Tak pernah ada yang mengetahui jalan hidup seseorang. Begitu pula dalam karier sepakbola. Kevin Grosskreutz misalnya. Dia adalah pemenang Piala Dunia 2014 bersama Jerman. Setahun sebelumnya, bek sayap itu juga turut mengantarkan klubnya, Borussia Dortmund menembus final Liga Champions 2012/2013, sebelum dikalahkan musuhnya sesama Jerman, Bayern Munchen dengan skor tipis 2-1.
Tapi siapa yang menyangka, hanya enam tahun setelah kemenangannya di Piala Dunia 2014, tak ada lagi klub yang mau memakai jasa Kevin Grosskreutz. Padahal pada 2020 itu, usianya masih 32 tahun, belum terlalu tua untuk seorang pesepakbola. Sempat mengumumkan gantung sepatu di awal 2021, dia akhirnya kembali ke lapangan hijau, tapi hanya bermain di liga amatir, divisi enam Liga Jerman.
Berkembang dari Bawah
Grosskreutz adalah produk akademi Dortmund. Dia lahir di kota itu masa Jerman Barat pada 19 Juli 1988. Sempat bermain di beberapa klub lokal sejak usia empat tahun, sang bocah lalu bergabung ke akademi Dortmund pada 2002 saat berusia 14 tahun. Tapi, dia hanya bertahan semusim, sebelum pindah ke Rot Weiss Ahlen dan sukses menembus tim cadangan yang main di divisi lima pada 2006.
Sejak itu, kemampuan Grosskreutz terus berkembang dari bawah. Musim 2006/2007, dia ditarik ke tim utama dan mulai tampil reguler di Regionalliga Nord, saat itu masuk kelompok divisi tiga sebelum ada 3.Liga. Musim berikutnya, pemain yang masih berusia 20 tahun itu pun sukses mengantarkan Rot Weiss Ahlen promosi ke 2.Bundesliga dan masuk 11 pemain terbaik versi majalah Kicker tahun itu.
Terus bermain apik bersama Rot Weiss Ahlen, Dortmund pun tak kuasa untuk memanggilnya pulang. Musim panas 2009, Grosskreutz resmi menandatangani kontrak profesional di klub masa kecilnya itu dan mulai main di Bundesliga Jerman. Sempat hanya jadi pengganti pada awal musim, dia kemudian tidak tergantikan lagi di pos gelandang kiri dalam starting line-up Dortmund sejak Desember 2009.
Versatile Player
Manajer Dortmund periode 2008-2015, Jurgen Klopp yang terus menempa bakat Grosskreutz. Sang pelatih menyukai gaya bermainnya, dan juga kemampuannya di banyak posisi. Grosskreutz memang seorang versatile player. Sejak di Rot Weiss Ahlen, dia pun sudah mencoba banyak tugas, dari winger kanan yang jadi posisi aslinya, hingga di sisi kiri, bahkan sebagai gelandang serang dan second striker.
Pada musim debut bersama Die Borussen, dia awalnya bermain sebagai gelandang kanan. Tapi Klopp kemudian mendorongnya ke sisi yang berbeda. Musim berikutnya, Grosskreutz main agak lebih ke depan sebagai winger kiri, di mana mereka sukses memenangkan Bundesliga 2010/2011 disusul gelar 2011/2012 secara beruntun. Dua musim itu, dia mencetak total 17 gol dan 17 assist di semua ajang.
Musim 2012/2013, saat Dortmund menembus final Liga Champions pertama dalam 16 tahun setelah juara pada 1997, Grosskreutz mulai dimainkan pada posisi baru. Meski tetap lebih sering bertugas di sayap kiri, tapi dia juga dicoba mundur ke lini pertahanan sebagai bek sayap. Sejak itu, mulai musim berikutnya, sang pemain lebih banyak bermain sebagai bek kanan, termasuk pula di timnas Jerman.
Bersama Der Panzer, catatan penampilan Grosskreutz memang tidak banyak. Sebelum masuk skuad Piala Dunia 2014, dia baru mengoleksi lima caps saja, selain pernah di tim U-20 dan U-21. Itupun tiga penampilan terjadi pada 2010-2011, sedang dua laga lainnya dalam uji coba jelang Piala Dunia 2014. Di turnamen itu, Grosskreutz juga tak sekalipun bermain, tapi beruntung ikut mendapat medali juara.
Cedera dan Nasib Malang
Sepulang dari Piala Dunia 2014 di Brasil, pemilik nomor 19 itu kembali jadi winger kiri di klub. Tapi, petaka muncul ketika Grosskreutz mengalami cedera parah pertama kalinya sejak operasi lututnya empat tahun yang lalu. Diawali retak ligamen intraarticular pada Januari 2015, disusul robek jaringan otot bulan berikutnya, hingga gangguan punggung dan menjalani operasi lutut lagi pada April 2015.
Grosskreutz harus meninggalkan skuad utama, dan sempat main di tim cadangan sebelum menepi hingga akhir musim. Sejak itu, dia mengalami masalah kebugaran hingga dilepas ke Galatasaray pada September 2015. Tapi, nasib malang mulai akrab dengan pemain setinggi 1,86 meter itu. Kepindahan ke Turki gagal terjadi gara-gara masalah dokumen, dan dia tidak bisa bermain hingga 1 Januari 2016.
Awal 2016, Grosskreutz kembali ke Jerman, bergabung dengan VfB Stuttgart. Sempat memainkan beberapa pertandingan Bundesliga sebagai bek kanan, ternyata kebangkitannya hanya sementara sebelum cederanya kambuh lagi pada Maret 2016. Sejak itu, dia benar-benar makin akrab dengan cedera, beberapa kali masuk ruang perawatan hingga gagal menyelamatkan timnya dari degradasi.
Kondisinya tambah pelik saat kontraknya diputus pada Maret 2017, musim kedua bersama Stuttgart. Itu terjadi hanya beberapa jam setelah berkelahi di bar, mungkin karena frustasi. Dalam pernyataan di situs klub, dia mengaku “melakukan kesalahan”, dan menginginkan “tak ada hubungannya dengan sepakbola” saat itu. Tapi hanya sebulan, anggota Tim Terbaik Bundesliga 2013/2014 itu kembali lagi.
Grosskreutz sempat main di tim divisi dua pada 2017/2018, lalu di klub divisi tiga sejak musim panas 2018 sebelum mengumumkan mundur dari sepakbola profesional pada awal 2021 setelah kontrak diputus. Anehnya, hanya beberapa hari, dia malah bergabung dengan klub baru di divisi enam. Pada 2022, dia sempat membantu tim promosi, sekaligus jadi asisten pelatih. Kini, di usia 35 tahun, juara Piala Dunia 2014 itu masih main di liga amatir, divisi enam bersama Wacker Castrop sejak Juli 2023.
Sumber: Balls.ie