Tidaklah mengherankan bahwa Real Madrid dan Juventus sangat tertarik dengan gelandang Chelsea N’Golo Kante. Bagaimana tidak, pemain asal Prancis ini telah melakukan semuanya, mulai dari menjadi pemain andalan di tim sampai berkontribusi meraih gelar krusial, dan bahkan ia telah mendapatkan sesuatu yang semua pesepakbola menginginkan itu, yaitu trofi Piala Dunia. Padahal perjalanan karier gemilangnya, sejak 2016, belum genap berumur empat tahun.
Namun, apakah Anda masih ingat soal pergantian peran N’Golo Kante pda 2018? Itu adalah masa-masa di mana banyak penikmat sepakbola, khususnya suporter Chelsea, merasa kesal dengan perannya. Tampaknya aneh, tapi salah satu masalah utama Chelsea di musim lalu memang muncul dari penyalahgunaan peran Kante di tim utama The Blues akibat racikan baru manajer Maurizio Sarri.
Awal dari masalah ini sebenarnya karena Sarri memutuskan untuk memainkan Jorginho sebagai pasangan Kante dan memainkannya jauh lebih dalam di lini tengah Chelsea. Sebagai bagian dari shift ini, Kante dipindahkan beberapa meter dari posisi awalnya. Ia didorong untuk membuat sejumlah permainan menyerang dan lari ke depan sebagai peran tambahan. Namun, peran ini justru menuai kemarahan. Kemarahan dari para penikmat permainan Kante yang bertujuan untuk melindungi bentuknya.
Di acara radio (atau podcast), di kolom surat kabar, atau di media sosial, semua orang yang ada di sana meluapkan emosinya soal hal ini. Ada yang merasa gagah sendiri dengan membela kehormatan Kante, atau bahkan ada yang sampai rela menjadi seperti seorang ayah yang mengusir geng motor yang menyukai anak perempuannya dari teras depan rumah. Pada intinya, tidak ada yang mau melihat N ‘Golo Kante bermain dengan peran barunya tersebut.
Namun hal yang paling aneh tentang pemberontakan dari peran baru Kante adalah “tidak ada yang benar-benar berarti.” Protes mereka seolah sia-sia. Karena skema Sarri untuk Kante justru membuat Chelsea berhasil menyelesaikan tempat ketiga di liga, memenangkan trofi Europa League, memberi Callum Hudson-Odoi kesempatan bermain di 26 pertandingan, dan memainkan skema permainan tim yang cukup baik dengan kalibrasi yang tepat dari kedua pemain poros lini tengahnya.
Semua mata mulai tertuju pada Kante dan Jorginho sejak musim lalu. Keduanya juga merupakan pesepakbola cerdas, yang telah bekerja dengan cukup baik untuk tim utama Chelsea. Dan uniknya, alih-alih tidak lagi dilanjutkan, skema Sarri (tentang peran Kante dan Jorginho) justru tampak lebih dikembangkan di musim ini, dan dua kemenangan terbaik Chelsea di musim ini ketika melawan Lille dan Southampton, bertepatan dengan dimulainya kembali peran kedua pemain itu.
Namun, terdapat berita bahwa Kante mungkin akan melewatkan pertandingan melawan Newcastle pada pekan kesembilan Premier League setelah mengalami cedera saat berjibaku bersama timnas Prancis di jeda internasional. Maka sontak hal ini merupakan hambatan terbesar bagi dimulainya kembali lonjakan apik poros lini tengah Chelsea.
Terlepas dari itu, muncul beberapa berita yang mengabarkan kalau Real Madrid dan Juventus telah menunjukkan itikad serius guna merekrut Kanté. Namun, bukannya banyak yang benar-benar percaya soal rumor seperti ini ini, menurut salah satu penulis dan jurnalis dari The Guardian, kabar itu justru lebih tergambar sebagai “kompleksitas gosip dari industri sepakbola.”
Di sisi lain, tidak ada benang merah juga yang mengaitkan antara Kante dan Madrid. Sekalipun ada, itu pun hanya dua artikel di situs web DesMarque yang menyatakan bahwa Kanté “bermimpi memakai jersey putih dan akan meninggalkan Chelsea, karena dia percaya kalai dia tidak bercita-cita untuk memenangkan gelar penting bersama Frank Lampard.”
