Peter Crouch, tentang Kehidupan Pasca Pensiun dan Buku Barunya

Foto: Mirror.co.uk

Peter Crouch baru-baru ini angkat bicara soal kehidupan dan buku barunya pasca pensiun. Kisah lucu tidak ragu ia ungkapkan, dari ketika kebiasaan bermain Trivial Pursuit dengan rekan satu timnya di Stoke City, sampai pembicaraan tidak terlupakan dengan Mickey Rourke di Miami pada 2006. Crouch merupakan sosok yang selalu dikenal dengan satu ciri khasnya yang unik dan tak terlupakan, yaitu sebuah perayaan gol dengan gaya robot.

Meskipun di satu sisi, sebagai seorang pemain bola, Crouch tidak selalu mendapatkan penghargaan yang layak untuk diterimanya. Padahal, striker bertubuh 201 cm itu telah mencetak lebih dari 100 gol di Premier League, dan membuat 42 penampilan untuk Inggris (dengan catatan rata-rata satu gol di setiap pertandingannya).

Namun kendati begitu, di dalam buku barunya ini, ia akhirnya mendapatkan semua pujian yang layak untuk diterima. Sebelumnya, di tahun 2018, Crouch sempat menulis sebuah buku berjudul How to Be a Footballer. Buku ini merupakan buku yang terlaris di tahun itu, dan pencapaian ini diikuti oleh sebuah podcast seru bernama That Peter Crouch Podcast yang juga menjadi salah satu yang paling populer di BBC.

Dan sekarang, Crouch sudah berusia 38 tahun, dan setelah memutuskan pensiun dari sepakbola pada musim panas kemarin, ia akhirnya angkat bicara dan membuka sebuah dialog terbuka dengan media The Guardian. Yang jelas, sekarang ia kembali ke publik dengan lebih banyak dongeng dari buku barunya yang berjudul I, Robot: How to Be a Footballer 2.

Berikut kami sajikan beberapa kutipan dialog terbuka dari Peter Crouch dan media The Guardian.

Anda pensiun pada musim panas kemarin (Juni 2019). Bagaimana kehidupan Anda pasca sepakbola?

“Saya baik-baik saja. Saya sudah berlatih setiap hari dalam hidup saya sejak saya meninggalkan sekolah pada usia 16 tahun. Saya sudah merasakan 20 tahunan lebih merasakan hal aneh di mana saya harus berada di atas lapangan, seperti memikirkan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dipakai. Jadi saya sudah sedikit bisa istirahat dan baru saja saya melemparkan diri saya ke hal-hal lain. Ya, saya masih benar-benar berlibur.“

Podcast dan buku Anda sangat fenomenal. Menurut Anda mengapa demikian?

“Saya tidak tahu. Saya memiliki pekerjaan terbaik di dunia, dan saya suka berpikir bahwa saya membuat sebagian besar dari itu menjadi menarik, dan saya selalu menikmatinya. Tapi saya melihat para pemain akhir-akhir ini dan saya pikir kadang-kadang mereka menganggap diri mereka terlalu serius, yang pada akhirnya membuat mereka seperti tidak menikmatinya. Jadi mungkin saya tidak menganggap diri saya terlalu serius di dunia sepakbola, jangan terlalu menganggap diri terlalu serius karena setiap orang berhak menikmati sesuatu.“

Anda menulis tentang bagaimana setiap pemain sepakbola yang membawa buku saat perjalanan akan dipandang dengan curiga. Apakah membaca buku itu merupakan hal aneh bagi pesepakbola?

“Eh, tidak. Saya hanya tidak melihat banyak yang membaca buku. Tapi, ketika saya berada di Liverpool, Jamie Carragher biasa membaca otobiografi di setiap perjalanannya, akan tetapi dia juga sangat mencintai sepakbola. Dia selalu mengagumi Cruyff, Pelé, Maradona, Keane, dan Ferguson… Yang jelas dia tidak terlalu banyak membaca novel.“

Bagaimana dengan Anda, apakah Anda juga membaca banyak buku?

