Mengenang Sinar Singkat Michu

Michu, salah satu one season wonder terbaik di Premier League. Foto: Wales Online

Pada 25 Juli 2017, pemain sepakbola bernama Miguel Perez Cuesta memutuskan untuk mengakhiri kiprahnya di dunia sepakbola. Cedera lutut dan engkel yang tidak kunjung sembuh menjadi alasan dia berhenti dari olahraga yang membesarkan namanya tersebut. Sekadar informasi, pemain ini menggunakan nama Michu sebagai nama yang ia tulis di balik kostumnya.

Michu memang bukan pemain besar. Namanya tidak sebanding dengan striker yang pernah dimiliki Spanyol seperti David Villa atau bahkan Fernando Torres. Kiprahnya di tim nasional juga hanya satu kali. Kariernya lebih banyak dihabiskan bersama tim-tim papan tengah ke bawah.

Namun, Michu pernah berada dalam posisi ketika ia dianggap sebagai penyerang yang berbahaya. Ketika itu, ia bermain bersama kesebelasan Wales, Swansea City. Sayangnya, masa-masa itu hanya bisa ia jalani satu musim sebelum serangkaian cedera menyerangnya yang membuat ia memutuskan pensiun ketika usianya baru 31 tahun.

Musim 2012/2013, Swansea City tampil mengesankan di sepakbola Inggris. Mereka menyelesaikan kompetisi Premier League pada urutan kesembilan. Tidak hanya itu, mereka juga meraih gelar Piala Liga Inggris setelah mengalahkan Bradford City. Trofi tersebut menjadi satu-satunya trofi tertinggi yang pernah mereka raih sepanjang sejarah klub ini berdiri. Tanpa mengecilkan peran pemain lain dan juga sosok Michael Laudrup sebagai pelatih, kesuksesan The Swans kala itu memang tidak lepas dari nama Michu.

Michu direkrut Swansea dari Rayo Vallecano pada 20 Juli 2012 dengan nilai transfer hanya 2 juta paun. Sebuah perjudian dari Swansea mengingat Michu ketika itu baru satu musim bermain untuk Rayo di La Liga Spanyol. Namun, Swansea sudah ngebet ingin mendatangkan Michu karena berhasil membuat 15 gol pada musim 2011/2012.

Yang menarik, posisi asli Michu adalah gelandang serang. Namun, torehan 15 gol menandakan kalau ia memiliki naluri gol yang sangat bagus. Itulah yang ia tunjukkan selama bermain di Liberty Stadium. Tidak kekar dan cepat, namun penempatan posisi serta ketenangannya menjadi senjata bagi pria yang memulai karier bersama Oviedo tersebut.

Michu total membuat 22 gol pada musim pertamanya bersama The Swans. 18 gol diantaranya ia buat di Premier League. Ia hanya kalah dari Robin van Persie, Luis Suarez, Gareth Bale, dan Christian Benteke pada daftar pencetak gol terbanyak. Ia juga membuat beberapa gol penting seperti ke gawang Chelsea, United, hingga menjadi aktor utama ketika mereka menang 2-0 atas Arsenal di Emirates. Akun golnya bahkan langsung terbuka sejak pekan pertama ketika menang 5-0 di kandang QPR.

“Debut saya sangat luar biasa. Saya tidak menyangka bisa mencetak dua gol dan memberikan kemenangan besar bagi Swansea. Tidak mudah mencetak gol di Inggris dan mendapatkan dua gol hanya dalam waktu 50 menit jelas sensasional,” kata Michu.

Nama Michu kemudian naik seketika. Pada akhir musim, ia menjadi pemain terbaik klub. Pencapaiannya ini mulai memancing reaksi dari beberapa klub yang kualitasnya lebih baik dari Swansea untuk membelinya. Sayangnya, segala minat tersebut terbentur dengan komitmen si pemain yang masih nyaman bermain untuk Swansea.

“Saya sudah melihat banyak berita di internet, tapi saya senang di sini. Pendukung Swansea tidak perlu khhawatir karena saya tertarik main di Eropa berama tim ini. Saya tidak akan pergi karena saya sudah mencetak gol, memenangkan gelar, dan telah bermain baik sepanjang musim,” ujarnya menambahkan.

Fisik Michu pada akhirnya tidak pergi. Namun, permainannya yang lenyap ketika memasuki musim kedua. Setelah mencetak dua gol pada kualifikasi Liga Europa, Michu tidak bisa lagi menakutkan layaknya pada musim pertama. Ia mengalami cedera lutut dan sempat menghabiskan waktu satu bulan untuk istirahat.

Sempat kembali bermain, namun engkelnya ternyata ikut-ikutan bermasalah. Inilah yang membuka fakta kalau cedera lutut Michu sebenarnya belum sembuh benar dan sebaliknya justru semakin parah. Vonis ini yang membuat musim Michu berakhir lebih cepat pada 2013/2014.

Segala cara dilakukan Michu untuk mengembalikan permainannya termasuk meminjamkannya ke Napoli. Namun, ia tetap tidak bisa memanfaatkannya. Bahkan kondisi kakinya menderita peradangan yang pelan-pelan menghapus keberadaan Michu di sepakbola.

“Saya menahan sakit. Setelah itu, rasa sakitnya tidak bisa ditahan lagi,” ujarnya.

Ketika masa peminjamannya di Napoli berakhir, Michu sudah bukan lagi menjadi pilihan utama Swansea yang saat itu sudah diasuh Gay Monk. Pada 9 November 2015, Swansea memutus kontrak Michu yang seharusnya berakhir pada 2017. Ia kemudian nyasar ke Langreo dan sempat bermain bersama Oviedo hingga akhirnya memutuskan pensiun pada Juli 2017.

“Kondisi engkel kanan Michu sudah tidak memungkinkan lagi untuk ambil bagian pada olahraga ini. Dia mencari kemungkinan untuk bermain lagi. Tapi, dari saran tim medis, ia memutuskan untuk tidak lagi bermain sepakbola dan akan berkarier di dunia manajerial,” kata perwakilan si pemain.

Sekarang, Michu menjadi sekretaris bagi Oviedo, kesebelasan profesional pertama yang ia perkuat. Meski sinarnya cenderung singkat, namun kehadiran Michu mampu memberikan sejarah bagi Swansea yang sudah pasti tidak akan bisa mereka lupakan.