Mungkin berita ini bisa jadi benar. Tapi pertanyaanya, apakah pembicaraan itu terdengar seperti N’Golo yang Anda tahu? Apa benar kata-kata yang dilontarkan akan se-gamblang seperti yang tergambar dalam kutipan barusan? Jelas bahwa jawaban yang relevan adalah “itu tidak mungkin.”
Maka tidak mengherankan kalau hanya sedikit orang saja yang percaya jika mendengar bahwa Kante berbicara seperti itu. Karena setidaknya, semua pecinta sepakbola di Inggris sudah tahu sifat Kante. Ia juga telah dianggap sangat penting di Inggris, dan sosoknya malah diadopsi sebagai kekuatan alam yang dimiliki Premier League. Padahal gelandang jangkar sebenarnya bukanlah posisi yang dihargai sepakbola Inggris secara historis. Namun, Kante berhasil mendobrak paradigma itu.
N’Golo Kanté justru berhasil mendapatkan penghargaan yang jauh lebih besar dari yang pernah dimiliki oleh seorang gelandang bertahan di Premier League. Bentuk permainan Kante adalah bertahan dari energi besar yang dimilikinya, lalu dikombinasikan dengan gaya Premier League yang begitu menghibur, sehingga permainan yang tercipta dari itu semua benar-benar begitu mengagumkan. Maka sangat wajar sekali untuk memuji seorang Kante, dan bukan menjadi hal yang aneh untuk memprotes terhadap perubahan peran dari mantan pemain Leicester City tersebut.
N’Golo Kante sangat pandai dalam menciptakan sesuatu yang biasanya ia munculkan lewat beberapa statistik mengesankan dalam satu musim. Misalnya, ia adalah pemain pembuat tekel terbanyak di liga top Eropa dalam dua musim berturut-turut. Musim lalu saja, dalam sebuah tim yang memainkan skema dengan menguasai bola hampir sepanjang waktu, Kante masih bisa memblok lebih banyak daripada umpan per pertandingan yang ia lakukan, dan menjadi pemain tengah paling produktif menghasilkan intersep dibanding pemain tengah lainnya di Premier League.
Menurut salah satu pundit The Guardian, Barney Ronay, insting dan bentuk apik merupakan sumber dari kekuatan super seorang Kante. Kemampuannya dalam memperhatikan ruang dan gerakan, lalu menggunakan pandangannya dengan interval kira-kira tiga detik ke depan sudut-sudut lapangan, selalu dilakukan Kante untuk menghancurkan pergerakan lawannya.
Di satu sisi, Kanté juga telah melakukan hal-hal lain yang sama baiknya di luar kebiasannya tersebut. Misalnya saja, saat kekalahan Liga Champions tahun lalu oleh Barcelona di Camp Nou, Kante menghasilkan permainan lini tengah serba cemerlang melawan Ivan Rakitic, Sergio Busquets dan Andrés Iniesta. Selain itu, di musim ini, tidak ada gelandang bertahan yang mencetak begitu banyak gol di Premier League dari Kante hanya dari tiga pertandingan yang dimainkan. Jelas bukan, dua hal ini merupakan bukti yang sekaligus menjadi alasan mengapa Kante adalah gelandang serba terbaik di Premier League?
Hanya saja, citra N’Golo Kante memang selalu dibatasi. Kisah tentangnya yang pernah bekerja sebagai pemulung di pinggiran kota Paris menjadi kepiluan tersendiri. Namun kendati begitu, Kante juga adalah seorang akuntan yang punya integritas. Ketika ia menolak untuk mengambil upah dari Chelsea melalui perusahaan kulit, mungkin itu bukan karena ia memiliki jiwa suci, tetapi karena ia memahami peraturan keuangan dan praktik akuntansi lebih baik daripada kebanyakan orang.
Demikian pula, Kante sering menjadi pelayan para bintang-bintang sepakbola baik di klub maupun di tim nasional. Ada sebuah kabar kalau ia membiarkan Paul Pogba tampak bermain lebih baik di Piala Dunia karena kehadirannya. Mungkin yang tergambar dari sini adalah, ketika menyaksikan Kante bermain, setiap pemain yang bermain bersamanya akan menjadi sosok yang tampil lebih menonjol berkat kehadirannya.
Jadi, N’Golo Kante memang bukanlah sosok yang hanya dilabeli sebagai gelandang terbaik, tetapi ia juga merupakan sosok pemain yang rela dan mau mendedikasikan dirinya untuk menjadi baik di mana pun ia berada. Semoga saja perannya tetap seperti itu, dan semoga saja ia selalu mendapatkan yang terbaik berkat dedikasinya tersebut.