragedi Maracanazo 64 tahun sebelumnya.

Brasil datang pada Piala Dunia 2014 dengan kepercayaan diri yang begitu tinggi. Mereka tampil superior sepanjang babak penyisihan hingga perempat final. Status sebagai tuan rumah juga mempertebal optimisme mereka mengingat dukungan rakyat Brasil yang begitu besar.

Namun, skuad asuhan Luiz Felipe Scolari ini sebenarnya datang dengan membawa masalah saat itu. Mereka tampil tanpa Thiago Silva yang mendapat akumulasi kartu. Yang paling menyedihkan adalah absennya bintang utama mereka, Neymar. Pemain yang baru saja menjalani musim pertamanya bersama Barcelona tersebut absen hingga akhir turnamen karena cedera setelah mendapat terjangan Juan Camilo Zuniga pada babak perempat final.

Pincangnya Brasil sebenarnya bisa menjadi alasan utama mereka gagal melaju ke final. Namun, tidak ada yang menyangka kalau hasil laga saat itu berakhir dengan skor 7-1 untuk Jerman. Pertahanan Brasil sebenarnya tidak terlalu buruk. Meski hanya memiliki satu clean sheet hingga perempat final, namun mereka mengimbanginya dengan ketajaman lini depan. Hal ini yang membuat banyak orang tidak percaya mengapa Brasil kesulitan mencetak gol dan mudah sekali kebobolan ketika melawan Jerman.

Brasil sudah tertinggal pada menit ke-11 melalui Thomas Muller. Pada menit ke-23, Miroslav Klose mencetak gol kedua. Gol Klose seperti menambah perih luka Selecao mengingat gol ini membuat namanya menggusur Ronaldo sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang Piala Dunia.

Puncak tragedi bagi Brasil terjadi enam menit kemudian. Dalam rentang waktu tersebut, Toni Kroos dan Sami Khedira bergantian mencetak gol ke gawang Julio Cesar. Brasil tertinggal lima gol. Kamera mereka seorang bocah yang hanya bisa menangis. Salah satu penonton perempuan menunjukkan ekspresi tidak percaya melihat negaranya luluh lantak di kandang sendiri.

“Sangat sulit untuk menjelaskan apa yang terjadi saat itu. Ini seperti mencoba menjelaskan sesuatu yang sebenarnya tidak bisa dijelaskan. Saya rasa, kami hanya bisa mengakui kalau sepakbola yang dimainkan Jerman adalah sepakbola yang hebat,” kata Julio Cesar.

Babak kedua seperti hanya sebuah formalitas bagi Brasil karena mereka sudah pasti kalah melihat jarak yang jauh dan tidak mampunya pemain mereka membongkar pertahanan Jerman. Bagi anak asuh Joachil Low, inilah momen yang tepat untuk menambah gol lagi. Mereka akhirnya mendapat dua yang semuanya berasal dari kaki Andre Schurrle.

Oscar hanya bisa membuat skor menjadi 7-1. Gol itu tidak mengubah fakta kalau Brasil menderita kekalahan terbesar mereka sepanjang sejarah, sedangkan Jerman meraih kemenangan terbesar sepanjang sejarah mereka bermain di Piala Dunia.

“Saya akan diingat sebagai pelatih yang kalah 7-1 tapi saya tahu kalau itulah risiko saya dalam pekeerjaan ini. Orang yang memutuskan siapa yang bermain dan taktik apa yang digunakan adalah saya,” kata Scolari.

Kekalahan ini menimbulkan kesedihan di mata para penggawa timnas. David Luiz hanya bisa mematung sambil menunjukkan matanya yang sembab karena tidak bisa menahan gempuran Jerman. Kehadiran Thiago Silva tidak banyak membantu Luiz. Pemain Arsenal itu menyebut kalau 8 Juli 2014 menjadi hari penuh kesedihan dan pembelajaran.

Pelatih Brasil berikutnya, Tite, bahkan bercerita tentang istrinya yang menangis ketika Brasil kebobolan pada gol ketiga. Bahkan memori tersebut masih membekas ketika keduanya bertemu pada laga uji coba beberapa tahun kemudian.

“Setelah gol ketiga, istri saya menangis. Permainan Jerman memberi pukulan bagi saya. Setiap tembakan mereka menjadi gol yang bahkan tidak pernah terjadi dalam video games sekalipun,” ujarnya.

Yang paling menyedihkan sudah pasti ratusan juta masyarakat Brasil yang harus melihat tim kesayangannya babak belur. Menurut O Globo, lebih dari 37 ribu masyarakat Brasil yang mematikan televisi mereka setiap kali kebobolan. Tersingkir sih tidak masalah, tapi tersingkir dengan skor 7-1 jelas tidak bisa dimaafkan.

Lalu, bagaimana reaksi Neymar ketika melihat rekan-rekannya tersingkir secara tragis? Kalau menurut Bleacher Report, Neymar kecewa berat dan mengeluarkan beberapa kalimat kasar sebelum akhirnya dia mematikan televisi dan mengisi sisa waktunya dengan bermain poker.