Ambisi Besar Slavisa Jokanovic bersama Fulham

Lengkap sudah 20 kesebelasan yang akan berkompetisi di Premier League musim depan. Fulham menjadi kesebelasan terakhir yang meraih promosi setelah mengalahkan Aston Villa di babak playoff. Fulham menemani Wolverhampton Wanderers dan Cardiff City yang promosi sebagai peringkat pertama dan kedua.

Performa Fulham musim ini merupakan buah bibir dalam satu musim terkahir di Divisi Championship. Fulham penuh dengan pemain muda dengan prospek menjanjikan. Sebut saja Ryan Sessegnon, Matt Targett, hingga Sheyi Ojo. Para pemain muda tersebut dipadukan dengan nama-nama senior seperti Tim Ream, Denis Odoi, dan tentu saja sang Kapten, Tom Cairney. Perpauduan tersebut diracik secara apik oleh sang manajer, Slavisa Jokanovic, yang membawa Fulham muncul sebagai salah satu tim paling atraktif di Championship.

Thailand Sebagai Loncatan

Jokanovic selama aktif sebagai pesepakbola berposisi sebagai gelandang bertahan. Kariernya malang melintang dari Yugsolavia hingga Inggris. Jokanovic selalu menjadi pemain penting bersama klubnya.

Ketika memperkuat Deportivo La Caoruna misalnya, ia bersama dengan Donato dan Mauro Silva, sukses membawa Deportivo menjuarai La Liga untuk pertama kalinya pada musim 1999/2000. Hengkang ke Chelsea, Jokanovic merupakan gelandang yang menjadi pusat serangan Chelsea di awal millenium. Jokanovic kemudian gantung sepatu pada tahun 2005. Jokanovic kemudian memutuskan tinggal di Spanyol dan sempat menjadi manajer klub-klub kecil dari Madrid.

Karir manajerial Jokanovic mulai berkembang ketika menangani raksasa sepakbola Serbia, Partizan. Jokanovic yang kala itu menukangi klub Tercera Division, CA Pinto, didaulat menggantikan Miroslav Dukic yang dipanggil untuk menjadi menangani Tim Nasional Serbia pada tengah musim 2007/2008.

Bersama Partizan, Jokanovic langung membawa gelar klubnya meraih double winners di akhir musim. Asosiasi Sepakbola Serbia pun menasbihkan dirinya sebagai Pelatih terbaik musim tersebut, penghargaan yang ditolak oleh Jokanovic setelah hasil mengecewakan diajang Liga Champions. Musim 2008/2009 pun Jokanovic membawa Partizan meraih double winners. Sayang perjalanannya bersama Partizan harus terhenti setelah pada musim 2009/2010 dirinya gagal membawa Partizan menembus fase grup Liga Champions.

Setelah dipecat Partizan, Jokanovic sempat berhenti dari dunia sepakbola sebelum menerima pinangan raksasa Thailand, Muangthong United pada musim 2012/2013. Di bawah polesan Jokanovic, Muangthong United menjadi juara liga dengan presatasi tidak terkalahkan di seluruh pertandingan liga!

Hanya bertahan satu musim, Jokanovic kemudian mengembara ke Bulgaria bersama Leviski Sovia yang hanya bertahan 4 bulan sebelum dipecat oleh manajemen klub. Setelahnya karir Jokanovic pun tidak terlalu baik. Setelah dipecat Leviski Sovia, dirinya kembali ke Spanyol untuk menangani Hercules yang kala itu dalam posisi rawan degradasi. Bersama Hercules pun Jokanovic kembali mendapatkan hasil buruk, hanya menang 1 kali dalam 5 pertandingan membuatnya kembali dipecat.

Peruntungannya membaik ketika menangani Watford pada akhir musim 2014/2015. Ia sukses membawa Watford promosi ke Premier League. Jokanovic sendiri merupakan manajer keempat dalam lima minggu bagi Watford. Sukses membawa Watford promosi, dirinya kemudian pergi ke belahan timur Eropa dan menjadi manajer Maccabi Tel Aviv. Prestasinya adalah membawa Maccabi Tel Aviv lolos ke fase grup Liga Champions pertama dalam 11 tahun terakhir.

Menyelamatkan dan Melambungkan Fulham

Musim 2015/2016, Fulham dalam posisi rawan degradasi ke League One. Jajaran petinggi Fulham langsung menunjuk Jokanovic di akhir Desember 2015 dengan target menyelamatkan klub. Menurut Jordi Cryuff, Direktur Olahraga Maccabi Tel Aviv, Jokanovic menolak tawaran beberapa tawaran untuk memilih Fulham.

“Tawaran datang padanya dan ia berkata tidak. Namun ketika Fulham datang, Jokanovic tidak berpikir lama untuk menerimanya,” ucap Cryuff dikutip dari The Guardian.

Benar saja Jokanovic meraih kesuksesan bersama Fulham, setelah menyelamatkan Fulham di akhir musim dengan keunggulan 11 poin dari zona degradasi. Musim 2016/2017 Jokanovic mampu membawa Fulham menembus 6 besar klasemen akhir.

Puncaknya musim ini Fulham berhasil kembali ke Premier League setelah mengalahkan Aston Villa dengan skor 1-0. Kala itu, gol tunggal Tom Cairney tidak mampu dibalas oleh Aston Villa di Wembley. Fulham pun berubah menjadi tim atarktif.

Secara terbuka, Neil Warnock, yang menangani Cardiff City menyebut Fulham sebagai “Manchester City dari Championship”. Penampilan terbuka dan solid ditunjukkan Fulham di bawah asuhan Jokanovic. 79 gol dicetak dalam 46 pertandingan, menjadikan Fulham tim paling subur kedua di bawah Wolverhampton Wanderers.

Setelah sukses promosi ke Premier League, Jokanovic berjanji akan membawa klubnya berbicara lebih jauh. Bursa transfer musim ini, dirinya berjanji akan belanja besar-besaran untuk mencapai ambisinya.

“Ke depannya kami akan berkompetisi di Premier League, sebuah kompetisi yang sangat ketat, kami harus segera memulai langkah. Kami harus menunjukkan ambisi besar sebagai klub Premier League. Ambisi kami harus ditunjukkan dengan keuangan kami juga,” ujarnya di  standard.co.uk.

Tentu saja dengan prestasinya membawa Fulham menjadi klub yang disegani membuat Jokanovic diincar beberapa klub. Chelsea dikabarkan berminat memboyongnya menggantikan Antionio Conte yang dianggap gagal musim ini. Dengan rumor hengkangnya sejumlah pemain penting Fulham, seperti Ryan Sessegnon dan Tom Cairney. Bukan tidak mungkin membuat Jokanovic memutuskan untuk hengkang ke klub yang mampu mengimbangi ambisinya.