Sejak Mohamed Salah berhasil membuktikan diri bersama AS Roma di Serie-A 2016/2017, dirinya mulai disebut-sebut sebagai pemain terbaik Mesir. Bagaimana tidak? Saat itu, Salah yang tampil 31 kali di divisi tertinggi Italia terlibat dalam 28 gol Giallorossi.
Mencetak 15 gol dengan namanya sendiri, Salah menjadi pemain paling produktif kedua di Roma. Hanya kalah dari Edin Dzeko yang melesahkan 29 gol sepanjang musim. Penampilan Salah itu berhasil memberikannya tiket kembali ke Inggris bersama Liverpool. Jadi pemain termahal yang pernah dibeli the Reds (50 juta pauns) sebelum Virgil van Dijk menyusul di musim panas 2018.
“Salah adalah kombinasi yang pas antara pengalaman dan potensi. Dia sudah pernah main di Premier League kemudian membuktikan dirinya bersama Roma dengan rekor luar biasa. Saya yakin Salah akan menjadi bagian penting untuk memenuhi ambisi Liverpool,” ungkap Manajer Liverpool Jurgen Klopp.
Ucapan Klopp itu terbukti dengan Salah jadi pemain terbaik Premier League 2017/2018 dan Liverpool menjuarai Liga Champions 2019. Salah kemudian seakan jadi satu-satunya pemain yang layak disoroti dari Mesir. Statusnya mulai sejajar dengan Lionel Messi yang menutup talenta-talenta lain di Argentina.
Apabila Messi menutup sinar Paulo Dybala dan Mauro Icardi di Albiceleste, Salah membuat Mahmoud Ahmed Ibrahim Hassan alias Trezeguet terdengar asing di telinga para penikmat sepakbola. Trezeguet memang lebih muda dibanding Salah. Sama seperti Dybala dan Icardi lebih muda dibandingkan Messi. Tapi dia bukanlah pendatang baru di sepakbola Eropa.
Saat Salah baru bersinar di Roma, kesebelasan ke-empatnya di Eropa, Trezeguet diboyong Anderlecht dari Al Ahly dengan status pinjaman. Juan Garrido yang menangani Trezeguet di Mesir mendukungnya untuk hijrah ke Belgia.
Masuk Radar Atletico Madrid
#RSCA have presented summer signings Chipciu, Trezeguet, Appiah, Doumbia, Di Maio & Hanni to the media today. pic.twitter.com/EIjmGNYLOO
— Mauveside (@Mauveside) July 29, 2016
“Saya meminta dia belajar Bahasa Inggris. Waktu saya mengatakan hal itu, dirinya bahkan tidak tahu apa arti kata ‘hello’. Dirinya hanya bisa Bahasa Arab,” buka Garrido. “Setelah itu barulah saya memberi tahu bahwa Anderlecht meminati dirinya dan Eropa akan jadi pintu gerbang terbaik untuk karier sepakbola dia,” lanjut mantan nakhoda Villarreal tersebut.
Membela Anderlecht adalah penantian panjang bagi Trezeguet. Pasalnya, ia pernah jadi incaran berbagai klub Eropa pada 2013. Dari Nottingham Forest hingga Atletico Madrid minat memberikan tempat kepada dirinya.
Tapi Al Ahly meminta dana yang terlalu besar (1,4 juta Euro) untuk pemain 19 tahun yang belum pernah merasakan atmosfer sepakbola Benua Biru. Ketika Anderlecht memintanya sebagai pemain pinjaman, barulah Trezeguet dilepas ke Eropa. Garrido percaya penyerang kelahiran 1 Oktober 1994 itu akan jadi pemain besar di Eropa.
“Dia punya segalanya untuk sukses. Dirinya juga dibekali fisik yang baik dibandingkan pemain-pemain Mesir lainnya. Itu akan menjadi modal berharga di Eropa,” kata Garrido. “Trezeguet adalah pemain yang bisa mengancam gawang lawan dari semua sisi. Publik di Eropa pasti menyukai dirinya,” jelas Garrido.
Hampir ke Inter Milan
Foto: Sozcu
Sayangnya, harapan Garrido itu tidak terjadi. Meski Anderlecht bersedia mempermanenkan jasanya, Trezeguet hanya tampil delapan kali di musim pertamanya bersama Paars-wit. Ia sendiri ragu untuk bertahan dengan Anderlecht. Tapi Al Ahly tetap menerima tawaran 2,5 juta Euro untuk Trezeguet.
