Bagaimana rasanya bermain sepakbola di Pegunungan Swiss? Kesannya mungkin ada dua: (1) takjub karena keindahannya, dan (2) mudah lelah karena sulit bernafas.
Hal ini yang dialami oleh kesebelasan yang tandang ke Ottmar Hitzfeld Stadium. Stadion yang berada di ketinggian 2000 meter tersebut, dianggap sebagai stadion bola tertinggi di Eropa.
Selain tinggi, Ottmar Hitzfeld Stadium juga sulit diakses. Saat musim salju tiba, area di sekitar stadion berubah menjadi bermain ski, dan cara satu-satunya untuk ke sana adalah dengan menggunakan kereta gantung.
Kesebelasan yang rutin main di Ottmar Hitzfeld Stadium adalah FC Gspon. Mereka merupakan kesebelasan amatir yang berlaga di Swiss Mountain League. Mereka berasal dari Gspon, sebuah desa yang sulit diakses dengan lewat jalur darat. Terdapat 70 vila yang terbuat dari kayu. Ketika musim liburan tiba, desa tersebut berubah menjadi resort ski kecil.
“Ini adalah tempat paling indah di mana Anda bisa bermain sepakbola. Anda melihat gunung-gunung, gletser, dan pepohonan. Amat fantastis,” kata bek FC Gspon, Diego Abgottspon, yang sudah bermain di sini selama 18 tahun.
Dengan berada di ketinggian 2000 meter, udara di sana menjadi tipis dan bernapas menjadi lebih sulit. Buat mereka yang sudah biasa bermain di sini, udara tipis adalah hal yang biasa. Namun, buat tim yang tandang, mereka biasanya kesusahan. Hal ini juga diungkapkan oleh Abgottspon, yang diluar bermain bola bekerja sebagai instruktur ski dan salesman.
“Buat lawan itu menjadi lebih sulit. Kalau kami ketinggalan 0-5 saat turun minum, kami tahu kalau kami bisa come back dan menang. Kami adalah kesebelasan yang amat kuat di kota asal kami,” ucap Abgottspon.
Ottmar Hitzfeld Stadium menggunakan rumput buatan. Ukurannya lebih kecil dari ukuran standar karena sulitnya menemukan area datar. Stadion ini dibangun pada 2009, atau 35 tahun setelah FC Gspon dibentuk.
Banyak pesepakbola yang ingin main di sini dan menikmati keindahannya. Namun, bermain di sini bukannya tanpa kelemahan. Ottmar Hitzfeld Stadium dikelilingi jaring tinggi untuk mencegah bola terjun ke jurang. Namun, segalanya bisa saja terjadi. Setidaknya 1000 bola hilang dalam 40 tahun terakhir ini.
“Biasanya bola melambung sekitar 100 meter ke bawah bukit, kadang-kadang 200 atau 300 meter lebih jauh ke bawah. Terkadang ada pertandingan di mana Anda tak kehilangan satu bolapun, atau mungkin satu. Lalu, ada pertandingan lain ketika 10 bola hilang dan sebelum memulai latihan keesokan harinya, kami harus turun untuk mencari bola. Itu agak menjengkelkan,” kata bek FC Gspon, Alfons Brigger.
Mulai dari Oktober, lapangan tertutup oleh salju tebal, sehingga membuat latihan pramusim baru dimulai pada akhir musim semi. “Kami harus membersihkan lapangan karena salju di sini tidak meleleh begitu baik. Kami harus meletakkan semua saljunya di sisi lapangan. Itu adalah tugas para pemain,” ucap Brigger.
Penonton di pertandingan FC Gspon paling sedikit dihadiri tiga sampai empat orang saat cuaca ekstrem. Namun, bisa ada 40 sampai 50 orang ketika musim panas, dengan para penonton datang dari Gspon atau Staldenried, desa yang lebih berkembang ketimbang Gspon.
“Setiap kali cuaca bagus, ini sangat istimewa untuk bermain di sini,” kata kapten dan gelandang Sebastian Furrer. “Ayah saya juga bermain di sini. Saya biasa datang dan menontonnya bermain dan itu menyenangkan bisa bermain di tempat dia bermain. Itu adalah tempat yang sangat istimewa.”
Stadion ini menggunakan nama mantan pelatih Swiss dan Bayern Muncih, Ottmar Hitzfeld. Ia bahkan ambil bagian dalam upacara pembukaan ketika stadion tersebut menjadi tuan rumah European Mountain Village Championship 2008.
Turnamen ini berjalan seperti Piala Eropa yang digelar tiap empat tahun, dengan kesebelasan pegunungan lain yang merepresentasikan negara dari seluruh Eropa. Turnamen ini akan kembali ke Gspon pada 2020 mendatang. Semua yang mendatangi Gspon biasanya pulang dengan perasaan tertegun atas keindahan stadion itu.
Sumber: Matthew Henry dari BBC.