“Yang terakhir saya baca adalah buku Ant Middleton. Itu pun karena saya bertemu dengannya. Saya dan dia bersaing untuk mendapatkan posisi teratas di chart buku terlaris. Jadi saya membaca bukunya sebagai kompetisi. Saya juga membaca buku Yuval Noah Harari, dia menulis buku berjudul Sapiens. Dan saya membaca buku Michelle Obama.“

Harus saya akui, saya terkejut ketika mengetahui bahwa saat Anda berada di Stoke City, Anda menghabiskan banyak waktu senggang bersama rekan setim Anda untuk bermain Trivial Pursuit. Bagaimana tanggapan Anda tentang hal ini?

“Saya menyukainya. Jujur saya tidak bisa menahan diri untuk tidak bermain permainan itu. Kami pernah memainkannya saat pelatih sedang jalan menuju pertandingan, dan kemudian ketika sampai di hotel, satu pertandingan bisa memakan waktu cukup lama! Tapi, apa yang Charlie Adam (mantan rekan setimnya di Stoke City) tidak tahu tentang permainan ini adalah pengetahuannya. Dia kalah karena keahlian saya adalah olahraga dan geografi serta sedikit sejarah. Tetapi jika Anda mendapatkan segmen seni dan sastra, Anda akan menang melawan saya.”

Ada kisah yang tak terlupakan dalam buku Anda tentang pertemuan Anda dengan Mickey Rourke di Miami pada 2006, dan kalau tidak salah, ketika itu Anda pergi berlibur bersama teman-teman Anda setelah Piala Dunia. Seperti apa cerita lengkapnya?

“Saat itu, saya bersama rekan saya keluar dan saya melihatnya. Saya terkagum dan raut muka saya seperti berkata, ‘Oh, ada Mickey Rourke.’ Dan dia juga seperti berkata, ‘Oh, Anda si robot boy itu ya!’ Saya punya gambar di suatu tempat di mana saya dan dia melakukan gerakan robot bersama di Miami. Saya akan menemukannya suatu hari nanti. Luar biasa, kami mengalami dua malam yang luar biasa bersamanya. Tetapi saya sedang berlibur, dan dia tinggal di sana. Dia pernah mengetuk pintu kamar hotel saya, dan saya mengintip. Kemudian saya mendengar seseorang berkata dari luar, ‘Hey anak-anak, ini Mickey Rourke.’ Saya lalu berpura-pura tidak ada di sana dan kembali tidur. Dia menyelipkan surat di bawah pintu. Dia mengatakan, ‘Mari kita bertemu di sini untuk makan malam.’ Saya benar-benar langsung meninggalkan di kamar hotel. Saya bahkan tidak membawa pulang surat itu untuk menunjukkan kepada siapa pun. Gila! Saya berharap saya bisa mengulangnya.”

Anda memiliki empat anak sekarang, apakah Anda tidak merasa kalau Anda kelebihan jumlah?

“Ya mungkin. Tapi saya sering mengatakan kalau Anda harus beralih dari penandaan manusia ke penandaan zona. Ini adalah pilihan yang sulit, tapi sangat bagus. Saya dan istri punya dua anak perempuan dan dua anak laki-laki, dan saya merasa diberkati dengan itu. Jujur saja, saya ​​sekarang, sering bangun jam empat pagi untuk memberi makan si kecil. Anak-anak saya tampak hebat, dan gadis-gadis kecil saya kadang ikut membantu.”

Anda mengisyaratkan bahwa Anda ingin masuk ke dunia manajer. Mengapa Anda melakukan itu ketika semuanya sudah berjalan dengan baik?

“Ya karena saya tergoda. Saya sudah mengerjakan buku dan podcast. Semuanya sudah lepas landas, tetapi sepakbola masih belum meninggalkan saya. Seperti yang saya katakan, saya sudah melakukannya setiap hari sejak saya berusia 16 tahun. Semua hal sudah pernah saya ketahui, jadi ada beberapa bagian dari diri saya yang hilang. Jadi suatu hari, mungkin, saya akan masuk ke dunia itu (manajer). Tapi saya ingin merayakan Natal dulu beberapa tahun ke depan karena saya benar-benar belum pernah merayakan Natal sejak saya bermain sebagai pesepakbola.”

 

Sumber: The Guardian