“Saya kaget. Perasaan saya hari ini benar-benar kosong,” begitulah kata Joachim Loew kepada New York Times ketika menatap sebuah peti mati bersama Jurgen Klinsmann dan Oliver Bierhoff di AWD-Arena. Dalam peti mati tersebut berisi seorang pria yang sebenarnya akan menjadi harapan Loew untuk mengawal gawang timnas Jerman pada Piala Dunia 2010.
Setelah era Oliver Kahn dan Jens Lehmann berakhir, Jerman bersiap untuk mencari pemain baru yang bisa menjadi andalan mereka di bawah mistar. Nama Manuel Neuer sudah ada dalam daftar. Namun mereka tampaknya ingin menggunakan penjaga gawang yang sudah matang dari segi pengalaman.
Nama Robert Enke masuk dalam daftar pilihan. Penampilannya bersama Hannover 96 saat itu tengah menanjak. Peluang untuk menjadi kiper utama terbuka lebar mengingat ia baru 8 kali bermain untuk tim nasional. Akan tetapi, peluang itu dilewatkan begitu saja. Enke memilih pergi dari kehidupan di dunia ini untuk selama-lamanya.
10 November 2009, kondisi kamp latihan Hannover saat itu sedang sepi. Wajar, karena mereka sedang libur akibat jeda internasional sehingga beberapa pemain pulang ke negaranya masing-masing atau berlibur bersama keluarganya. Hal yang sama juga dilakukan Enke yang saat itu sedang berkeliling kota menggunakan Mercedes 4X4 yang ia punya.
Ketika sampai di rel kereta api ekspress di dekatt rumahnya di Neustadt am Rudenberge, Enke sengaja memilih untuk berhenti di tengah-tengah rel. Tampaknya, ia sedang menanti kereta untuk menghantamnya. Benar saja, sebuah kereta jurusan Hamburg-Bremen menabraknya dan menyeret mobilnya hingga jauh. Enke meninggal seketika. Mobil yang tidak dikunci membuat tubuh Enke terlempar tidak jauh dari posisi mobilnya.
Kabar ini sontak mengagetkan sepakbola Jerman. Polisi akhirnya memastikan kalau kasus ini murni bunuh diri. Hal ini berdasarkan penemuan surat yang ditulis Enke sendiri. Dalam surat itu, Enke meminta maaf kepada keluarga, rekan setim, pihak klub, dan siapa pun yang mengenalnya atas keputusan bunuh diri yang ia lakukan.
Dr Valentin Marksel, psikiater yang menangani Enke, menyebut kalau pada hari bunuh dirinya, Enke telah membatalkan janji konselingnya hinga beberapa minggu ke depan. Ia tidak tahu alasannya, namun Enke menyebut kalau dia sudah merasa lebih baik.
Depresi menjadi alasan kenapa Enke memilih untuk mengakhiri hidupnya. Kondisi ini ternyata sudah dihadapi Enke ketika ia masih menjadi penggawa Barcelona, enam tahun lalu. Saat itu, Enke gagal menunjukkan penampilan yang memuaskan Blaugrana. Ia kesulitan untuk mendapatkan tempat di dalam tim asuhan Louis van Gaal tersebut. Menurut These Football Times, Van Gaal bahkan dengan enteng menyebut kalau dia tidak kenal sama sekali dengan Enke.
Enke kemudian pindah ke Fenerbahce. Akan tetapi, keadaan tidak kunjung membaik. Dalam debutnya melawan Istanbulspor, timnya kalah dengan skor 3-0. Oleh suporternya, Enke dianggap sebagai otak dibalik kekalahan tersebut sehingga ia mendapat lemparan botol dan korek api. Rencana peminjaman satu musim berakhir singkat dan Enke memilih kembali ke Spanyol.
Karier sepakbola Enke kemudian membaik setelah Hannover merekrutnya. Namun, masalah ternyata terus menimpa Enke. Kali ini datang dari keluarganya. Pernikahannya dengan Teresa Reim dikaruniai seorang anak bernama Lara pada 2004. Akan tetapi, Lara lahir dengan kondisi jantung yang mengalami kelainan. Dua tahun kemudian, Lara meninggal dunia. Depresi Enke semakin menjadi-jadi. Meski Teresa sudah mencari jalan lain yang salah satunya adalah dengan mengadopsi Leila, namun hal itu tetap tidak bisa membuat mental Enke pulih.
“Saya mencoba untuk selalu ada untuknya dan beberapa kali bilang kala hidup bukan hanya sekadar sepakbola. Masih ada hal-hal indah lainnya. Kami sempat memiliki Lara, dan sekarang Leila. Saya selalu ingin membantu Enke untuk melewati ini semua. Ia juga kerap merasa takut kalau apa yang terjadi kepada Lara juga menimpa Leila,” kata Teresa.
Ketakutan Enke tidak berhenti sampai di situ. Ia juga sempat divonis terkena radang usus yang bisa memengaruhi kariernya di sepakbola. Selain itu, depresi yang ia alami menimbulkan rumor kalau hal itu akan memengaruhi hak asuh Leila yang bisa dicabut sewaktu-waktu.
Untuk mengenang Enke, penggemar Hannover 96 berbondong-bondong ke kandang mereka untuk mengucapkan duka cita. Mantan klubnya, Barcelona, mengadakan hening cipta satu menit. Beberapa pertandingan internasional juga memberikan penghormatan yang sama. Laga Jerman melawan Cile dibatalkan. Hening cipta satu menit juga dilakukan di semua pertandingan Jerman dan pertandingan Benfica.
Pada 15 November 2009, Hannover mengadakan upacara pelepasan Robert Enke yang dihadiri oleh 40 ribu orang. Peti mati Enke ditutupi mawar putih dan dibawa oleh enam rekan setimnya di Hannover. Ia dimakamkan di Neustadt di samping makam putrinya. Sebagai tanda penghormatan, para pemain Hannover 96 menempatkan nomor satu kecil dalam lingkaran di kaus mereka.