Hingga akhir kariernya bersama Anderlecht, Trezeguet hanya tampil 11 kali tanpa sekalipun mencetak gol. Beruntung dirinya bertemu dengan Glen de Boeck ketika dipinjamkan RSCA ke Royal Mouscron. “Dia adalah pemain paling bertalenta yang ada di tim kami. Saya akan sangat senang apabila ia bertahan di sini. Namun Trezeguet sudah siap untuk naik ke level Anderlecht,” kata de Boeck.
“Secara formasi, sebenarnya cukup sulit mencari posisi untuk Trezeguet. Tapi yang penting adalah menaruhnya di depan. Terserah dia mau bergerak ke mana karena pada akhirnya pasti akan terbayarkan,” aku mantan bek tim nasional Belgia tersebut.
Kehadiran de Boeck membuat Trezeguet percaya diri dan nyaman hidup di Eropa. Namun ia tidak mau disia-siakan Anderlecht lagi. Setelah menjalani satu masa pinjaman lagi sebagai pemain Anderlecht, Trezeguet akhirnya hengkang ke Turki dan membela Kasimpasa.
Penampilannya di Kasimpasa ini sempat menarik minat berbagai kesebelasan top Eropa. Mulai dari Everton hingga Napoli memantau perkembangannya. Sebagai pemain yang dijuluki Trezeguet, ini tentu menjadi impian bagi pria kelahiran Kafr El Sheikh itu. Dirinya bahkan sudah mengaku akan meninggalkan Kasimpasa dan bergabung dengan Inter.
“Saya kemungkinan besar akan mendarat di Inter dan langsung dipinjamkan ke Parma,” kata Trezeguet. Kubu Nerazzurri sepakat memberi kontrak empat tahun pada Trezeguet. Sialnya, kepindahan itu batal menjadi kenyataan.
“Kami mendapat tawaran 11 juta Euro untuk Trezeguet,” aku Kepala Pelatih Kasimpasa Mustafa Denizli. “Namun kami memutuskan untuk tidak menjualnya karena mendengar kabar bahwa klub yang meminati jasanya sedang mengalami masalah finansial,” jelasnya.
Bersinar di AFCON 2019
Foto: Bleacher Report
Sudah empat tahun Trezeguet mencari tempat terbaik bagi kariernya di Eropa. Ketika ada kesebelasan top Eropa yang berminat pada jasanya, hal itu gagal terealisasi. Tapi, semua bisa berubah setelah Africa Cup of Nation (AFCON) 2019.
Ketika banyak yang fokus melihat penampilan Salah, Trezeguet membuktikan diri bahwa ialah tumpuan tuan rumah. Bukan Mo Salah. “Salah tentu menutupi sinar pemain-pemain lainnya. Dia adalah pemain hebat dengan segala prestasinya. Kami tetap ikut senang untuk dia. Saya punya perasaan kuat bahwa generasi kami akan membuat dunia terkesima,” kata Trezeguet.
Percobaan pertama di Piala Dunia 2018 gagal, sekarang mereka menjalani AFCON 2019 dan Trezeguet tahu bahwa ini merupakan sebuah pertaruhan bagi generasinya. “Tidak ada alasan untuk piala AFCON berpindah tangan. Kita harus membayar kepercayaan yang telah diberikan oleh publik Mesir,” tegasnya.
Hingga 1 Juli 2019, perjuangan mereka terlihat mulus. Mesir lolos dari fase grup sebagai pimpinan klasemen dan berbagai media seperti Maravia Express, GQ Middle East, Teller Report, CAF Online, dan GOAL menyebut Trezeguet sebagai alasan utama kesuksesan itu. Bukan Salah.
Ini adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh Trezeguet. Setelah penampilan impresif di AFCON 2019. Tidak akan ada lagi yang menganggap Mesir hanyalah Salah seorang. Kondisi akan berubah, tak lagi seperti Piala Dunia 2018.
Lewat penampilan itu juga, Trezeguet dapat naik ke level berikutnya dengan Olympique Lyon menunggu jasanya. Ia berpeluang tampil di kompetisi antar klub Eropa bersama tim terpandang dan membuka mata dunia.