Setelah Brasil yang tersingkir pada fase grup Piala Dunia 1966, tidak ada lagi juara bertahan ajang empat tahunan tersebut yang tersingkir pada fase grup. Rekor ini kemudian terhenti pada Piala Dunia 2002 yang berlangsung di Korea Selatan dan Jepang.
Prancis datang ke Asia dengan modal yang cukup baik. Selain mereka adalah juara Piala Dunia 1998, mereka juga mengisi tahun-tahun setelahnya dengan menjadi juara pada ajang Euro 2000 dan Piala Konfederasi 2001. Pergantian pelatih dari Aime Jacquet ke Roger Lemerre juga tidak memengaruhi permainan tim secara keseluruhan.
Beberapa penggawa yang memberikan gelar Piala Dunia pertama seperti Fabien Barthez, Youri Djorkaeff, dan Marcel Desailly masih berada di dalam tim. Begitu juga dengan sang pemain termahal dunia, Zinedine Zidane yang beberapa bulan sebelumnya membawa Real Madrid juara Liga Champions. Beberapa pemain yang sebelumnya masih berusia muda empat tahun sebelumnya seperti Thierry Henry, David Trezeguet, dan Patrick Vieira juga sudah semakin matang.
Segala modal ini seharusnya cukup membuat Prancis minimal kembali melangkah setidaknya hingga babak semifinal. Johan Cruyff bahkan berkata kalau Prancis masih ‘di atas segalanya’ dan mereka punya peluang besar untuk menjuarai Piala Dunia pertamanya di Asia.
Akan tetapi, Piala Dunia 2002 tidak berjalan dengan baik bagi Les Blues, bahkan ketika turnamen belum melakukan upacara pembukaan. Zidane mengalami cedera ketika melawan Korea Selatan pada laga persahabatan. Apes, sang maestro divonis absen dalam dua pertandingan awal menghadapi Senegal dan Uruguay.
Entah ada pengaruhnya atau tidak, namun penampilan Prancis tidak menggigit. Mereka kalah dalam partai pembuka melawan Senegal. Satu gol Papa Bouba Diop mengawali perjalanan buruk Prancis. Upaya berkali-kali yang dilakukan Thierry Henry dan David Trezeguet untuk menyamakan kedudukan tidak ada yang membuahkan hasil.
“Penampilan yang bagus dari Senegal. Meeka menggunakan taktik yang bagus dan mereka bermain dengan sangat baik. Kami tidak bisa menembus lini pertahanan mereka. Lalu, satu serangan balik dari mereka dan mencetak gol. Hasil yang sulit bagi kami, tetapi hasil ini membuat kami bisa menghadapi situasi seperti itu dengan lebih baik,” kata Lemerre.
Pertandingan kedua melawan Uruguay juga gagal dimenangkan oleh Prancis. Mereka hanya bermain imbang tanpa gol dan harus bermain 10 orang sejak menit ke-25 setelah Thierry Henry mendapat kartu merah karena melakukan tekel berbahaya.
Meski baru mendapat satu poin, namun Prancis saat itu masih punya peluang untuk lolos. Syaratnya adalah mereka mengalahkan Denmark dengan catatan Uruguay juga tidak menang melawan Senegal. Prancis juga harus menang dengan selisih minimal dua gol untuk bisa mendapatkan selisih gol yang cukup.
Akan tetapi, kemenangan tetap tidak kunjung bisa didapat Prancis. Meski Zidane sudah bermain, mereka tetap kalah dengan skor 2-0 dari tim Dinamit. Gol yang masing-masing dicetak oleh Dennis Rommedahl dan John Dahl Tomassson menghentikan langkah mereka untuk mendapat tiga poin.
11 Juni 2002 menjadi hari yang sangat buruk bagi Prancis karena mereka baru saja membuat rekor sebagai juara bertahan Piala Dunia pertama yang tersingkir di fase grup pada abad ke-21. Selain itu, mereka juga memegang rekor buruk sebagai juara bertahan yang tidak bisa mencetak satu gol pun pada turnamen berikutnya. Lemerre pasrah merski memiliki alasan kalau tersingkirnya Prancis disebabkan karena masalah-masalah yang menyerang mereka sebelum turnamen seperti cederanya pemain pilar dan merosotnya Zidane karena cedera jelang turnamen.
“Kami gagal pada Piala Dunia kali ini. Saya harus akui kalau kami punya banyak masalah kecil dan kami tidak dalam kondisi fisik yang 100 persen. Tapi tidak ada yang bisa kami katakan lagi selain kami tidak layak untuk lolos. Kami hanya bisa menerima kekalahan ini,” ujarnya.
Tersingkirnya Prancis saat itu memang mengejutkan karena jarang sekali tuan rumah tersingkir lebih cepat. Hal ini ditambah fakta kalau mereka banyak dihuni pemain bintang. Bahkan keluarnya Prancis sampai membuat Rivaldo kaget pada saat itu.
“Semua orang di dalam tim Brasil ingin melawan Prancis. Bukan untuk balas dendam melainkan akan sangat baik jika kami bermain melawan tim-tim besar,” ujarnya. Prancis sendiri menempati peringkat terakhir grup A dengan mengumpulkan satu poin, sementara Denmark dan Senegal menjadi dua negara yang mewakili grup A pada babak 16 besar.
Imbas dari kegagalan Prancis sudah bisa ditebak. Lemerre dipecat dan tempatnya digantikan oleh Jacques Santini yang juga gagal membawa Prancis mempertahankan titel Piala Eropa pada 2004 silam.
Prancis membayar kegagalan mereka dengan masuk final empat tahun kemudian. Sayangnya, mereka kalah dari Italia pada babak adu penalti. Zidane lagi-lagi menjadi sorotan terkait insidennya dengan Marco Materazzi yang membuatnya harus mendapat kartu merah pada pertandingan terakhirnya di dunia sepakbola.
Kegagalan Prancis pada Piala Dunia 2002 menjadi awal dari lahirnya kutukan juara bertahan di pentas Piala Dunia. Setelah mereka, giliran Italia, Spanyol, dan Jerman yang merasakan hal serupa. Pengecualian pada Brasil yang masih bisa lolos hingga perempat final pada 2006.
Piala Dunia 2022 kembali menjadi ujian bagi Prancis. Mereka akan kembali ke Asia, lebih tepatnya ke Qatar, dengan membawa status sebagai juara bertahan. Didier Deschamps jelas tidak mau mengulangi kejadian 18 tahun lalu yang bisa merusak CV-nya yang sejauh ini sudah sangat bagus.