Bayer Leverkusen gagal menahan laju Bayern Munich yang semakin dekat dengan gelar juara Liga Jerman untuk kedelapan kalinya secara beruntun. Bermain sebagai tuan rumah, mereka kalah dengan skor 2-4. Hasil ini membuat mereka gagal untuk menyamai poin yang dimiliki RB Leipzig di posisi tiga dan menggusur Borussia Monchengladbach. Kedua pesaing Leverkusen untuk memperebutkan tiket Liga Champions ini gagal menang menghadapi lawan-lawannya.
Meski kalah, namun salah satu penggawa Leverkusen yang bernama Florian Wirtz pulang dengan membawa catatan positif. Satu golnya ke gawang Manuel Neuer pada menit terakhir pertandingan membuatnya memecahkan rekor yang sudah bertahan selama 15 tahun.
Witz memecahkan rekor pencetak gol termuda sepanjang sejarah Bundesliga. Usianya ketika melakoni pertandingan tersebut adalah 17 tahun 34 hari. Dia mengalahkan catatan pemegang rekor sebelumnya yaitu Nuri Sahin yang mencetak gol pada usia 17 tahun 82 hari saat Borussia Dortmund menghadapi 1. FC Nurnberg.
“Anak itu punya banyak sekali potensi dan jika dia menjaga kakinya untuk tetap menginjak tanah, maka dia bisa menjadi Kai Havertz yang lain,” kata Aleksandar Dragovic, rekan setim Wirtz di Bayer Leverkusen.
Gol Wirtz sendiri dibuat dengan skema yang cukup apik. Menerima bola di sisi kanan dalam kotak penalti Bayern Munich, Wirtz melakukan gerak tipu untuk mengecoh Lucas Hernandez. Ia kemudian melepaskan tendangan placing menggunakan kaki kirinya yang tidak bisa ditahan oleh Neuer.
“Bukan hasil yang terbaik, tetapi saya senang dengan gol pertama saya di Bundesliga. Kami harus tetap menjaga fokus kami dan bersiap untuk menghadapi semifinal DFB Pokal,” ujar Wirtz pada akun Instagram-nya.
Catatan gol Writz tadi meneruskan rekor sebelumnya ketika menghadapi Werder Bremen pada 18 Mei 2020 lalu. Kala itu, Writz menjadi pemain Bayer Leverkusen termuda yang bermain dalam debut pada kompetisi Bundesliga. Usianya saat itu 17 tahun dan 16 hari sekaligus mengalahkan rekor yang sebelumnya dipecahkan oleh pemain bintang mereka musim ini, Kai Havertz. Ia juga menjadi pemain termuda ketiga sepanjang sejarah kompetisi Liga Jerman.
“Dia adalah pemain penting bagi kami, dan itu sebabnya saya membuat pengecualian untuk berbicara tentang satu pemain secara khusus. Dia bermain baik sejak awal, dia menjaga bola dengan baik, dan juga mendorong bola ke depan juga sama baiknya. Itu menjadi sesuatu yang istimewa ketika Anda melakukan debut pada usia 17 tahun. Secara keseluruhan, itu adalah kinerja yang baik,” kata pelatih Leverkusen, Peter Bosz.
Nama Wirtz sudah mencuri perhatian sejak usianya masih tujuh tahun atau ketika ia bergabung dengan Cologne. Bakatnya yang semakin menonjol bahkan membuat surat kabar lokal Kolner Express menyebutnya sebagai salah satu gelandang terbaik yang datang melalui akademi klub dalam 30 tahun terakhir.
Sejak saat itu, namanya mulai menjadi incaran klub-klub kelas wahid Eropa. Menurut rangkuman dari situs resmi Bundesliga, Writz dipantau oleh Bayern Munich, Borussia Dortmund, RB Leipzig, hingga Liverpool setelah ia membawa Cologne U-17 menjadi juara dalam sebuah turnamen di Jerman pada 2019 lalu. Akan tetapi, justru Bayer Leverkusen yang mendapat jasa Writz.
“Anak itu punya talenta yang besar dan dia sebenarnya bisa saja bergabung dengan Liverpool. Apa yang dia miliki adalah hal-hal yang tidak bisa kamu pelajari. Sangat menarik karena dia memilih Bayer Leverkusen. Mungkin karena Bayer lebih dekat dengan rumahnya,” kata pelatih tim muda Bayer, Patrick Helmes.
Pemilihan Bayer Leverkusen sebagai klub baru Writz tidak lepas dari campur tangan orang tuanya yang menjadi agen untuk Writz. Mereka yang menolak tawaran kontrak tiga tahun dari Cologne untuk kemudian memilih Bayer Leverkusen dan pindah dengan status free transfer.Selain itu, dipilihnya Bayer juga tidak lepas dari keberadaan saudara perempuannya, Juliane, yang juga bermain sepakbola profesional untuk tim perempuan mereka.
“Sejak hari pertama, dia sudah memiliki kualitas khusus meskipun dia hanya seorang pemain muda. Itulah yang dia lakukan hari ini ketika dia datang,” kata rekan setimnya, Julian Baumgartlinger.
Kemunculan Writz ini disebut-sebut merupakan langkah awal Leverkusen untuk mempersiapkan diri tanpa seorang Kai Havertz. Sosok Havertz sendiri disebut-sebut akan meninggalkan runner-up Liga Champions 2002 ini untuk memperkuat kesebelasan yang jauh lebih besar.
Writz sendiri memiliki gaya main yang cenderung mirip dengan Havertz. Mereka sama-sama bisa bermain sebagai gelandang serang dan pemain sayap. Selain itu, mereka juga bisa berperan sebagai seorang playmaker. Meski begitu, situs resmi Bundesliga menulis kalau permainan Writz mirip dengan lulusan Bayer Leverkusen berikutnya, Julian Brandt.
Musim ini, Writz baru bermain empat kali yang semuanya dibuat pada kompetisi Bundesliga. Jika ia terus mendapatkan menit main yang banyak dan bisa memaksimalkannya dengan memberi kontribusi signifikan seperti laga melawan Bayern Munich kemarin, bukan tidak mungkin dia bisa menjadi bintang baru Leverkusen menggantikan sosok Kai Havertz.