Pada pertandingan melawan Cardiff City (4/4), Pep Guardiola melakukan tujuh perubahan dari partai kontra Fulham (30/3). Salah satu pemain yang dipercaya Pep untuk main sejak menit pertama adalah gelandang asli Manchester City, Phil Foden.
Telah berada di tim senior the Citizens sejak 2017/2018, laga lawan Cardiff adalah pertama kalinya Foden dipercaya masuk susunan utama di Premier League. Tampil selama 90 menit penuh, penampilan Foden menarik perhatian banyak orang.
Baik itu playmaker asal Belgia, Kevin De Bruyne, ataupun mantan pemain Manchester City, Danny Mills. Semua ikut berkomentar tentang Foden. Tapi dua sosok itu punya komentar berbeda tentang Foden.
De Bruyne berharap Foden akan menjadi gelandang masa depan Manchester City. Memberi piala untuk the Citizens. “Kondisi Foden sangat bagus, dia adalah pemain yang luar biasa. Ia tengah berada di bawah tekanan, karena banyak yang memintanya untuk terus diberi waktu bermain,” buka mantan pemain Chelsea itu.
“Mendapatkan debut Premier League melawan Cardiff, dia membuktikan bahwa dirinya layak berada di sini. Semoga di masa depan Foden bisa memenangkan piala bersama Manchester City,” lanjut De Bruyne.
Sementara Mills yang membela Manchester City selama lima tahun (2004-2009) merasa Foden tidak memiliki masa depan di Etihad Stadium. Tidak dengan kondisi Manchester City saat ini. “Phil Foden ada di posisi terjepit. Ia membutuhkan jam terbang. Tapi jika dirinya di Manchester City musim depan (2019/2020), mungkin ia hanya mendapatkan 10 penampilan,” kata Mills.
“Dirinya terlalu bagus untuk pergi sebagai pemain pinjaman. Sementara tak ada klub yang berani memboyongnya secara permanen. Manchester City meminta 40-50 juta pauns untuk jasa Foden. Padahal kualitasnya belum terbukti,” jelas Mills. “Dia harus mengambil sebuah keputusan besar di musim panas. Keputusan yang sulit mengingat Manchester City adalah kesebelasan yang selalu ia bela. Dia seorang suporter,” tutupnya.
De Bruyne juga tak menutup peluang untuk Foden pindah. Ia hanya bisa memberi satu saran ke juniornya itu, “Ikutilah kata hati,” kata De Bruyne. Namun, Manajer Manchester City Pep Guardiola menolak kemungkinan Foden pergi dari Etihad.
“Meski usianya masih muda, Foden memiliki segalanya. Musim ini dia sudah mendapatkan banyak kesempatan [996 menit]. Dirinya memang luar biasa, tapi jelas sulit ada di posisi yang sama dengan De Bruyne, David Silva, Ilkay Gundogan, dan Bernardo Silva,” ungkap Guardiola. “Saya janji dia akan mendapatkan kesempatan lebih musim depan. Itu progres, kita harus ingat bahwa dirinya masih berusia 19 tahun,” lanjutnya.
Nasib Debutan Guardiola
Foto: El Periodico
Guardiola memang dikenal senang dengan talenta-talenta muda. Ketika di Barcelona, dia memberikan debut tim senior kepada 22 pemain. Saat menangani Bayern Munchen, enam pemain akademi Die Roten diberi kesempatan di tim utama.
Tapi perlu diingat juga bahwa mayoritas pemain yang diberi debut oleh Guardiola akhirnya pergi meninggalkan kesebelasan tersebut karena kurang jam terbang. Dari 22 nama, cuma Sergi Roberto dan Sergio Busquets yang berhasil jadi pilihan utama di Barcelona.
Sergi Roberto pun menembus tim utama sebagai bek kanan, bukan gelandang seperti posisi aslinya. Kondisi anak-anak muda di Bayern lebih parah lagi. Tak ada satupun yang bisa menggantikan Neuer, Lewandowski, Robben, ataupun Ribery. Julian Green mungkin paling sukses dibanding nama-nama lain. Ia pun akhirnya pindah ke Stuttgart pada 2017.
Sementara itu, lihat kondisi Jadon Sancho di Dortmund. Sebelum pindah ke BVB, Sancho merupakan salah satu pemain yang ingin dipertahankan Guardiola bersama Brahim Diaz dan Foden. “”Kami sudah menawarkan kontrak besar dia [Sancho]. Keputusannya bukan masalah uang. Ia sadar bahwa Dortmund akan memberi jam terbang yang lebih banyak,” aku Pep.
“Dia bisa saja kami pinjamkan ke kesebelasan lain. Dia harus tahu semua ingin dirinya bertahan di sini. Tapi kami tak bisa berbuat apa-apa,” lanjutnya menjelaskan kepergian Sancho. Jadon Sancho sudah ditawari kontrak 30.000 pauns per pekan oleh Guardiola. Kontrak terbesar dalam sejarah akademi Manchester City. Pada akhirnya, Sancho merasa pindah adalah pilihan terbaik.
Foden Bukan Sancho
“Saya merasa ini adalah waktu yang tepat untuk memenuhi potensi dengan tantangan baru,” katanya. Dia juga benar memilih Dortmund ketimbang Manchester City. Meskipun membutuhkan waktu, musim 2018/2019 menjadi panggung utama Sancho dengan terlibat dalam 27 gol dari 38 penampilan bersama BVB.
Berbeda dengan Sancho, Brahim Diaz meninggalkan Manchester City untuk Real Madrid karena Los Blancos selalu menjadi kesebelasan idolanya. Dia seorang suporter. Beruntung bagi Manchester City, Foden merupakan suporter Manchester City. Foden bukanlah Jadon Sancho. Bahkan pada April 2018, Foden sudah berjanji akan bertahan di Manchester City sepanjang kariernya.
“Ibu saya adalah suporter Manchester City. Saya juga menjadi suporter Manchester City. Perlahan saya ingin mendapat lebih banyak waktu bermain dan menembus tim utama di sini. Saya ingin bertahan di Manchester City selamanya. Itu yang akan saya lakukan,” aku Phil Foden.