Siap mengarungi Liga Europa 2019/2020, Jose Bardolas mulai memperkuat Getafe dengan amunisi baru. Menyelamatkan bek Girona, Raul Garcia, dari divisi dua, dan mengangkat talenta Skotlandia, Jack Harper, yang gagal promosi bersama Malaga.
Nama Harper pertama terdengar ketika dirinya diajak Zidane Zidane ke sesi latihan Real Madrid. “Zizou mengajak saya latihan bersama Jese Rodriguez, Luca Vazquez, dan Mariano Diaz di tim utama. Zidane mengajarkan kami tentang penyelesaian akhir. Dirinya sangat luar biasa,” kata Harper.
Sejak saat itu, Harper digadang-gadang akan jadi pemain besar. Sayangnya, ia tak pernah benar-benar tampil membela Real Madrid. Hanya bermain bersama tim U19 di UEFA Youth League 2014/2015. Namun, Harper tetap memiliki pengaruh penting di Real Madrid.
Lahir di Malaga dari pasangan asal Skotlandia, dirinya sudah terbiasa dengan kehidupan di Spanyol. Ketika Gareth Bale baru mendarat dari Tottenham Hotspur, Harper adalah sosok yang membantu proses adaptasinya. “Gareth Bale adalah salah satu idola saya. Jadi waktu dia datang ke Madrid, saya tidak ragu menyodorkan bantuan kepada dirinya,” kata Harper.
Penampilannya di Real Madrid U19 juga tidak buruk. Ia terlibat dalam enam gol di UEFA Youth League. Membantu anak-anak asuh Luis Miguel Ramis menjadi pemuncak klasemen di atas Liverpool dan Basel. Sayangnya, Real Madrid tiba-tiba membubarkan tim ‘C’ mereka dan Harper harus pergi dari Ibu kota Spanyol.
Foto: Mirror
Reputasinya bersama Real Madrid membuat Harper dikenal di Premier League dan Brighton & Hove Albion mencoba peruntungan mereka. “Jack [Harper] adalah pemain yang handal di depan gawang lawan. Dia juga pintar. Saya hanya memberikannya saran untuk memikirkan juga soal pertahanan,” kata Simon Rusk yang menangani tim U23 Brighton.
Harper memang tidak terlalu dikejar waktu di Brighton. The Seagulls tidak ingin memaksa penyerang Skotlandia U19 itu untuk terburu-buru membela tim senior. “Walaupun dirinya mantan pemain Real Madrid, hal itu tak akan membuat Harper jadi favorit. Status itu justru menjadi beban bagi dirinya,” buka Chris Hughton.
“Tapi kami hanya akan membantu dia sebisa mungkin. Agar ia terbiasa dengan atmosfer sepakbola Inggris dan terpenting lagi pulih dari cedera,” ungkap nakhoda Brighton saat itu.
Setelah pulih dan terbiasa dengan sepakbola Inggris. Mencetak empat gol dari 26 partai bersama Brighton, Rusk mengaku bahwa kembali ke Spanyol adalah pilihan terbaik bagi Harper. “Saya sangat senang bisa membantu Harper. Sebuah kebanggan tersendiri dapat bekerja dengan dirinya. Tapi tim utama Brighton saat ini tidak memiliki ruang, jadi akan lebih baik bagi dia untuk kembali ke Spanyol,” kata Rusk.
Besar di Kampung Halaman
Foto: AS
Keputusan itupun benar-benar menjadi titik balik karier Harper. Juan Muniz yang sempat membawa Malaga promosi ke La Liga pada 2008 kembali ke La Rosaleda dan ia memberi kesempatan kepada Harper untuk membela kampung halamannya.
“Saya tidak akan pernah melupakan Muniz. Dia yang membuat saya menjadi pesepakbola profesional. Dirinya pernah mengatakan, jika seorang pelatih tidak memberi peluang bagi pemain-pemain muda, lama-kelamaan sepakbola akan punah. Oleh karena itulah ia yakin saya bisa memulai karier di Malaga,” kata Harper.
Kepercayaan Muniz itu dibayar Harper dengan empat gol dan dua assist dari 24 laga. Tidak begitu mentereng untuk seorang pemain depan, tapi Muniz tetap senang dengan Harper. “Dia adalah pemain paling menonjol yang ada di tim kami,” puji Muniz.
“Harper berlatih seperti binatang. Dia tak pernah mengenal kata lelah,” tambah tim pelatih muda Malaga, Mario Bazan. Harper adalah bagian penting dari kebangkitan Malaga di divisi dua Spanyol. Tapi Muniz tahu bahwa pemain seperti dirinya tidak akan bisa mungkin absen terlalu lama dari divisi tertinggi Eropa. “Semua ada di tangan kita [Malaga]. Jika kita dapat promosi, pasti pemain-pemain terbaik tim ini seperti Harper akan bertahan,” kata Muniz.
Sialnya, Malaga yang mengakhiri musim 2018/2019 di peringkat tiga klasemen gagal meraih tiket La Liga. Kalah di semi-final playoff dan harus kembali mengarungi divisi dua pada 2019/2020. Harper yang sudah diminati Getafe sejak pertengahan musim 2018/2019 pun naik, meninggalkan kampung halamannya untuk bermain di level tertinggi.
Siap Menjawab Keraguan Skotlandia
Foto: Press and Journal
Meski dirinya diakui sebagai pemain potensial dan memiliki masa depan cerah, Harper sempat diabaikan tim nasional U21 Skotlandia. Mantan pemain Birmingham City, Ricky Sbragia, yang menangani tim muda Skotlandia selama enam tahun (2011-2017) tidak memanggil Harper untuk membela U21.
“Itu kesalahan saya. Saya tahu Harper pemain hebat. Tapi saya ingin membentuk tim dengan gaya yang sama. Harper main di Spanyol, sehingga dia punya cara yang berbeda. Pada akhirnya kami gagal menembus Piala Eropa U21. Saya salah. Orang-orang bahkan mulai menyebut saya sebagai dinosaurus [kuno],” aku Sbargia.
Sbargia menyebut Harper sebagai pemain yang harus diberi pelakuan spesial. Melabeli dirinya sebagai ‘pemain mahal’, seakan dirinya merasa lebih tinggi dari yang lain. Ucapan itu akhirnya mengakhiri karier Sbargia di tim nasional Skotlandia. Harper yang mendengar ucapan Sbargia pun menolak anggapan tersebut.
“Saya berlatih sama kerasnya dengan pemain-pemain lain. Saya tidak butuh perlakuan khusus. Semoga suatu saat nanti ada perwakilan Asosiasi Sepakbola Skotlandia (SFA) datang dan menyaksikan permainan saya secara langsung. Saya yakin bisa membantu mereka,” kata Harper.
Jika Harper membuktikan dirinya bersama Getafe di salah satu liga terbaik dunia dan bisa bermain pada turnamen antar klub Eropa, mustahil Skotlandia diam diri dan tak mengakui dirinya sebagai anak emas.