Bagi penikmat sepakbola, cerita tentang Ali Dia dan Southampton mungkin sudah familiar di telinga. Bagaimana Graeme Souness tertipu, mengontrak ‘sepupu George Weah’ yang kemudian hanya bermain 53 menit bersama Southampton.
Itu adalah cerita legendaris! Bahkan lebih dari dua dekade setelah Dia meninggalkan the Saints, namanya masih sering diangkat dalam perbincangan pemain terburuk sepanjang sejarah Premier League.
Namun, ternyata Dia tidaklah sendirian. Sunderland juga memiliki cerita yang sama lewat penyerang Honduras, Milton Nunez. Jika nama Nunez terasa asing, jangan salahkan diri kalian. Pasalnya, sama seperti Dia, Nunez juga hanya tampil satu kali untuk the Black Cats. Bahkan dirinya mendapatkan kesempatan main yang lebih sedikit. Hanya 15 menit di atas lapangan.
Nunez masuk menggantikan Michael Gray pada pekan ke-32 Premier League 1999/2000. Sunderland menang 2-1 kontra Wimbledon FC pada pekan pertandingan tersebut. Akan tetapi, Nunez tidak banyak memberikan kontribusi selama 900 detik merumput.
Menurut James Henchard dari Roker Report, dirinya lebih dikenal saat diperkenalkan kepada publik Stadium of Light karena berlari mengelilingi stadion dan bergaya layaknya petinju. Gaya itu membuat dia dijuluki sebagai ‘Tyson’ oleh para pendukung Sunderland.
Para pendukung Sunderland tentu bertanya-tanya tentang kehadiran Nunez di tim mereka. Pasalnya, Peter Reid mengeluarkan dana 1,6 juta Pauns demi jasa Nunez dari PAOK. Lebih mahal dibanding bek veteran Arsenal, Steve Bould, yang datang enam bulan sebelumnya. Bahkan hampir tiga kali lipat dari biaya transfer Thomas Sörensen yang langsung menjadi pilihan utama di bawah mistar gawang the Black Cats.
Pengakuan yang Ditunggu-Tunggu
#AAAJ 🎂 La A. A. Argentinos Juniors saluda en su cumpleaños a Eduardo Bennett. ¡Muchas felicidades! pic.twitter.com/04lQWzevxJ
— Argentinos Juniors (@AAAJoficial) September 11, 2018
Mereka [suporter Sunderland] percaya bahwa Reid telah membeli pemain yang salah. Reid sedang mencari pemain dari Liga Yunani dan ia menyaksikan terlalu banyak rekaman. Pada akhirnya, Reid salah memilih pemain. Bedasarkan laporan yang beredar, Reid sebenarnya ingin mendatangkan Adolfo Valencia. Tapi justru menebus jasa Nunez dari PAOK.
Pada 2017, Nunez pun mengakui bahwa teori para pendukung Sunderland itu benar. Tapi bukan Valencia yang diincar Reid. Bahkan sebenarnya Reid tidak mengincar pemain PAOK. Melainkan rekan senegara Nunez, Eduardo Bennett.
“Saya akhirnya berbicara pada pelatih [Reid]. Bertanya apa tujuannya mendatangkan saya ke Sunderland. Rekaman yang dia lihat adalah cuplikan Bennett. Entah apa yang membuat dirinya memilih saya,” aku Nunez.
“Bennett pemain jangkung (179 centimeter), bagaimana juga sedikit mustahil dia bisa salah,” ungkap penyerang yang 16 centimeter lebih pendek dari Bennett.
Pengakuan ini adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu pendukung Sunderland. Pasalnya, sebelum Nunez membuka hal itu, ia selalu merasa bahwa dia adalah orang yang tepat. Datang ke Sunderland bukan karena kesalahan Peter Reid.
“Yakin 100% bahwa Sunderland memang meminati saya. Adolfo [Valencia] itu pemain dengan tinggi 180 centimeter. Jauh di atas saya. Mustahil mereka salah melihat pemain,” ungkap Nunez setahun sebelum memberikan pengakuannya. “Saya merupakan pemain Honduras yang tampil di Liga Inggris. Jelas itu membuat saya bangga,” lanjutnya.
Nunez bukanlah satu-satunya orang yang bangga membela Sunderland. Paul Stretford, agen pemain yang dekat dengan Reid juga bangga melihat the Black Cats mendaratkan Nunez. Sosok yang terlibat dalam berbagai transaksaksi ternama seperti Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo ke Manchester United itu ikut terlibat dalam kepindahan Nunez.
Bedasarkan buku Tom Dower berjudul ‘Broken Dreams: Vanity, Greed And The Souring of British Football’, Nunez memiliki tempat tersendiri di catatan Stretford. Penyerang kelahiran 30 November 1972 itu adalah hasil dari jerih payahnya menyaksikan CONCACAF Gold Cup dan ia senang Reid mengontrak Nunez. Walau kenyataannya adalah cerita absurd.
Diakui Sebagai Pahlawan Sunderland
Foto: Four Four Two
Beruntung bagi Nunez dirinya tidak bernasib seperti Ali Dia. Suporter Sunderland tetap mengangkatnya sebagai pahlawan. Hanya lewat peragayaan tinju saat perkenalan dan penampilan 15 menit kontra Wimbledon, Milton ‘Tyson’ Nunez masuk dalam daftar ‘cult hero’ Sunderland.
Mengacu ke tulisan James McManus di Football Fan Cast, ada dua aspek untuk membantu seorang pemain menjadi ‘cult hero’. Pertama adalah loyalitas, pemain-pemain seperti Matt Le Tissier dan Tonny Hibbert adalah contohnya.
Faktor kedua, memiliki kekurangan. Duncan Ferguson yang emosional atau ‘Mackem Slayer’, Shola Ameobi contohnya. Mereka bukanlah pemain terbaik di kesebelasan masing-masing. Tapi para suporter tetap mencintai mereka meski tahu akan kekurangan yang ada.
Hal serupa juga ada di dalam diri Nunez. Ia bangga menjadi pemain Sunderland. Bahkan the Black Cats menjadi satu-satunya kesebelasan yang pernah ia bela di Eropa. Suporter Sunderland juga senang melihat dirinya meski bertahun-tahun kebingungan kenapa Peter Reid mendatangkan Nunez ke Stadium of Light.
Kevin Phillips, salah satu penyerang terbaik sepanjang sejarah Sunderland bahkan mengakui Nunez sebagai bagian dari legenda the Black Cats. “Nunez mungkin gagal beradaptasi di Sunderland. Tapi kehadirannya di latihan sangat menyenangkan,” buka Phillips kepada FourFourTwo.
“Saya bukanlah pemain yang tinggi dan Nunez masih lebih pendek dari saya. Meski dia gagal bersinar bersama Sunderland, Nunez akan selalu ada dalam legenda Sunderland,” aku Phillips yang hingga Juli 2019 yakin Reid membeli pemain yang benar.