Sejarah hebat ditorehkan RB Leipzig. Kemenangan 2-1 melawan Atletico Madrid membawa mereka melangkah ke semifinal Liga Champions Eropa 2019/2020. Inilah prestasi tertinggi yang pernah diraih Banteng Merah di kompetisi Eropa setelah pada 2017/2018 mereka melangkah hingga perempat final pada ajang Liga Europa.
Leipzig hanya butuh empat musim sejak berada di Divisi Utama untuk menggapai posisi tersebut. Prestasi ini menunjukkan kalau mereka tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Dengan gaya main atraktif di bawah arahan pelatih muda, Julian Nagelsmann, mereka siap untuk mencapai prestasi yang lebih baik lagi.
Berikut adalah kisah singkat dari perjalanan klub ini sejak awal mereka berdiri pada 2009 lalu.
Berdiri dan Mulai Beraksi
Pemilik perusahaan minuman energi Red Bull, Dietrich Mateschitz,, ingin membuat klub sepakbola di Jerman. Sebelumnya, ia sudah membentuk New York Red Bulls di Amerika, Red Bull Brasil, Red Bull Ghana, hingga Red Bull Salzburg. Dietrich sudah memiliki niat ini sejak 2006 namun baru kesampaian tiga tahun setelahnya.
Awalnya, mereka ingin mengakuisisi kepemilikan FC Sachsen Leipzig. Namun karena beberapa kendala, mereka akhirnya mengakuisisi SSV Markranstadt pada 19 Mei 2009 dan mengubahnya menjadi RB Leipzig. Saat itu, Markranstadt masih bermain pada divisi lima Jerman. Pada musim pertamanya menggunakan nama RB Leipzig, tim ini langsung promosi ke divisi empat. Mereka hanya menderita dua kali kekalahan dan finis pada posisi pertama.
Proses Demi Promosi
Banyak yang menyebut kalau RB Leipzig membeli kesuksesan. Hal ini tidak lepas karena prestasi mereka yang dianggap melesat dengan cukup cepat. Namun, mereka sebenarnya menjalani proses yang bisa dibilang cukup panjang untuk menjadi kesebelasan yang solid seperti sekarang.
Mereka harus bertahan tiga musim di divisi keempat. Meski begitu, awal musim mereka setelah promosi berjalan bagus mengingat mereka menyelesaikan kompetisi pada posisi empat. Musim berikutnya, posisi mereka membaik satu tingkat. Barulah pada musim 2012/2013 mereka promosi ke Bundesliga 3 setelah menjadi juara Divisi Empat dan tidak terkalahkan.
Pada masa-masa inilah kebencian terhadap mereka mulai timbul. RB Leipzig dianggap mengakali peraturan tentang kepemilikan klub. Mereka juga telah dianggap merusak nilai-nilai tradisional sepakbola Jerman khususnya tentang peraturan 50+1. Model seperti ini membuat anggota klub memiliki suara atas kebijakan yang akan dilakukan klubnya. RB Leipzig punya 17 anggota yang rajin bayar iuran namun mereka semua masih punya kaitan dengan klub tersebut.
“RB sama sekali tidak melanggar peraturan ini. Mereka hanya memodifikasi aturan ini secara lebih cerdas. Tuduhan ini hanya menunjukkan ketakutan orang Jerman Barat terhadap RB Leipzig,” kata Matthias Kiessling, pemerhati sepakbola Jerman.
Meski dibenci, namun Leipzig mengalami beberapa peningkatan. Selain prestasi, rataan penonton mereka juga meningkat. Saat masih di divisi lima, rataan penonton mereka hanya 2.150. Saat memastikan promosi ke divisi tiga, rataan penonton mereka menjadi 7.563.
Naik ke Bundesliga 2
Tidak butuh waktu lama bagi RB Leipzig untuk kembali promosi. Mereka hanya butuh satu musim bermain di Bundesliga 3 untuk kembali naik divisi. Mereka menyelesaikan kompetisi pada posisi dua di bawah FC Heidenheim. Prestasi ini juga tidak lepas dari sosok Ralf Ragnick yang ditunjuk sebagai direktur klub mulai tahun 2012.
