Clint Dempsey dan Lembaran Baru Sepakbola Amerika Serikat

Clint Dempsey resmi menggantung sepatunya setelah 14 tahun menjalani karier profesional. Memulai karirnya di New England Revolution pada 2004, Dempsey pensiun di Amerika Serikat bersama Seattle Sounders.

“Setelah menimbang cukup panjang tentang hal ini, saya dan keluarga merasa sekarang adalah waktu yang tepat. Saya memutuskan untuk pensiun dari sepakbola profesional,” tulis Dempsey seperti dirilis pihak Sounders.

“Saya selalu ingin menjadi pemain  profesional dan sangat beruntung menjalani karir ini. Terima kasih atas dukungannya selama ini. Mulai dari rekan-rekan satu tim, para pelatih dan pegawai di klub, terima kasih.”

“New England Revolution, Fulham, Tottenham, Seattle Sounders, kalian semua membuat saya merasa seperti hidup di rumah,” tutup Dempsey.

Dempsey mulai serius menggeluti sepakbola sejak berusia 15 tahun. Saat itu ia bergabung dengan sekolah sepakbola di tempat kelahirannya, Texas. Memasuki masa kuliah, Dempsey bergabung dengan The Paladins, tim universitas Furman.

Pada 2002, Dempsey dipanggil ke tim nasional U-20 bersama rekan satu timnya di Paladins, Ricardo Clark. Mereka adalah atlet pelajar pertama yang dikirim The Paladins untuk tim nasional setelah Matt Goldsmith dan John Barry Nusum yang sudah menjadi langganan sejak 1999.

Karier profesional Dempsey dimulai pada 2004 setelah dirinya jadi pilihan pertama New England Revolution pada Major League Soccer (MLS) SuperDrafts. Ia harus menunggu hingga klub kedelapan untuk mendengar namanya dipanggil.

Sebelumnya, DC United, Columbus Crew, LA Galaxy, Kansas City Wizards, San Jose Earthquakes, dan Dallas Burn punya kesempatan memilh Dempsey tapi tak mereka gunakan. DC United yang jadi pemilih pertama memilih Freddy Adu. Saat itu Adu merupakan pemain paling diincar, bahkan disebut Pele milik Paman Sam.

Tapi, sejarah membuktikan bahwa karir Dempsey jauh lebih sukses dari Adu.

Dempsey bahkan berhasil meraih predikat ‘Rookie of The Year’. Dia jadi pemain New England Revolution dan The Paladins pertama yang memenangkan gelar itu. Hingga kini, belum ada pemain Furman Paladins yang berhasil menyandang gelar tersebut selain Dempsey.

Pengganti Boa Morte

Dempsey bergabung dengan Fulham pada Januari 2007. Ia gagal meraih piala selama di New England Revolution. Tapi The Revs dibawanya ke final MLS Cup dua musim berturut-turut (2005, 2006). Dempsey juga jadi pencetak satu-satunya gol Amerika Serikat di Piala 2006.

Catatan tersebutlah yang membuat Fulham berusaha keras mendapatkan jasa Dempsey. Sekalipun harus menunggu izin kerja dari liga. “Saya senang semua bisa membantu Dempsey ke Fulham. Perkembangannya sebagai pemain sangat baik selama Revolution. Itu adalah hasil kerja kerasnya, wajar jika Fulham begitu menginginkan dirinya,” kata Steve Nicol, mantan pemain Liverpool yang ketika itu menangani New England Revolution.

Menurut laporan Independent, Dempsey diboyong seharga 2 juta Poundsterling oleh Fulham dan akan diplot menjadi pengganti Luis Boa Morte yang pindah ke West Ham United.

