Sulit bagi kiper-kiper Italia untuk menggeser Gianluigi Buffon dari jabatannya sebagai kiper utama tim nasional. Setidaknya hal ini yang terjadi sampai ia memutuskan untuk pensiun pada 2018 lalu. Banyak dari mereka yang hanya bisa menonton penampilan kiper Juventus tersebut terutama pada ajang-ajang internasional.
Sejak Piala Dunia 2002, nama Buffon akan selalu menjadi pilihan di bawa mistar Azzurri terutama ketika mereka lolos ke putaran final Piala Dunia atau Piala Eropa. Meski sulit disingkirkan, namun ada kalanya Buffon harus menepi sejenak sebagai kiper utama Italia dan tempatnya harus diisi oleh pemain lain. Kejadiannya pada Euro 2000 yang digelar di Belanda dan Belgia.
Dino Zoff, pelatih Italia saat itu, sudah mempersiapkan Buffon sebagai kiper utama Italia pada Euro 2000. Sebelumnya, kiper utama dipegang oleh Gianluca Pagliuca. Bersama Zoff, Buffon selalu menjadi pilihan utama sejak babak kualifikasi dan bersiap untuk bermain pada turnamen internasional pertamanya. Akan tetapi, ia mengalami cedera parah ketika melawan Norwegia delapan hari sebelum mereka bermain pada laga pertama Euro melawan Turki. Buffon terpaksa absen pada turnamen tersebut.
Christian Abbiatti masuk menggantikan Buffon dan memakai nomor punggung satu. Akan tetapi, tempat sebagai kiper utama tidak direbut oleh penjaga gawang AC Milan tersebut. Status sebagai kiper utama pindah ke tangan Francesco Toldo yang sebelumnya menjadi cadangan Buffon.
Putar waktu pada Natal 1999, Toldo bertemu dengan seseorang bernama Alberto Ferrarini dalam sebuah makan malam. Ferrarini adalah kolega Toldo yang mempelajari simbol-simbol kuno dan numerologi India. Ketika itu, Toldo meminta Alberto untuk meramalnya tentang nasibnya pada tahun 2000.
“Anda akan melakukan hal-hal besar pada tahun 2000 dan Anda akan menjadi penjaga gawang utama di Euro,” kata Ferrarini.
Namun, nama Buffon masih berada di sana sehingga Toldo mungkin tidak berpikir kalau dia akan menjadi kiper utama. Namun ketika Buffon dipastikan absen karena cedera, maka ramalan Alberto pelan-pelan menjadi kenyataan.
Sebuah keputusan yang tepat diambil Zoff. Alih-alih memasang Abbiatti atau Francesco Antonioli, ia memberikan kesempatan kepada Toldo untuk unjuk gigi. Sebuah kepercayaan yang dibayar dengan apik oleh Toldo. Penjaga gawang kelahiran Padova ini tampil gemilang sepanjang turnamen. Ia berhasil membuktikan kelasnya kalau dia juga layak membela timnas Italia pada ajang internasional.
Hingga babak final, Toldo hanya kebobolan dua gol. Hanya Henrik Larsson dan Okan Buruk yang bisa mencetak gol ke gawangnya. Pada perempat final melawan Rumania, Toldo juga tidak kebobolan. Total, Toldo mencatatkan tiga nirbobol sepanjang turnamen.
Salah satu penampilan terbaik Toldo terjadi pada laga semifinal. Yang menarik, pagi hari sebelum pertandingan, Ferrarini menelepon Toldo yang saat itu sedang rapat bersama tim. “Hari ini adalah saatnya! Dengar, semuanya cocok. Angka-angka itu tidak berbohong,” katanya. Meski Toldo meminta Ferrarini untuk mematikan teleponnya, sang ‘peramal’ memaksa si kiper untuk mendengarkan ceritanya.
“Kamu adalah seorang kiper, dan akan ada tendangan penalti. Tapi jangan takut, kamu akan menyelamatkan semuanya, atau semuanya akan meleset,” kata Ferrarini.
Ucapan Ferrarini lagi-lagi menjadi kenyataan. Dari enam penalti yang didapat Belanda (dua waktu normal dan empat adu penalti), Tiga berhasil ia tepis. Dua datang dari kaki Frank de Boer. Kapten Belanda tersebut menendang ke arah kiri gawang Toldo, dan ke tengah pada adu penalti. Semuanya bisa ia gagalkan dengan baik. Satu penendang lain adalah Paul Bosvelt yang kemudian menjadi penentu kelolosan timnas Italia.
Dua tendangan lainnya berakhir sama seperti ucapan Ferrarini yaitu meleset. Tendangan Kluivert pada waktu normal membentur tiang dan sepakan Jaap Stam melambung tinggi pada adu penalti. Kluivert menjadi satu-satunya pemain Belanda yang mencetak gol pada drama adu penalti.
“Sejak malam sebelumnya, saya berharap kalau laga ini selesai dengan adu penalti. Jadi dengan data yang berada pada komputer saya, saya bisa dengan mudah duduk dan mempelajari kebiasaan mereka menendang penalti. Mereka bermain seperti orang yang tersesat,” kata Toldo.
Sayangnya, penampilan apik Toldo justru berhenti pada laga final. Pada laga penting melawan Prancis, ia justru luput menangkap bola tendangan Sylvain Wiltord pada menit terakhir yang membuat laga harus lanjut hingga perpanjangan waktu. Gol emas David Trezeguet kemudian mengakhiri perlawanan Italia.
Meski gagal mengangkat piala, namun Toldo menjadi salah satu pemain yang tampil baik sepanjang turnamen. Oleh UEFA namanya masuk dalam Team of the Tournament. Selain itu, IFFHS menempatkannya pada posisi ketiga kiper terbaik tahun 2000. Semua berkat penampilan apik di Belanda dan Belgia kala itu.
Euro 2000 menjadi satu-satunya turnamen ketika Toldo menjadi pemain inti. Setelah itu, ia kembali hanya menjadi cadangan Buffon pada Piala Dunia 2002 dan Euro 2004. Pada tahun 2001, ia hijrah dari Fiorentina ke Inter Milan dan meraih banyak gelar di sana.