Menguak Mitos Samuel Eto’o di Real Madrid

Foto: Foot The Ball

Kehilangan talenta besar ke kubu rival, FC Barcelona, bukan cerita asing bagi Real Madrid. Sebelum Neymar memilih Camp Nou pada 2013, mereka sudah pernah kehilangan Samuel Eto’o ke pihak Blaugrana.

Bedanya, Neymar belum pernah terdaftar sebagai pemain Los Blancos ketika mendarat di Barcelona. Mungkin balas dendam dari perebutan Alfredo Di Stefano di awal 1950-an. Eto’o pernah jadi bagian dari ruang ganti Bernabeu. Namun, ia disia-siakan tim Ibu kota Spanyol tersebut.

Cerita bagaimana Eto’o disia-siakan Real Madrid sudah menjadi mitos tersendiri. Pasalnya, penyerang asal Kamerun itu membuktikan diri sebagai salah satu penyerang terbaik dunia bersama Real Mallorca dan Barcelona. Aneh mengetahui Real Madrid tidak menginginkan dirinya.

Kisah Eto’o yang dibuang Real Madrid membuat dirinya disandingkan dengan legenda Hungaria, Laszlo Kubala. Kubala rumornya ditolak oleh Real Madrid sebelum membela Barcelona. Sebuah mitos yang sebenarnya juga salah kaprah. Seperti Eto’o, Kubala menghantui pertahanan lawan bersama Barcelona. Mencetak lebih dari 150 gol dan menjuarai La Liga empat kali di Catalunya.

Ditolak Real Madrid ?

Foto: Orange Football Club

Tapi sebenarnya, Eto’o tidak ditolak oleh Real Madrid. Beberapa pihak mungkin menolak Eto’o. “Saya selalu diperlakukan seperti anak baru. Terlepas dari banyaknya gol yang saya cetak. Bagaimana performa saya di atas lapangan, beberapa orang tidak menghargai saya. Saya tidak pernah mau meninggalkan Real Madrid, tapi mungkin di sana tidak ada tempat untuk pemain berkulit hitam,” kata Eto’o.

Eto’o tidak menjelaskan siapa yang menolak kehadirannya di Kota Madrid. Entah sesama pemain atau petinggi klub. Tapi yang jelas bukan Fabio Capello yang ketika itu menjabat sebagai pelatih kepala Los Blancos. “Capello adalah orang yang paling berjasa di karier saya. Dia yang memberi kesempatan kepada saya dan keluarga untuk makan,” aku Eto’o.

“Saat pertama saya mendarat di Real Madrid, Capello langsung meminta Leganes untuk membuka tempat. Saya datang sebagai pemain pinjamanan di sana. Masa-masa bersama Leganes membentuk saya menjadi pemain seperti sekarang,” lanjutnya.

Selain Capello, legenda Real Madrid José Martínez Pirri juga menjadi sosok yang sangat mendukung Eto’o di Bernabeu. “Pirri menyaksikan pertandingan saya saat debut untuk Kamerun,” buka Eto’o.

“Ia kemudian memberikan saya kesempatan ke Real Madrid. Sebagai pemain Afrika, hal seperti ini jarang terjadi. Saya pun langsung membuat janji pada diri sendiri: Tidak peduli apapun yang terjadi di sana, ini adalah jalan yang saya ambil”.

“Pirri kemudian mempertemukan saya dengan Capello. Saya tak percaya bisa latihan dengan Fernando Redondo, Roberto Carlos, dan Raul Gonzales. Setelah itu, Capello memastikan bahwa saya akan bertahan di Real Madrid,” jelas Eto’o.

Sakit Hati Pirri

Foto: Zimbio

“Seiring waktu, saya memang lebih dekat dengan Barcelona. Tapi saya tidak menyesal pernah membela Real Madrid. Hingga saat ini saya masih berterimakasih atas orang-orang yang percaya pada diri saya selama di sana,” kata penyerang kelahiran 10 Maret 1981 itu.

Eto’o sendiri mengakui bahwa ucapannya tentang isu ras di Real Madrid sebenarnya hanya sebuah spekulasi. Ia bingung, meskipun sudah tampil baik secara konsisten, kenapa dirinya selalu dipinjamkan. Minim peluang bermain dengan tim senior. Pada akhirnya ras jadi satu-satunya alasan yang masuk akal di kepalanya.

Lepas dari Real Madrid, Eto’o menggila bersama Mallorca dan Barcelona. Membantu Blaugrana bangkit dari masa-masa suram di awal milenium ketiga. Menjuarai semua kompetisi di Spanyol dan tiga kali meraih gelar Liga Champions. Bukan berarti dirinya diasingkan di Real Madrid. Disia-siakan mungkin. Tapi tidak separah cerita yang beredar sebelum-sebelumnya.

Pirri bahkan mengaku sakit hati waktu tahu Real Madrid membiarkan Eto’o pergi dari Bernabeu. “Saya paham, Real Madrid harus memilih antara Eto’o atau Ronaldo [Nazario]. Tapi sekalipun dirinya dilepas, jangan sampai ia bisa diboyong Barcelona. Lepas dia ke AC Milan, Juventus, Inter, tapi jangan Barcelona,” kata Pirri.

“Saya sudah berjuang sekuat tenaga untuk membesarkan Eto’o. Dia adalah karakter yang sulit untuk dihadapi. Semua itu dilakukan karena saya ingin melihatnya meraih kesuksesan bersama Real Madrid. Bukan dengan musuh,” lanjutnya.

***

Kisah Eto’o ditolak Real Madrid sudah menjadi legenda tersendiri di dunia sepakbola. Tapi pada dasarnya, dia tidak ditolak di Bernabeu. Eto’o sendiri juga tak membenci Real Madrid. Luis Enrique yang juga menyebrang dari Bernabeu ke Camp Nou bahkan mungkin memiliki cerita yang lebih kelam dibanding Eto’o.

Hingga Juli 2019, Eto’o masih jadi pemain terakhir yang menyebrang dari Real Madrid ke Barcelona. Cerita legendaris antara hubungan buruk Eto’o dengan Real Madrid ataupun masalah ras yang ia alami selama di Bernabeu masih menempel di kepala sebagian orang. Padahal hal itu tidak lebih dari sekedar mitos.