Frosinone berhasil menjuarai Serie B 2022/2023, dan berhak promosi ke Serie A 2023/2024. Tangan dingin Fabio Grosso, pahlawan Italia saat memenangkan Piala Dunia 2006 menjadi salah satu kunci kesuksesan I Canarini pada musim lalu. Trofi divisi dua itu pun jadi satu-satunya kehormatan tertinggi yang pernah didapat sepanjang sejarah klub Provinsi Frosinone, wilayah administratif Lazio tersebut.
Namun, perjalanan Frosinone ke Serie A tentu saja tak mudah. Apalagi, sebagai tim kecil yang sangat minim pengalaman bermain di kompetisi paling tinggi Liga Italia itu, mereka tidak punya modal besar untuk bersaing ketat dengan klub-klub yang sudah langganan naik-turun ke Serie A. Tapi, meskipun butuh hampir 2,5 tahun untuk membangun skuat, akhirnya Grosso bisa membawa tim naik kasta lagi.
Promosi yang Ketiga Kali
Ini adalah kali ketiga bagi Frosinone bermain di Serie A. Mereka pertama kali menjalani debut Serie A pada musim 2015/2016, setelah promosi berkat finish sebagai runner-up Serie B musim sebelumnya. Setelah hanya bertahan semusim, klub yang juga dijuluki I Ciociari itu naik lagi di musim 2017/2018, kali ini melalui jalur play-off, meski lagi-lagi hanya memainkan musim 2018/2019 itu saja di Serie A.
Perjalanan Frosinone untuk pertama kalinya ke Serie A cukup panjang. Hingga musim 2013/2014, mereka masih bermain di Lega Pro Prima Divisione, yang dulu dikenal sebagai Serie C1, atau divisi tiga Liga Italia. Namun, pelatih saat itu, Roberto Stellone sudah membangun tim sejak 2012, setahun setelah mereka turun ke Lega Pro. Akhirnya, timnya bisa mendapat promosi ke Serie A 2014/2015.
Sayangnya, pasukan Stellone tak mampu berbuat banyak. Mereka hanya memenangkan delapan dari 38 laga dengan tujuh kali imbang dan sisanya 23 kalah, sehingga menyelesaikan musim di posisi 19 dari 20 klub dan turun lagi ke Serie B. Ketika dipimpin Marco Baroni di Serie A 2018/2019, mereka juga finish ke-19 di akhir musim, tapi dengan rekor lebih buruk; hanya lima menang dan 10 imbang.
Perjuangan untuk Juara
Setelah ditangani bek legendaris Italia Alessandro Nesta pada 2019-2021, kemudian Grosso masuk untuk menggantikan rekannya sesama pemenang Piala Dunia 2006 itu. Sang pelatih bergabung pada 23 Maret 2021, menjelang akhir musim 2020/2021. Musim berikutnya, dia mulai membangun skuat, mendatangkan banyak pemain dari berbagai klub; sebagian besar dengan cara free transfer dan loan.
Salah satunya gelandang serang Luca Garritano, yang sampai musim 2023/2024 ini masih bertahan bersama Frosinone. Juga gelandang Karlo Lulic yang didatangkan dari Krosia. Lalu, bek kiri Matteo Cotali, tapi pada musim panas ini pindah ke klub lain di Serie B, Modena. Mereka disatukan dengan pemain lama, seperti gelandang Marcus Rohden dan Daniel Boloca, serta bek Przemyslaw Szyminski.
Sayangnya, pada akhir musim 2021/2022 itu, Grosso hanya mampu membawa Frosinone finish posisi sembilan di Serie B. Namun, dia tak patah arang, kembali merekrut banyak pemain baru, tapi kali ini para anak muda yang tumbuh di klub-klub Serie A. Salah satunya striker Samuele Mulattieri dipinjam dari Inter Milan. Pemain yang saat itu masih 21 tahun tersebut jadi top scorer mereka dengan 12 gol.
Adik legenda Napoli Lorenzo Insigne, Roberto Insigne juga didatangkan untuk menambah kekuatan tim. Dia menjadi andalan di sayap kanan, berpasangan dengan Giuseppe Caso di sisi kiri yang masih bertahan hingga musim ini. Dengan kekuatan baru itu, Grosso membangun tim dengan penguasaan bola yang lebih baik; kuat di satu sisi lapangan dan efisien di sisi yang lain dalam setiap pertandingan.
Hasilnya, Frosinone menjadi tim paling gacor dengan pertahanan paling kuat di Serie B, mencetak 63 gol dan hanya kebobolan 26 gol. Skuat Grosso sukses merebut 24 kemenangan dengan delapan kali imbang dan hanya enam kali kalah dalam 38 pertandingan, unggul tujuh poin dari runner-up. Bahkan, mereka sudah mengamankan gelar juara Serie B 2022/2023 saat musim masih menyisakan tiga laga.
Awal Musim yang Lebih Baik
“Saya bahagia,” kata Grosso usai memastikan Frosinone kembali ke Serie A tepat pada 1 Mei 2023. Tapi di luar dugaan, tak sampai dua bulan kemudian, dilaporkan bahwa dia memutuskan berhenti melatih klub tetangga AS Roma dan Lazio itu. Pelatih muda 45 tahun itu memilih tak memperpanjang kontraknya yang berakhir pada 30 Juni 2023, hingga klub kemudian menunjuk Eusebio Di Francesco.
Dibanding Grosso, Di Francesco memang lebih berpengalaman; pernah membawa Sassuolo lolos ke Liga Europa 2016/2017, sebelum mengantarkan Roma ke semi final Liga Champions 2017/2018. Kini, dia akan mencoba peruntungannya bersama Frosinone. Meskipun harus langsung menghadapi juara bertahan Napoli di laga pembuka Serie A musim ini, Di Francesco mengaku sudah siap dan tak takut.
“Mereka akan menghadapi tim yang penuh hasrat,” kata Di Francesco. “Kami memainkan permainan sendiri dan menyebabkan masalah bagi Napoli,” sambungnya.
Meski akhirnya kalah 1-3 dari tamunya itu, tapi mereka berhasil menumbangkan tim kuat lainnya Atalanta 2-1 di laga kedua. Bisa dibilang ini menjadi awal musim yang baik bagi Frosinone, mengingat mereka pernah kalah beruntun di empat laga pembuka Serie A 2015/2016, dan sembilan laga tanpa kemenangan di awal Serie A 2018/2019.
Sumber: Football Italia, Lega Serie A, The Football Analysis