Pemerintah Inggris kalang kabut setelah trofi Jules Rimet hilang dicuri pada 20 Maret 1966. Entah bagaimana caranya, trofi Piala Dunia tersebut bisa lenyap dari ruang pameran Methodist Central Hall di Westminster.
Sudah beberapa hari pencarian dilakukan tapi hasilnya masih nihil. Di hari ketiga, bagian atas trofi dikirimkan ke kantor Chelsea FC. Trofi tersebut tak datang sendirian, karena tercantum pula surat yang intinya meminta tebusan.
Dari surat tebusan itu, polisi mengembangkan penyelidikan. Tujuannya adalah menemukan trofi beserta pelaku utamanya. Di hari ketujuh, trofinya ketemu, tapi sampai sekarang pelakunya tak pernah tertangkap.
Berawal dari Antusiasme Warga
Empat bulan jelang kick-off Piala Dunia, FA menerima permintaan untuk memajang trofi Piala Dunia di Methodist Central Hall di acara pameran perangko. Lokasi pameran ini hanya beberapa ratus meter dari Gedung Parlemen Inggris, dan dekat dengan wilayah kepolisian.
Presiden FIFA, Stanley Rous, setuju dengan ide tersebut. Asalkan, sejumlah persyaratan bisa dipenuhi: dikirim oleh perusahaan keamanan yang terpercaya, ditempatkan di kotak kaca terkunci yang dijaga selama 24 jam sehari, serta diasuransikan senilai 30 ribu paun.
FIFA setuju karena toh harga pembuatan trofi Jules Rimet hanya sepersepuluh dari nilai asuransinya. Di sisi lain, perangko yang ada di pameran tersebut punya total tiga juta paun, alias tak ada apa-apanya dibanding trofi Jules Rimet.
Kenyataannya, keamanan tidak ada di tempat selama 24 jam. Sekitar pukul 11 pagi sampai 12 siang, penyusup masuk lewat pintu belakang dan pergi tanpa jejak. Hilangnya trofi Jules Rimet memicu histeria dan rasa malu. Apalagi trofi itu dicuri di depan hidung Polda Metropolitan yang punya reputasi bagus.
Petunjuk dari Surat Tebusan
Polisi pun segera merilis ciri-ciri sang pencuri: rambutnya hitam, disisir ke belakang, dan punya tanda luka di mata sebelah kanannya. Pencarian pun membuat perjalanan subway dihentikan sementara. Sampai akhirnya, surat tebusan, disertai dengan trofi bagian atasnya.
Sang pengirim, menamai dirinya “Jackson”, setuju untuk bertemu dengan polisi di Battersea Park yang membawa uang tebusan 15 ribu paun. Setelah menerima koper berisi uang, Jackson membawa polisi ke tempat trofi itu disembunyikan. Naas, dia sadar kalau dirinya sedang dibuntuti. Ia pun melompat sebelum akhirnya berhasil ditangkap lalu ditahan.
Di hadapan polisi, Jackson yang nama aslinya adalah Edward Betchley, mengaku hanya sebagai perantara. Ia pun dihukum dua tahun penjara. Di persidangan, alih-alih mengungkapkan siapa otak di balik pencurian ini, Betchley malah bilang: “Apapun hukumannya, aku harap Inggris menjuarai Piala Dunia.”
Pickles, Si Anjing Pintar
Sepekan setelah hilangnya trofi Jules Rimet, David Corbett membawa anjingnya, Pickles, jalan-jalan. Tujuannya adalah telepon umum di pinggir jalan. Ia berenca menelepon saudaranya untuk mengetahui apakah istrinya sudah melahirkan.
Dalam perjalanannya, Pickles mengendus ke sebuah paket yang aneh.
“Paket itu dibungkus dengan koran yang diikat erat dan tali, diletakkan di atas roda mobil tetangga saya. Saya mengambilnya dan ini cukup berat, meskipun tidak terlalu besar – ini bukan piala yang spektakuler,” kata Corbett.
“Saat itu, IRA (Tentara Republik Irlandia) amat besar. Jadi aku pikir kalau itu adalah bom. Jadi aku meletakannya. Aku mengambilnya dan meletakannya kembali. Lalu keingintahuan mengambil alih. Aku merobek bagian bawahnya dan ada piringan kosong. Aku merobeknya kembali lalu ada tulisan Brasil, Jerman, Uruguay. Aku berlari pulang dan bilang pada istriku: ‘Aku pikir aku menemukan trofi Piala Dunia!”
Ia lalu membawanya ke kantor polisi dan mendapatkan respons tak menyenangkan. Mereka merasa kalau itu tak seperti trofi Piala Dunia. Sampai akhirnya, trofi tersebut dipastikan asli dan Corbett tak pernah menyangka yang terjadi selanjutnya: ia menjadi tersangka utama!
Ia pun ditanyai oleh kepolisian setempat selama berjam-jam. Dan setelah melihat daftar tersangka, namanya akhinya dibersihkan. Namanya lalu mulai disebut di televisi dan ditulis dikoran. Ia pun mendapatkan hadiah berupa uang tunai.
Pickles bahkan mendapatkan pekerjaan tambahan. Ia menjadi cameo dalam film The Spy with a Cold Nose. Keduanya juga diundang ke acara kemenangan Inggris di Piala Dunia, dan Pickles menjadi tamu paling populer di sana.
Selain membintangi film, ia juga muncul di sejumlah serial televisi seperti Blue Peter dan Magpie. Dia juga mendapatkan penghargaan “Dog of the Year” dan mendapatkan pasokan makanan selama setahun penuh dari Spillers.
Pickles wafat setahun kemudian. Gara-garanya adalah lehernya tercekik oleh tali pengikatnya, saat ia sedang mengejar kucing tetangga. Ia dimakamkan di halaman belakang rumah Corbett di Surrey. Sementara kerah anjingnya dipajang di Museum Sepakbola Nasional di Manchester.
Sumber: The Guardian, FIFA.