Deportivo La Coruna pernah mengejutkan La Liga Spanyol dan Liga Champions di awal 2000-an. Tim asal Galicia itu memenangkan liga domestik musim 1999/2000 dan Copa del Rey 2001/2002, sebelum menembus semi final Liga Champions 2003/2004. Meski tanpa pemain bintang, tapi beberapa nama jadi andalan, seperti Roy Makaay, Mauro Silva, Djalminha, Pauleta, Fran, hingga Noureddine Naybet.
Nama terakhir, mungkin tak banyak dikenal oleh fans sepakbola dunia. Tapi dalam periode tersebut, Naybet menjadi salah satu pahlawan besar bagi Deportivo. Pemain internasional Maroko itu bermain konsisten menjaga lini pertahanan. Bukti betapa penting perannya saat itu, kejatuhan Os Brancoazuis menuju titik nadir setelah periode tersebut, dimulai sejak kepergian sang bek dari Estadio de Riazor.
Tumbuh di Jalanan Casablanca
Naybet bergabung ke Deportivo musim panas 1996, bersamaan dengan kedatangan bintang muda Brasil Rivaldo. Tapi, pemain yang saat itu berusia 26 tahun tersebut, dua tahun lebih muda dari rekan barunya itu, sudah lebih mapan setelah tiga musim main di Eropa. Dia melintasi Selat Mediterania pada 1993 untuk main dengan Nantes di Prancis, lalu pada 1994 pindah ke Sporting CP di Portugal.
Jauh sebelumnya, bakat pemain kelahiran Casablanca, 10 Februari 1970 itu tumbuh di jalanan Derb Chorfa. Dia kecanduan sepakbola sejak bocah, hingga menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menyepak si kulit bundar. Dengan modal bakat dan pekerja keras, dengan cepat dia ditemukan tim lokal Étoile de Casablanca, seminggu sebelum bergabung ke klub profesional, Wydad Casablanca.
Usia 19 tahun, musim 1989/1990, akhirnya Naybet mendapat debut profesional. Sejak itu, kariernya terus meroket hingga memenangkan delapan trofi dalam empat tahun, termasuk di antaranya juara Liga Maroko tiga kali, serta sekali juara Liga Champions Afrika dan Liga Champions Arab. Prestasi itu pula yang mengirimnya ke Nantes, sebelum ke Sporting CP dan merebut dua trofi dalam dua musim.
Bek Terbaik Versi Lionel Scaloni
Sementara Rivaldo hanya bertahan semusim, Naybet terus bermain hingga delapan tahun kemudian dan membawa Deportivo ke puncak sejarah klub Galicia itu. Mereka merusak dominasi Real Madrid dan Barcelona yang telah menciptakan status quo dalam babak awal sepakbola modern di La Liga. Skuat Turcos mulai mengganggu sejak musim kedua setelah promosi dari divisi dua pada 1991/1992.
Setidaknya dalam delapan musim, mereka empat kali finish di tiga besar, di antaranya jadi runner-up dua musim beruntun pada 1994-1995. Puncaknya, Deportivo mencapai kejayaan La Liga pada musim 1999/2000, diikuti runner-up dua musim berikutnya, lalu finish ketiga pada 2003-2004. Di periode itu, selain trofi Copa del Rey 2001/2002, mereka pun juga merebut Piala Super Spanyol 2000 dan 2002.
Naybet adalah salah satu bintang dalam skuat Deportivo yang mempesona di awal millennium itu. Dia jadi palang pintu di jantung pertahanan tim, sering dipasangkan dengan bek Argentina, Gabriel Schurrer. Pelatih tim Tango saat menjuarai Piala Dunia 2022, Lionel Scaloni juga rekan setimnya pada masa itu, meski sang bek kanan banyak melewatkan laga karena cedera pada musim juara mereka.
“Saat saya di Deportivo, saya bermain dengan tiga pemain Maroko (termasuk striker Salaheddine Bassir dan gelandang Mustapha Hadji),” kenang Scaloni suatu ketika.
”Saya bermain dengan Naybet, yang bagi saya termasuk di antara lima bek terbaik yang pernah saya lihat dalam hidup saya. Dia pemain yang luar biasa,” begitulah dia mengingat sosok Naybet sebagai salah satu bek tengah andal.
Akhir Era Naybet dan Deportivo
Sebagai pemain belakang yang luar biasa dan berpengetahuan luas, yang memiliki semua atribut fisik dan kualitas mental untuk unggul di jantung pertahanan salah satu klub mengejutkan di masanya, tak salah jika Naybet disebut sebagai salah satu rekrutan paling cerdas dalam sejarah Deportivo. Dia membuat 277 penampilan dengan 16 gol, termasuk gol telat yang membawa mereka bisa unggul 2-1 atas Manchester United setelah sempat tertinggal pada penyisihan grup Liga Champions 2001/2002.
Setelah menembus semi final Liga Champions 2003/2004, yang menjadi pencapaian terbaik mereka di turnamen tersebut, Naybet memutuskan mengakhiri karier cemerlangnya bersama Deportivo di usianya yang ke-34 tahun. Sejak itu pula kejatuhan Herculinos dimulai; tak pernah lagi masuk enam besar La Liga dan mencapai final Copa del Rey, hingga terpaksa turun kasta tujuh tahun kemudian.
Dari Deportivo, Naybet masih sempat bermain untuk Tottenham Hotspur di Inggris selama dua tahun sebelum gantung sepatu pada 2006. Dalam 17 tahun karier profesionalnya itu, dia juga mencatatkan 115 caps untuk timnas Maroko sejak 1990, termasuk tampil di Olimpiade 1992 Barcelona serta dua edisi Piala Dunia 1994 dan 1998, hingga membawa negaranya menjadi runner-up Piala Afrika 2004. Sementara Deportivo benar-benar turun ke titik nadir, dan kini main di divisi tiga Spanyol sejak 2020.