Chris Coleman yang memboyong Dempsey ke London mengatakan dirinya yakin pemain berjuluk ‘Deuce’ itu bisa memberikan dampak positif bagi The Cottagers. “Dia memiliki semua atribut untuk menjadi pemain Liga Premier. Dempsey tidak datang untuk duduk di bangku cadangan. Mungkin membutuhkan waktu, namun dirinya akan memberi dampak besar kepada klub,” kata Coleman di situs resmi klub.

Sejak datang ke Craven Cottage, Dempsey hanya empat kali tidak dibawa ke pertandingan oleh Coleman. Dia absen di enam laga dengan dua diantaranya karena panggilan tim nasional.

Coleman menempatkan Dempsey di posisi Boa Morte, sesuai kata Independent. Berbeda dengan Dempsey yang kita kenal saat ini, ia lebih banyak bermain di tengah atau sisi lapangan. Musim pertamanya berakhir dengan sebuah gol, ke gawang Liverpool dan menyelamatkan Fulham dari degradasi. Tidak buruk, tapi jelas bukan musim terbaiknya.

Pengaruh Roy Hodgson

Dempsey baru mulai familiar dengan lini depan sejak Lawrie Sanchez datang sebagai interim Fulham. Sanchez mengubah sistem 4-4-2 yang sering digunakan oleh Coleman dengan 4-4-3. Dempsey selalu menjadi salah satu dari tiga penyerang The Cottagers.

Dengan sistem Sanchez inilah publik Craven Cottage mulai melihat potensi Clint Dempsey sebagai pahlawan klub. Satu-satunya gol Dempsey di musim 2006/07 lahir karena keputusan Sanchez. Memasukkan Dempsey saat pertandingan sisa 10 menit, Dempsey mencetak gol kemenangan Fulham yang begitu krusial pada perolehan poin di klasemen.

“Dempsey tidak terpengaruh dengan pergantian nahkoda di klub karena dirinya baru bergabung. Tapi hari ini ia membuktikan bahwa ada masa depan baginya di klub ini,” puji Sanchez usai pertandingan.

Meski Sanchez gagal mengamankan targetnya, hasil imbang pada partai terakhir melawan Middlesbrough, tiga poin dari Liverpool cukup untuk mengamankan pos Fulham di Liga Premier. Mereka selamat hanya karena satu poin. Jika Dempsey tidak mencetak gol saat melawan Liverpool, The Cottagers akan berada di zona merah dan menyelamatkan Sheffield United dari degradasi.

Tugas Sanchez sebagai interim akhirnya berakhir setelah Roy Hodgson dipilih manajemen klub. Bersama Hodgson inilah Dempsey mulai menemukan posisi terbaiknya. Mengubah 4-3-3 menjadi variasi satu penyerang, Roy Hodgson ingin Dempsey berada di belakang ujung tombak.

Dempsey bahkan mengakui hal ini sekalipun Roy Hodgson bukanlah manajer yang melihat musim terbaiknya di depan gawang. “Berada di bawah asuhan Roy Hodgson sangat membantu perkembangan saya. Sekarang saya merasa lebih nyaman berada di depan. Saya belajar apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi penghubung dan distributor utama penyerang,” akunya pada Evening Standard.

Dempsey hanya mencetak 17 gol di bawah arahan Roy Hodgson. Lebih sedikit dibandingkan saat Martin Jol menangani Fulham (22). Tapi, masa-masa bersama Hodgson menjadi catatan tersendiri bagi Dempsey. Dirinya bukan hanya berhasil menemukan tempat terbaik di lapangan tapi juga mengantarkan Fulham ke final Liga Europa.

Standar Pemain Amerika Serikat di Eropa

Dempsey tampil sebanyak 225 kali bersama Fulham sebelum dibeli Tottenham Hotspur. Mencetak 60 gol dan arsiteki 21 lainnya. Clint Drew Dempsey sudah tersimpan di hati publik Craven Cottage. Fulham bahkan membawa Dempsey kembali pada 2014 sebagai pinjaman dari Seattle Sounders. Status Dempsey sudah setara dengan Thierry Henry di Arsenal!

