Mengenang Lyon Era 2000-an yang Mengguncang Eropa

PSG bukanlah apa-apa sebelum uang minyak mengguyur mereka. Rajanya sepakbola Prancis pada masa itu adalah Olympique Lyonnais, yang biasa dikenal sebagai Lyon. Bahkan mereka sempat mengguncang benua Eropa pada era 2000-an tersebut.

Total 15 trofi domestik berhasil dimenangkan Lyon pada dekade itu, dan hampir separuhnya sebagai juara Ligue 1 Prancis. Sedang di kompetisi Eropa, mereka juga membuat banyak kejutan, menembus perempat final dalam tiga musim beruntun; meski masih belum mampu merebut trofi. Tidak hanya itu saja, sepanjang 10 tahun tersebut, deretan bintang masa depan Prancis telah lahir dari klub ini.

7 Musim Beruntun

Lyon telah memenangkan tujuh gelar Liga Prancis sepanjang sejarah mereka, dan semuanya direbut dalam periode tujuh tahun yang cemerlang pada era 2000-an. Pelatih Jacques Santini yang datang musim panas 2000 mengawali kesuksesan pada musim keduanya bersama klub tersebut, 2001/2002. Kemudian dilanjutkan Paul Le Guen musim berikutnya, hingga ke Gerard Houllier dan Alain Perrin.

Mereka menjuarai Ligue 1 sepanjang 2002 hingga 2008, sebelum Perrin digantikan oleh Claude Puel menjelang musim 2008/2009. Sebelumnya, pencapaian terbaik Lyon di liga domestik, sejak klub ini berdiri 73 tahun yang lalu pada 1950, hanyalah finish di posisi runner-up pada musim 1994/1995 dan 2000/2001. Makanya, prestasi mereka di dekade 2000-an itu telah menarik perhatian banyak orang.

Sedang di Eropa, Lyon mampu mencapai perempat final Liga Champions dalam tiga musim berturut-turut sejak 2003/2004. Bahkan, jika dihitung hingga setelah era 2000-an, klub berjuluk Les Gones itu selalu lolos ke fase gugur Liga Champions selama sembilan musim beruntun, hal yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya dan tidak pernah terjadi lagi sejak saat itu. Ini benar-benar luar biasa.

Musim 2005/2006

Jika dirunut ke belakang, puncaknya datang pada 13 September 2005. Lyon baru merayakan gelar Ligue 1 keempat berturut-turut empat bulan sebelumnya; finish dengan 12 poin dari Lille dan 16 poin di atas AS Monaco, bahkan 24 poin dari Stade Rennais di posisi keempat. Mereka juga menembus perempat final Liga Champions dalam dua musim sebelumnya, kalah dari Porto dan PSV Eindhoven.

Pada Selasa malam di Stade de Gerland, markas lama sebelum pindah ke Parc Olympique Lyonnais itu, Lyon berdiri di puncak. Laga pertama fase grup Liga Champions 2005/2006 menjamu Real Madrid ada di depan mata. Lawan tiba dengan skuat mewah; Raul, Roberto Carlos, Robinho, David Beckham, Ivan Helguera dan Iker Casillas, termasuk Zinedine Zidane dan Ronaldo namun absen karena cedera.

Setelah setengah jam, Lyon unggul tiga gol mengejutkan. Madrid terdiam pada efisiensi serangan dan pertahanan tim Houllier. John Carew cetak gol pertama, sebelum Juninho Pernambucano membuat gol tendangan bebasnya ke-20 untuk klub, dan kemudian Sylvain Wiltord menambahkan gol ketiga. Bahkan, Lyon bisa saja unggul 4-0 di babak pertama jika penalti Juninho gagal diselamatkan Casillas.

Pertunjukan itu telah menampilkan sejumlah aktor. Striker tangguh Carew diapit Florent Malouda dan Wiltord. Lini tengah berisi maestro Juninho, Mahamadou Diarra dan Tiago. Claudio Cacapa dan Cris di pertahanan, dengan kiper nomor satu Prancis Gregory Coupet. Lalu, Sidney Govou, Fred dan Hatem Ben Arfa di bench. Sedangkan Eric Abidal dan Karim Benzema tidak masuk skuat malam itu.

Perubahan Musim

“Pertandingan itu spektakuler,” kata Houllier dalam konferensi pers pasca pertandingan. “Itu adalah pertandingan yang indah dan kami mencetak gol pada saat yang tepat,” sambungnya.

Lyon berhasil merebut 16 poin dari kemungkinan 18 poin di Grup F itu, hanya kehilangan saat main imbang 1-1 di Spanyol. Lalu, mereka balas dendam pada PSV dengan kemenangan agregat 5-0 di babak 16 besar.

Pada leg dua perempat final di Italia, dalam dua menit lagi Lyon akan menyingkirkan juara bertahan AC Milan, karena skor sedang 1-1 dan mereka unggul gol tandang usai imbang 0-0 di laga pertama. Tapi, gol Filippo Inzaghi di menit ke-89 membuyarkannya. Tim Carlo Ancelotti makin menjauh untuk semi final, setelah Andriy Shevchenko menambah gol lagi saat injury time. Dan Lyon kembali kecewa.

Sejak itu, perubahan musim mulai terjadi di langit kota Lyon. Itu dimulai dengan kepergian Houllier pada 2007, setelah berseteru dengan presiden Jean-Michel Aulas. Seiring itu bintang-bintang mereka pun pergi ke klub-klub lebih besar. Mereka sempat tak terduga melaju ke semi final Liga Champions 2009/2010; sebelum terulang lagi pada 2019/2020. Lyon juga finish di dua besar Ligue 1 pada 2015 dan 2016. Tapi, itu tak lebih dari musim panas yang singkat, karena saat ini PSG telah mengambil alih.

Sumber: Planet Football