Club Atletico Osasuna dipastikan kembali ke La Liga setelah berhasil mengunci 78 poin dari 39 pertandingan. Mencatatkan 23 kemenangan, sembilan imbang, dan hanya kalah tujuh kali, Osasuna menjadi kesebelasan pertama yang mendapatkan tiket promosi ke La Liga.
Kampanye 2018/2019 di divisi dua Spanyol atau biasa disebut Segunda sebenarnya belum berakhir. Masih ada tiga pertandingan lagi sebelum memasuki fase playoff. Tapi, Osasuna unggul 10 poin dari penghuni tertinggi zona playoff, Albecete. Memastikan klub berjuluk Gorritxoak itu akan promosi otomatis.
“Saya sangat senang meraih kesuksesan ini. Saya merasa terbebaskan. Semua berkat dukungan para suporter yang selalu ada untuk klub. Keberhasilan ini adalah milik kita bersama,” kata Kepala Pelatih Osasuna Jagoba Arrasate.
Terakhir mewarnai La Liga pada 2016/2017, Osasuna dikenal sebagai kesebelasan papan tengah ke bawah di divisi tertinggi Spanyol. Padahal ada masanya mereka menjadi salah satu wakil Spanyol di kompetisi antar klub Eropa.
La Liga 2005/2006 menjadi kampanye terbaik mereka dengan menduduki peringkat empat klasemen akhir. Mengandalkan Ricardo, Raul Garcia, dan Pierre Webo, Gorritxoak lolos ke fase kualifikasi Liga Champions sebelum disingkirkan Hamburg.
Semusim sebelumnya, saat masih dibela ikon Australia, John Aloisi, Osasuna juga menjadi wakil Spanyol di Piala UEFA. Mereka mendapatkan tiket kompetisi tersebut setelah lolos ke partai puncak Copa del Rey bersama Real Betis. Mengalahkan Getafe, Sevilla, dan Atletico Madrid dalam prosesnya.
Perubahan Mental
Foto: AS
Menurut Sid Lowe, penurunan prestasi Osasuna mulai terlihat sejak 2010. Meski saat itu mereka masih nyaman di papan tengah La Liga, kondisi klub sudah tidak sehat. Gorritxoak mengalami krisis finansial, perubahan kekuasaan, hingga skandal mengaturan skor.
Pemain jebolan akademi Osasuna, Enrique Martin Monreal, merupakan sosok yang paling berpengaruh pada masa-masa tersebut. Dipercaya sebagai kepala pelatih Osasuna, Martin menyelamatkan muka Osasuna terlepas dari berbagai masalah di balik layar.
“Osasuna, banyak orang mungkin melihat kita lahir. Tapi tidak akan ada yang peduli apabila kita mati,” kata Martin membakar semangat di El Sadar. “Kita yang menyelamatkan klub ini dan membawa Osasuna kembali ke divisi tertinggi Spanyol,” lanjutnya.
Martin mengangkat Osasuna kembali ke La Liga lewat jalur playoff 2015/2016. Tapi karena ucapannya tersebut dirinya didepak dari El Sadar. Mental di ruang ganti Gorritxoak rusak seketika. “Setiap kali ada hal yang merugikan kami, hal itu langsung jadi pukulan besar. Membuat kami tidak percaya diri,” kata gelandang bertahan sekaligus ikon klub, Oier.
Arrasate nampaknya berhasil mengembalikan mental tim. Mengingat pada awal musim, Osasuna sempat tampil buruk di Segunda. Menelan tiga kekalahan dari lima pertandingan pertama mereka di 2018/2019.
“Kekalahan dari Gimnastic membuat kami harus bercermin. Menjadi lebih dewasa. Itu adalah titik balik kami, awal yang sesunggunya,” ungkap Arrasate. “Sejak dulu Osasuna selalu bermimpi. Sekarang Osasuna diisi orang-orang yang berani berjuang untuk mimpi tersebut,” lanjutnya.
