Paolo Maldini adalah salah satu pemain terhebat di dunia. Ia melegenda dan menjadi One-club man bersama AC Milan. Namun, beberapa waktu lalu, ia mengejutkan semua orang dengan menyebut dirinya sebagai “Pecundang Terbesar” dalam sejarah. Apa alasannya?
“Pecundang” yang dimaksud Maldini adalah karena luka yang ia rasakan masih amat dalam ketika kalah di final Piala Dunia dan tiga Piala Eropa. Padahal, cuma sedikit pemain yang bisa menyamai capaian Maldini di level klub dan internasional.
Maldini bermain sepakbola selama tiga dekade yang kesemuanya ia habiskan di AC Milan. Pemain kelahiran 26 Juni 1968 tersebut bergabung dengan Akademi AC Milan pada 1978 dan mengawali karier profesional pada 1984. Maldini kemudian pensiun pada 2009, atau 25 tahun kemudian.
Secara prestasi, Maldini telah memenangi 26 trofi, termasuk lima trofi Liga Champions, sekaligus menjadikannya salah satu pemain tersukses dalam sejarah sepakbola. Meski demikian, Maldini masih menganggap dirinya sebagai pecundang terbesar dalam sejarah.
“Aku adalah pecundang terbesar dalam sejarah. Aku akan menjelaskan alasannya. Aku menang banyak, lima Liga Champions, tapi aku kalah tiga final Liga Champions, satu Piala Super Eropa, tiga final Intercontinental, satu final Piala Dunia, satu final Piala Eropa, satu semifinal Piala Dunia, dan aku masih bisa melanjutkan,” kata Maldini dalam perbincangan dengan Christian Vieri di Instagram.
“Aku cukup beruntung bisa memenangi banyak hal dan aku melihat kekalahan di final itu sebagai bagian dari sepakbola, aku menerima semuanya, sejujurnya,” kata pemain dengan tinggi 187 sentimeter ini.
Maldini, yang merupakan putra mantan pelatih Italia dan kapten Milan, Cesare Maldini, menjelaskan penyesalannya karena gagal meraih trofi Piala Dunia. Momen penting itu hadir di Pasadena pada Piala Dunia 1994 yang digelar di Amerika Serikat.
Italia kala itu berhadapan dengan Brasil dalam laga yang berakhir imbang 0-0 di waktu normal. Maldini main sejak awal, berduet dengan kapten tim, Franco Baresi. Sayangnya, di babak adu penalti, Italia kalah setelah tiga penendangnya gagal menyarangkan bola ke gawang Claudio Taffarel.
Maldini sayangnya juga tak ikut dalam skuad Italia yang menjuarai Piala Dunia 2006. Marcelo Lippi membawa pemain generasi setelah Maldini, seperti Fabio Cannavaro dan Alessandro Nesta.
“Sayangnya aku punya tim hebat dan peluang besar bersama timnas, tapi pada akhirnya kami kalah di babak adu penalti. Lalu pada 2006, aku tak ada di sana, mereka menang lewat penalti dan begitulah,”
“Ketika Lippi memanggilku pada 2006, aku bilang tidak sebagai bentuk rasa hormat pada Trapattoni, yang mana aku pernah bilang akan meninggalkan timnas. Ketika Italia memenangi final di Berlin menghadapi Prancis, aku pikir aku tak beruntung.”
Selain di timnas, Maldini juga mengalami kekecewaan saat membela Milan. Ia kalah di final Liga Champions saat menghadapi Maresille di Munich pada 1993, Ajax di Wina pada 1995, dan Liverpool di Istanbul pada 2005. Di final yang terakhir ini hasilnya menjadi mengerikan karena Milan menang 3-0 lebih dulu di babak pertama.
Nama Maldini akan dikenang karena prestasi dan loyalitasnya sepanjang membela AC Milan, ia memenangi lima gelar Piala Eropa (1989, 1990, 1994, 2003, dan 2007), tujuh Serie A (1988, 1992, 1993, 1994, 1996, 1999, dan 2004), serta dua Piala Interkontinental (1989 dan 1990), juga Piala Dunia Antarklub (2007).
Maldini menjadi pemain dengan penampilan terbanyak buat AC Milan dengan902 penampilan dengan 647 di antaranya terjadi di Serie A. Ia menjadi pemain dengan penampilan terbanyak di Serie A setelah Gianluigi Buffon.
Maldini pensiun sebagai pemain pada 2009 setelah 25 tahun kariernya bersama AC Milan. Jadi, pencundang apanya sih?
Sumber: Be Soccer