Menuju Bundesliga
Prestasi mereka terus meroket. Sempat hanya finis posisi lima pada musim pertamanya di Bundesliga 2, mereka berhasil meraih tiket promosi ke Bundesliga setelah menyelesaikan liga pada posisi kedua di bawah SC Freiburg dan unggul dua poin dari Nurnberg. Rataan penonton mereka juga nyaris menembus 30 ribu penonton per laga yang menunjukkan kalau atensi kepada tim ini mulai semakin tinggi.
Namun, kebencian terhadap mereka juga semakin membesar. Saat mereka bertanding melawan Union Berlin pada 2014, suporter lawan menyambut mereka dengan menggunakan ponco hitam sambil membawa tulisan berbunyi “Budaya sepakbola sedang sekarat di Leipzig.” Mereka semakin tidak suka dengan klub ini yang dianggap hanya mengandalkan uang dari Red Bull semata.
RB Leipzig dianggap tidak sedang menunjukkan kalau mereka benar-benar tulus bermain sepakbola melainkan hanya sebagai kepanjangan tangan untuk mempromosikan Red Bull. Belum lagi soal pandangan kalau mereka hanya klub instan terlepas kalau mereka memang layak untuk promosi dengan cepat.
Kiprah Hebat di Bundesliga
Finis pada posisi kedua Bundesliga 2 musim 2015/2016 membuat RB Leipzig kembali promosi untuk keempat kalinya dalam enam tahun usia mereka sebagai sebuah kesebelasan sepakbola. Namun, layaknya peribahasa “Semakin tinggi pohon, semakin lebat buahnya, dan semakin kencang angin menerpanya,” maka ujian kepada RB Leipzig semakin menjadi-jadi.
Pada pertandingan pertama di Bundesliga melawan Hoffenheim, mereka disambut dengan spanduk satir bertuliskan “Kembalikan gelar kami sebagai klub yang paling dibenci.” Ketika melawan Dynamo Dresden, mereka pernah dilempar kepala banteng. Suporter Hansa Rostock sempat malas masuk ke stadion pada 10 menit awal. Suporter Dortmund yang berada di Sudtribune bahkan sempat memboikot pertandingan mereka. Saat kembali bertemu pada 2017, mereka membuat banner dengan nada provokatif.
Namun, mereka menjawab kebencian tersebut dengan prestasi dan itu sudah berhasil mereka torehkan sejak promosi ke Bundesliga. Pada musim pertamanya, skuad asuhan Ralph Hassenhuttl ini tidak terkalahkan dalam 13 pertandingan. Meski hanya menyelesaikan kompetisi pada urutan kedua, namun catatan ini jelas sangat membanggakan mengingat status mereka hanya sebagai debutan.
Prestasi mereka semakin menanjak ketika Julian Nagelsmann sudah dilatih. Sempat finis keenam pada 2017/2018, kesebelasan yang bermarkas di Red Bull Arena ini dua kali menyelesaikan kompetisi pada peringkat ketiga. Puncaknya adalah ketika mereka berhasil lolos ke semifinal Liga Champions hanya pada percobaan kedua mereka mengikuti ajang tersebut. RB Leipzig menjadi kesebelasan Jerman selain Dortmund dan Bayern yang bisa bermain di semifinal Liga Champions setelah Schalke pada 2011.
Saat ini, RB Leipzig sudah bertransformasi dari kesebelasan yang semenjana menjadi kesebelasan yang mulai mengincar gelar juara. Mereka juga kini dipenuhi pemain-pemain bertalenta yang bisa menarik perhatian klub-klub yang lebih besar. Selain itu, mereka juga menunjukkan permainan yang menghibur di atas lapangan. Terlepas dari kebencian yang diberikan, klub ini sudah naik kelas.