Penuh Potensi
Porque Osasuna siempre vuelve, pase lo que pase siempre regresa a donde le corresponde! Grandes rojillos! @CAOsasuna pic.twitter.com/NkNAnOqORI
— Javi Martínez (@Javi8martinez) June 18, 2016
Terlepas dari status penghuni papan tengah ke bawah yang melekat dalam diri Osasuna, mereka sebenarnya adalah kesebelasan dengan penuh potensi. Nacho Monreal, Javi García, Cesar Azpilicueta, Juanfran, Mikel Merino, hingga Javi Martinez lahir berkat Osasuna.
Itu pun belum termasuk pemain-pemain yang bukan jebolan akademi mereka. Misalnya, Jevad Nekounam, Roberto Soldado, dan Carlos Vela.
Tanpa Osasuna, Vela mungkin tidak akan masuk ke dalam radar Real Sociedad dan memperbaiki kariernya yang disia-siakan Arsenal. Hal serupa juga bisa dikatakan untuk Soldado yang jadi salah satu penyerang paling berbahaya di Spanyol setelah dipinjamkan Real Madrid ke Gorritxoak.
Masalahnya, Osasuna bukanlah klub bertabur harta. Pada akhirnya, mereka harus rela melepas pemain-pemain terbaik ke kesebelasan yang ‘lebih tinggi’. Terutama Athletic Bilbao. Javi Martinez dan Kike Sola menjadi nama paling familiar yang dikirim Osasuna ke San Mames.
Athletic dikenal sebagai klub yang hanya memperkenankan pemain keturunan Basque. Tapi mereka bukanlah satu-satunya kesebelasan di Basque. Setidaknya ada 15 kesebelasan asal Basque di tiga divisi profesional Spanyol. Dari 15 kesebelasan itu, Osasuna adalah tim yang paling banyak dilucuti oleh Athletic.
Total, Athletic mengambil 19 pemain dari Osasuna. Disusul oleh Real Sociedad dengan kiriman 12 pemain. Lalu barulah Eibar, Basconia (8), Alaves, dan Barakaldo (6). Padahal hanya setengah dari Provinsi Navarre, tempat Osasuna, yang masuk dalam area Basque. Tapi mereka paling banyak dimanfaatkan oleh klub eksklusif Basque tersebut.
Pecah Kongsi
Foto: El Scouting
Terakhir, Athletic memboyong Jesus Areso dari Osasuna. Areso dipastikan akan menjadi pemain terakhir yang menyebrang dari Osasuna ke Athletic. Pasalnya, kubu Gorrixoak gerah melihat tingkah Athletic yang memanfaatkan keuangan mereka untuk melucuti tim mereka.
Athletic mengaktifkan klausal pelepasan Areso seharga 450 ribu euro. Osasuna tak bisa menahan Areso karena posisi mereka ada di divisi dua dan Athletic diakui sebagai klub terbaik di Basque.
Tapi kemudian Athletic berusaha mengontrak penyerang muda Osasuna Alex Berenguer. Tindakan ini dianggap sebagai manipulasi kekuatan oleh Osasuna. Akhirnya mereka pun menghalangi Berenguer ke San Mames. Memutuskan untuk menjual pemain tersebut ke Torino dan mendapatkan dana sekitar lima juta euro dari Turin.
Kisaran dana yang sama merupakan biaya yang dikeluarkan Athletic untuk menebus Javi Martinez pada 2006. Mereka menjual Martinez dengan dana 40 juta euro ke Bayern enam tahun kemudian. Menjadikan namanya sebagai pembelian terbesar di 1.Bundesliga saat itu.
Tapi, Athletic tidak mau memberikan kompensasi sepeser pun ke Osasuna. Harus Bayern yang membayar kompensasi 800 ribu euro kepada empu El Sadar.
La Liga 2019/2020 akan jadi musim ketiga Osasuna tidak diganggu keserakahan Athletic. Pertama di divisi tertinggi sepakbola Spanyol.
Pada 2018/2019 setidaknya ada nama Kike Barja sebagai jebolan akademi yang memberi banyak kontribusi. Hingga pekan ke-39, pemain kelahiran 4 April 1994 itu sukses mencetak tiga gol dan arsiteki lima lainnya. Sementara di Osasuna B, Endika Irigoyen terlihat sudah siap mengisi tim utama.
Menarik untuk melihat apakah mereka bisa memaksimalkan potensi yang ada. Mengatakan kepada dunia bahwa Basque bukanlah Athletic Club semata!