Pada 2009 silam, transfer Carlos Tevez dari Manchester United dianggap sebagai salah satu upaya Manchester City untuk berusaha selangkah lebih maju dari rival sekota. Kala itu, The Citizens baru saja berubah menjadi kekuatan baru sepakbola dunia setelah diakuisisi oleh Abu Dhabi United Group yang dipimpin Syeikh Mansoor Al-Nahyan.
Tak heran, banyak yang beranggapan kalau langkah yang diambil Manchester City dari Manchester United dalam hal pemboyongan Tevez adalah sebuah ‘pencurian’ terbesar. Namun bila dicermati lebih jauh, pencurian terbesar Manchester City atas rival sekota mereka adalah Brian Kidd. Mengapa?
Baca juga: 10 Pesepakbola yang Dibajak di Menit Akhir Bursa Transfer (1)
Bagi yang belum mengenal Kidd, ia adalah salah satu legenda hidup The Red Devils. Ia memulai karier sepakbolanya bersama Manchester United dan menjadi legenda di Old Trafford dengan menjadi bagian tim juara European Cup 1968.
Rupanya, Manchester City paham betul sebuah sebuah kutipan dari Sun Tzu, panglima perang mahsyur Tiongkok Kuno: “Kenali musuhmu dan kau akan menangkan 1000 peperangan,”
City tampaknya tahu betul siapa yang ‘mewariskan’ rahasia kesuksesan dari Sir Alex Ferguson. Kidd menghabiskan 10 tahun menjadi backstaff Manchester United. Tiga tahun ia habiskan menjadi pelatih tim junior Manchester United, dan sisanya ia menjadi ‘tangan kanan’ dari Sir Alex. Dan warisan yang dimiliki Brian Kidd inilah yang membuat kita bisa menyebut City sebagai klub yang cerdik.
Kolaborasi Sir Alex dan Brian Kidd (dan juga Eric Harrison) menghasilkan sesuatu yang dikenal dengan nama Fergie’s Fledglings, yaitu istilah yang dibuat untuk para pemain junior yang berhasil diorbitkan menjadi bintang Manchester United di era Ferguson.
Hengkangnya Kidd dari Manchester United saat itu bukan tanpa alasan. Perseteruannya dengan Sir Alex menjadi penyebab utama. Seperti yang dikutip dari buku otobiografi Alex Ferguson, Managing My Life. Fergie mengkritik Kidd yang kala itu mengutarakan ketidaksetujuan merekrut Dwight Yorke dari Aston Villa dengan nilai yang mahal kala itu, 12,6 juta paun. Perseteruannya dengan Sir Alex terjadi berlarut-larut, hingga ia didepak dari tim kepalatihan. Rupanya perselisihan keduanya terjadi bertahun-tahun, hingga suatu waktu Kidd terkena penyakit kanker prostat, Fergie tak menghubunginya sama sekali, bahkan lewat telepon sekalipun.
Pada September 2009, Kidd bekerja untuk Manchester City dan langsung mendapat peran Technical Development Manager. Penunjukan Roberto Mancini sebagai manajer tiga bulan berikutnya lantas membuat Kidd ditunjuk sebagai asisten manajer. Sebelumnya, Kidd sempat mencicipi menjadi manajer Blackburn Rovers, dan menjadi asisten timnas Inggris, Leeds, Sheffield United, hingga Portsmouth. Yang semuanya berakhir dengan kegagalan.
Bagi Manchester City sendiri, Kidd bukanlah sosok asing. Selepas memperkuat Manchester United, eks gelandang tengah ini pernah memperkuat The Citizens dalam kurun 1976 hingga 1979.
Dampak bergabungnya Kidd dengan Manchester Biru kala itu langsung berbuah manis. Untuk pertama kalinya, Manchester City menjuarai Premier League di musim 2011/2012. Hanya unggul selisih gol dengan rival sekota, kala itu. Di musim yang sama, Manchester City juga menggondol Piala FA.
Berganti-gantinya pos manajer di Manchester City tak lantas menjadikan Brian Kidd terusir. City seakan paham betul peran penting Kidd. Usai pemecatan Mancini di 2013, Kidd juga menjadi asisten dari Manuel Pelegrini. Bersama manajer kawakan asal Chile, Kidd juga meraih juara Premier League di musim 2013/2014. Tak hanya itu, 2 gelar Piala Liga 2013 dan 2016 juga tak luput dari kontribusi Kidd.
Hampir Dibawa Pulang ke Old Trafford
Sebenarnya, Manchester United bukan tanpa usaha untuk membawa pulang Brian Kidd ke Old Trafford. Pada 2016, Jose Mourinho pernah berencana untuk membawanya pulang dan menjadikannya asisten. Tetapi, Kidd kepalang kerasan berada di Etihad. Menanggapi berita tersebut, Pep Guardiola menegaskan kalau dirinya akan mati-matian mempertahankan pria berusia 68 tahun tersebut.
Relasi Kidd dengan Manchester United pun masih terjalin baik. Saat Derby Manchester musim 2016, Ryan Giggs terlihat mengerjai Kidd di lorong ganti. Keduanya terlihat tertawa dan diakhiri dengan perbincangan hangat di sela-sela pra pertandingan.
Dan akhirnya, musim 2017/2018 ini menjadi hat-trick Brian Kidd meraih titel Premier League bersama City. Kidd yang kini satu-satunya Englishmen di staf kepelatihan inti, membuat The Citizens unggul 16 poin dengan rival sekota yang berada di posisi kedua dan masih menyisakan 5 laga tersisa.
Posisi Kidd di Manchester City
Memang sosok Brian Kidd bukanlah satu-satunya faktor keberhasilan bagi Manchester City, namun stabilnya posisi Kidd dalam tim kepelatihan menjadi bukti peran sentralnya di dalam tim kepelatihan. Agaknya, Sir Alex pun harus sedikit menyesal pernah berseteru dengan Brian Kidd. Dengan rendah hati, Kidd masih mengatakan bahwa ia masih memanggil Alex Ferguson sebagai “boss”.
Perayaan gol meledak-ledak Kidd yang saat itu turut meniru selebrasi Kun Aguero kala City memastikan gelar juara 2013 agaknya menggambarkan bahwa dirinya bisa lepas dari bayang-bayang Sir Alex.
Dengan segudang kesuksesannya, Kidd adalah sosok yang rendah hati. Ia tak pernah menyebut prestasi-prestasinya. Dalam sebuah interview, ia menghindari sikap pamer. “Pamer adalah sesuatu sikap yang paling buruk di dunia.”
Menurutnya, bekerja keras dan menjadi yang terbaik adalah hal yang selalu ia capai dalam hidup. Sesuatu yang jarang kita temukan dalam dunia sepakbola modern.
Brian Kidd adalah salah satu pahlawan kota Manchester. Kerja kerasnya di dua klub di Manchester membuahkan 8 gelar Liga Inggris, 3 Piala FA, 3 Piala Liga dan ia tetap membumi. Untuk itu, Brian Kidd adalah pahlawan kota Manchester, terlepas bagaimana fans dari kedua klub menganggapnya.