Oscar Tabarez dan Penyakit Langka yang Dideritanya

Oscar Tabarez jelas bukan pelatih biasa. Ia pernah menjuarai Copa Libertadores saat usianya berusia 40 tahun. Pelatih berkebangsaan Uruguay ini juga melatih negaranya sejak 2006 hingga sekarang, atau sekitar 15 tahun.

Ada satu hal yang membuat para penggemar bertanya-tanya soal Tabarez. Utamanya di Piala Dunia 2018 lalu. Soalnya, ia bergerak dengan menggunakan tongkat penyangga.

Setelah ditelusuri, Tabarez ternyata tengah berjuang menghadapi penyakit yang ia sebut bernama “chronic neuropathy” selama beberapa tahun terakhir. Karena penyakit tersebut, Tabarez terpaksa menggunakan kuris roda. Pun dengan tongkat yang ia tumpu di Piala Dunia, itu tak lepas karena penyakitnya tersebut.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Sindrom Guillain-Barre (GBS) adalah kelainan autoimun yang langka di mana sistem kekebalan tubuh seseorang merusak syaraf, menyebabkan kelemahan otot, dan terkadang menyebabkan kelumpuhan. GBS bisa menyebabkan gejalan yang berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa tahun. Kebanyakan orang pulih sepenuhnya, tapi beberapa mengalami kerusakan saraf permanen.

Tabarez pertama kali terlihat menggunakan tongkat terjadi pada 2016 di babak kualifikasi Piala Dunia kala menghadapi Peru dan Brasil. Tak lama kemudian, ia dilaporkan menderita sindrom Guillain-Barre. Namun, Tabarez menyangkal, karena ia merasa itu adalah dampak chronic neuropathy yang ia derita selama bertahun-tahun.

Tabarez kemudian menceritakan pengalamannya di babak kualifikasi Piala Dunia 2014. Kala itu, ia sampai menangis menahan sakit, ketika mencoba baik tangga. Namun, masalah pergerakannya ini memengaruhinya secara berbeda.

“Aku tak mengalami rasa sakit apapun. Neuropati menyebabkan masalah motorik, terutama ketika berjalan. Aku hanya menggunakan satu tongkat, tapi ketika lantainya kuat, aku tak menggunakannya. Karena ini merupakan penyakit kronis, terkadang aku merasa lebih baik dan terkadang tidak,” terang Tabarez kepada Subrayado.

Di Rusia, Tabarez menggunakan tongkat penyangga untuk membantunya berkeliling tempat latihan, juga saat di stadion. Meski demikian, saat menang 2-1 atas Portugal di babak 16 besar, ia bisa berjalan beberapa meter tanpa bantuan.

Pelatih kelahiran 3 Maret 1947 tersebut sudah menjalani berjam-jam untuk fisioterapi. Dia telah bertemu dengan sejumlah dokter, dan menjalani berbagai macam perawatan. Tujuannya satu: ia ingin tetap bekerja sebagai pelatih timnas Uruguay, yang juga sempat ia tangani pada 1988 hingga 1990.

“Bila ada saatnya aku melihat tanda kalau para pemain tak lagi mengikutiku atau sesuatu semacamnya, aku berpikir untuk pergi, tapi itu belum terjadi,” kata Tabarez pada 2016 lalu.

Tentu saja itu tak terjadi. Tabarez sudah berjasa buat banyak orang, bahkan buat sepakbola Uruguay itu sendiri. Ia yang membentuk ulang pelatihan usia muda. Karena hal ini, ia tak lagi tergantung pada pemain yang itu-itu terus, termasuk para pemain yang membawa Uruguay juara Copa America 2011 ke Piala Dunia 2018. Selain itu, para pemain bintang Uruguay juga tak lepas dari polesannya.

Kelemahan Tabarez hanya ada pada fisik, bukan mentalnya. Karena itu, ia tetap bekerja seperti biasa meski fisik menghalanginya.

Tabarez sebenarnya lebih tepat disebut sebagai manajer, seperti peran di Inggris. Ia tak lagi melatih setiap detail di tempat latihan. Tugasnya kini hanyalah memilih para pemain terbaik, memutuskan taktik yang akan digunakan saat pertandingan, dan menyampaikan taktiknya tersebut pada anak asuhnya.

Kuncinya ada pada kepercayaan. Ia punya asisten yang sudah bekerja bersamanya selama bertahun-tahun. Mereka sudah paham bagaimana dirinya bekerja, dan tinggal menyiapkan informasi buatnya untuk diolah sesuai dengan rencananya. Salah satunya lewat analisis digital yang bisa dibahas Tabarez sepanjang dan setelah pertandingan.

Dengan usia yang sudah tak muda lagi, Tabarez jelas menjadi panutan buat anak asuh, yang usia mereka mungkin tak sampai setengah usianya. Ia berjuang keras melawan penyakitnya, dan tak membuat keterbatasan pergerakan menghentikannya untuk bekerja mengharumkan nama negaranya.

Sumber: Goal.com