Mungkin banyak orang yang tidak mengenalnya, sekilas melihat Nwankwo Kanu bukanlah seorang pesepakbola. Tubuhnya yang kurus memang cukup jauh dari wujud fisik seorang atlet. Namun, jika sudah mendapatkan bola di kakinya, makanya tubuhnya itu akan bergerak lentur; membuat setiap orang akhirnya percaya bahwa dia adalah seorang pesepak bola dengan bakat yang sangat luar biasa.
Di lapangan, Kanu adalah pesepak bola paling cemerlang dari Nigeria. Sejumlah prestasi telah sukses diraih sepanjang karier profesionalnya, baik di level klub maupun ketika memperkuat tim nasional negaranya. Setelah akhir karir bermainnya, pria kelahiran Owerri, Nigeria pada 1 Agustus 1976 itu telah menjadi seorang dermawan terkenal, hingga terlibat dalam berbagai kegiatan amal dan sosial.
Juara Piala Dunia U-17
Kanu memulai kariernya yang memukau dengan klub Nigeria, Federation Works sebagai penyerang. Saat berusia 16 tahun, dia dikontrak profesional oleh klub papan atas Iwuanyanwu Nationale. Koleksi 15 gol dalam 25 pertandingan liga dicatatkannya di musim 1992/1993 itu, sekaligus juga mengklaim satu-satunya gelar domestik sepanjang karier profesionalnya, yaitu trofi juara Liga Utama Nigeria.
Panggilan ke Timnas Nigeria segera menyusul, dan Kanu membantu Super Eagles muda meraih Piala Dunia U-17 pada 1993. Di level senior, dia juga pernah menjuarai Afro-Asian Cup of Nations 1995 dan medali emas Olimpiade 1996, serta jadi runner-up Piala Afrika 2000. Lalu, mencatatkan penampilan di tiga edisi Piala Dunia, termasuk mengirim negaranya lolos ke babak 16 besar Piala Dunia 1998.
Kesuksesan menjuarai Piala Dunia U-17 1993 dengan mengoleksi lima gol kemudian mengantarkan Kanu merantau ke Eropa. Dia bergabung dengan klub raksasa Belanda, Ajax. Remaja 17 tahun kala itu pun menimba ilmu permainan Total Football bersama para calon bintang, seperti Patrick Kluivert, Edgar Davids, si kembar De Boer, dan Clarence Seedorf selama tiga musim sampai pertengahan 1996.
Menangkan Liga Champions
Perjalanan bersama Ajax bisa dibilang menjadi awal karier yang manis bagi Kanu. Dia merebut tiga gelar Eredivisie Belanda, sekaligus menembus dua final Liga Champions, termasuk memenangkan trofi si kuping lebar itu pada kesempatan pertama, musim 1994/1995. Saat itu, pemain jangkung setinggi 1,97 meter itu sempat tampil sebentar dalam kemenangan final 4-0 atas AC Milan tersebut.
Selama periodenya dengan tim legendaris Belanda itu, Kanu mencetak 25 gol dalam 65 penampilan. Jejaknya benar-benar baik dan berhasil membakar bagi para pesepakbola Afrika untuk bermain di level tertinggi dengan tim-tim terbaik Eropa. Dia lalu melanjutkan perjuangan bersama Inter Milan pada 1996, namun badai besar menghantam kehidupannya; diagnosis kelainan jantung yang serius.
Kanu harus melalui operasi besar, dan banyak yang khawatir dia tidak akan pernah menjadi pemain yang sama setelah itu. Menyusul penggantian katup aorta di jantungnya, pemain yang ketika itu baru memasuki usia 20 tahun itu hanya tampil 17 kali selama tiga musim, tetapi tetap berhasil meraih trofi Piala UEFA 1998. Setelahnya, para pakar mulai menyarankan agar dia berhenti sebagai pesepakbola.
Namun, pada Februari 1999 Arsenal malah mempertaruhkan 4 juta paun pada kapten Timnas Nigeria itu, yang kemudian terbayar secara spektakuler. Kanu menghabiskan lebih lima musim di tim London utara tersebut, membantu mereka meraih dua gelar Premier League dan dua Piala FA. Bersama The Gunners, dia menunjukkan segala tentang dirinya sebagai pemain: seimbang, teknis dan imajinatif.
Tolok Ukur Pemain Muda
Sejak 2004, Kanu bermain untuk West Bromwich Albion selama dua musim, sebelum menyeberang ke Portsmouth. Di klub terakhir, dia sempat mengangkat satu trofi Piala FA lagi dan mencetak satu-satunya gol di final 2007/2008 itu, hingga pensiun di penghujung musim 2011/2012, dua musim setelah mereka turun ke Championship. Total 14 trofi telah diraihnya selama 20 musim berkarier.
Di level internasional, dia jadi kapten Timnas Nigeria selama empat tahun, dan mencatatkan total 86 caps dengan koleksi 13 gol. Sebagai satu-satunya pemain yang pernah memenangkan trofi Premier League, Piala FA, Liga Champions, Piala UEFA, dan medali emas Olimpiade, hingga kini Kanu masih menjadi tolok ukur yang digunakan setiap pesepakbola Nigeria untuk mengukur diri mereka sendiri.
Setelah pensiun dari lapangan hijau, Pemain Terbaik Afrika 1996 dan 1999 itu menghabiskan waktu dalam kegiatan sosial. Dia telah terinspirasi oleh petugas medis yang menyelamatkan nyawanya, dan mendirikan Kanu Heart Foundation yang memfasilitasi operasi jantung untuk lebih dari 400 anak. Di samping berupaya meningkatkan perawatan jantung di negaranya, Kanu juga menjadi duta UNICEF.
Sumber: These Football Times