Tidak sembarang orang bisa menjadi penjaga gawang. Butuh keahlian khusus untuk bisa menjadi sosok utama yang berdiri di bawah mistar. Penjaga gawang bisa dikatakan memiliki tugas yang teramat berat. Dia adalah benteng terakhir yang harus menghalau bola agar tidak masuk ke dalam gawangnya.
Tugas berat ini yang membuat penjaga gawang diperbolehkan untuk menghalau bola memakai tangannya. Oleh karena itu, pemain yang menjadi penjaga gawang harus mempunyai reaksi yang bagus. Tidak jarang, reaksi yang bagus ini menghasilkan pemandangan berupa penyelamatan gemilang seorang penjaga gawang di atas lapangan.
Bulan Oktober ini, tepatnya tanggal 10 Oktober lalu, media sosial ramai-ramai mengunggah potongan cuplikan pertandingan antara Barcelona melawan Olympique Lyon di Camp Nou. Pertandingan tersebut terjadi pada tahun 2001 dalam ajang Liga Champions Eropa.
Tidak ada yang mengejutkan dari pertandingan tersebut jika menilik hasil akhir. Patrick Kluivert dan Rivaldo membawa tim asuhan Carles Rexach itu menang dengan skor 2-0. Hasil tersebut membawa Barcelona meraih kemenangan keduanya setelah sebelumnya mereka kalah 2-1 dari Bayer Leverkusen. Kemenangan yang membuat mereka tepat berada di bawa kesebelasan asal Jerman tersebut.
Meski begitu, laga tersebut akan selalu dikenang berkat aksi heroik penjaga gawang tim tamu, Gregory Coupet. Ia membuat sebuah penyelamatan yang kemudian akan selalu dikenang sampai kapan pun. Layaknya penyelamatan Gordon Banks ketika menghadapi Brasil pada Piala Dunia 1970.
Ketika kedudukan masih tanpa gol, pemain Lyon memberikan back pass yang justru melambung melewati kepala Claudio Cacapa. Cacapa kaget karena di belakangnya saat itu sudah ada Rivaldo. Sebelum bola diambil oleh Rivaldo, Cacapa lebih dulu menendang bola ke arah Coupet. Lagi-lagi, bola tendangan Cacapa justru melambung melewati Coupet.
Sang penjaga gawang terus mundur untuk membuat posisinya berada di belakang bola. Ketika posisi Coupet sudah ideal, ia melakukan penyelamatan akrobatik dengan menyundul bola tersebut ke belakang. Maklum, kalau bola ditangkap maka Lyon akan mendapat hukuman karena menangkap bola back pass.
Alih-alih keluar lapangan, bola sundulan Coupet justru membentur mistar dan siap disambut oleh Rivaldo. Pemain Brasil tersebut kemudian menyundul bola ke posis yang sebenarnya sudah sulit untuk dijangkau Coupet. Sayang, Coupet menunjukkan kalau dia tidak bisa dikalahkan dan membuat penyelamatan yang fenomenal. Double save hanya dalam waktu beberapa detik saja.
Para pendukung Barcelona tidak menyangka ketika peluang untuk mencetak gol tersebut kandas karena aksi sang penjaga gawang. Dalam video yang beredar, terlihat mereka sudah siap bersorak ketika Coupet salah mengantisipasi bola pertama yang justru membentur mistar. Mereka tentu semakin bingung ketika melihat peluang kedua yang bisa ditepis dengan baik. Sama bingungnya dengan Coupet.
“Saya yakin kalau saya bisa membuang bola itu melewati mistar. Namun, satu-satunya yang membuat saya heran adalah mengapa penyelamatan itu bisa terjadi,” ujar Coupet.
Penyelamatan tersebut kemudian menjadi salah satu aksi penyelamatan terbaik yang pernah terjadi sepanjang sejarah Liga Champions. Sama seperti pandangan orang-orang, penyelamatan tersebut juga menjadi penyelamatan terbaik Coupet selama bermain untuk Lyon.
“Orang-orang selalu bicara tentang aksi tersebut. Melawan Barcelona pada musim 2001/2002. Sebuah penyelamatan yang tidak bisa Anda lakukan dalam sesi latihan. Laga melawan Saint Etienne ketika saya kembali dari cedera lutut juga merupakan laga ketika saya melakukan penyelamatan bagus,” tuturnya menambahkan.
Musim 2001/2002 merupakan musim terbaik Gregory Coupet bersama Lyon. Meski saat itu menjadi musim keenamnya bersama Les Gones, namun itulah kali pertama pria kelahiran 31 Desember 1972 tersebut membawa mereka menjadi juara Liga Prancis. Coupet menjadi bagian dari kesuksesan Lyon yang selama tujuh musim berturut-turut sukses meraih gelar juara liga domestik. Kebersamaan 12 musim Coupet dengan Lyon berakhir saat mereka merekrut Hugo Lloris pada 2008.
Coupet meraih 15 gelar bersama Lyon dan menjadi penjaga gawang terbaik Liga Prancis selama empat musim beruntun dan masuk dalam team of the year. Meski begitu, kegemilangan Coupet tidak membuatnya berjodoh dengan timnas Prancis. Memiliki 34 caps, ia hanya menjadi pelapis Fabien Barthez pada setiap turnamen yang diikuti. Baru pada Euro 2008, Coupet menjadi kiper utama timnas Prancis.
Saking frustrasinya Coupet yang hanya menjadi pilihan kedua, ia sempat meninggalkan camp latihan timnas Prancis dalam kualifikasi Piala Dunia 2006 sebelum dibujuk oleh Gerrard Houllier dan ibunya untuk kembali ke sana. Akan tetapi, sepanjang turnamen yang membuat Prancis meraih runner-up tersebut, statusnya tetap hanya menjadi cadangan Barthez.