Kesuksesan Clint Dempsey bisa dilihat dari berbagai kompetisi prestisius yang ia ikuti. Ataupun melalui raihan golnya di lapangan. Namun, kesuksesannya bukan sekedar angka. New York Times menyebutnya sebagai pemain yang menaikkan standard pesepakbola Amerika Serikat di Eropa.

Hal itu juga tidak berlebihan. Amerika Serikat memang sudah mengirim talenta mereka jauh sebelum Clint Dempsey datang ke Fulham. Tapi Paul Caligiuri, Tim Howard, Alexi Lalas, ataupun Brian McBride bukan seorang pencetak gol. Clint Dempsey adalah pemain yang menunjukkan bahwa Amerika Serikat juga bisa bertaji di Benua Biru. Sesuatu yang tak bisa ditunjukkan oleh Jovan Kirovski atau Roy Wegerle.

Bahkan saat Landon Donovan datang ke Everton, keberhasilan Clint Dempsey bersama Fulham membayang-bayangi dirinya. Padahal Donovan bisa dikatakan sebagai pesepakbola terbaik dalam sejarah sepakbola Amerika Serikat. Nama dia bahkan dijadikan sebuah penghargaan untuk pemain terbaik di MLS.

Tapi, Donovan tidak bisa berbuat banyak di Eropa. Baik itu di Everton ataupun Bayer Leverkusen. Dempsey-lah yang kini menjadi patokan bagi Bobby Shou Wood ataupun Cristian Pulisic. Terutama Pulisic yang digadang-gadang jadi wajah utama sepakbola Amerika Serikat di masa depan.

Dempsey atau Donovan?

Keputusan Dempsey untuk pensiun menandakan sebuah pergantian era di sepakbola Amerika Serikat. Kini, dua wajah utama sepakbola Paman Sam, Dempsey dan Donovan sama-sama menggantung sepatunya.

Perdebatan tentu muncul, siapakah yang terbaik di antara mereka? Donovan dan Dempsey sama-sama mencetak 57 gol untuk tim nasional. Namun, karir Landon Donovan lebih panjang dari Dempsey. Ia mulai tampil bersama tim senior sejak 2000, sementara Dempsey baru masuk empat tahun kemudian.

Gaya permainan keduanya berbeda, Donovan adalah pengatur serangan tim, bermain lebih elegan di tengah. Sementara Dempsey merupakan pekerja keras di atas lapangan. Tak mempedulikan posisi apa yang sedang ia tempati.

Menurut USA Today, Dempsey mengalahkan Donovan jika berbicara tentang pemain terbaik Amerika Serikat. Pasalnya, berbeda dengan Donovan, Dempsey tumbuh di lingkungan yang kurang bersahabat kepada sepak bola.

Saat Landon Donovan sudah ditarik oleh Bayer Leverkusen di usia 17 tahun, Dempsey baru merasakan lingkungan yang memadahi ketika sudah berkepala dua. “Karir saya selalu berpacu dengan waktu. Saya baru bisa bermain di tempat yang mendukung pada usia 20 tahun. Saat itulah karir saya dimulai, satu tahun kemudian MLS datang memanggil,” kata Dempsey kepada Sports Ilustrated.

Donovan juga sudah mewarnai tim nasional Amerika Serikat sejak kategori umur U-17. Dempsey baru dipanggil ke tim U-20 saat kuliah. Namun, dirinya berhasil beradaptasi dengan kerasnya sepak bola Eropa. Padahal karir profesionalnya dimulai di negeri sendiri. Tidak seperti Donovan yang mulai di Jerman.

“Publik Amerika Serikat tidak akan bertanya kapan mereka mendapatkan talenta seperti Lionel Messi. Pertanyaannya adalah, siapa yang akan menjadi penerus Clint Dempsey ?,” tulis Martin Rogers dari USA Today.