Declan Rice dan Kebingungannya Memilih Inggris atau Irlandia

Foto: Minutemediacdn.com

Inggris kembali menggoda talenta muda. Setelah Jack Grealish dan Adnan Janujaz mereka ajak untuk berkhianat, kali ini giliran gelandang West Ham United, Declan Rice. Pemain 19 tahun tersebut lahir di London, Inggris. Ia bahkan delapan tahun menimbah ilmu sepakbola di Chelsea sebelum hengkang ke West Ham United.

Namun, Rice juga memiliki keturunan Republik Irlandia. Kakek dan nenek-nya berasal dari Kota Cork. Hubungan darah tersebut menjadi pintu masuk Rice ke tim nasional Republik Irlandia, negara yang sudah ia bela sejak masih di level U-16. Kini ia sudah berada di tim senior meski usianya masih cukup untuk membela U-21.

Rice dipanggil ke tim nasional senior setelah berhasil mendapatkan debut bersama West Ham United di hari terakhir Premier League 2016/2017. Sejak saat itu dirinya masuk ke dalam susunan pemain Martin O’Neill melawan Meksiko, Uruguay, sampai kualifikasi Piala Dunia 2018 kontra Austria.

Musim lalu, Rice semakin mendapat kepercayaan di West Ham United. Meski masih sebagai bagian dari rotasi pemain, ia tampil 26 kali di Liga Premier 2017/2018. Kesabarannya kini jadi hasil positif setelah Manuel Pellegrini memberikan tempat utama bagi Rice. Baik itu sebagai gelandang ataupun bek.

Berhasil jadi pemain inti dan tampil cemerlang di West Ham United membuat tim nasional Inggris sadar akan potensi yang ia miliki selama ini. Terutama usai berperan sebagai tulang punggung the Hammers saat melawan Chelsea. 27 Agustus 2018, pendekatan Inggris ke Rice dimulai. Tapi baru pekan lalu, Martin O’Neill resmi mencoret nama Declan Rice dari tim nasional Republik Irlandia.

Rice ada di persimpangan antara Republik Irlandia dan Inggris. O’Neill secara wajar tidak ingin konsentrasi pemainnya terganggu hingga harus memberikannya waktu berpikir. “Tak ada perkembangan tentang masa depan Rice. Saat ini dia belum memutuskan apapun. Ia perlu waktu hingga akhirnya nanti keputusan yang diambil benar-benar keinginan Rice dan keluarga,” kata Martin O’Neill. O’Neill kemudian menambahkan bahwa keputusan itu akan dibuat pada akhir tahun. “Kita harus menunggu hingga akhir tahun ini untuk mendengar keputusannya tersebut.”

2018 tinggal menyisakan sekitar enam pekan lagi. Bukan waktu yang lama untuk berpikir tentang masa depan. Andai Declan Rice mengerti Bahasa Indonesia, ini mungkin bisa jadi alat bantuan untuknya mengambil keputusan. Keputusan itu adalah Republik Irlandia. Kenapa?

Belajar dari Jack Grealish

Foto: RealSport101

Jika ada satu pemain yang berkhianat ke Inggris dan mungkin pada akhirnya menyesal, dia adalah Jack Grealish. Gelandang sayap Aston Villa yang menjadi buah bibir pada 2015 usai tampil impresif melawan Leicester, West Bromwich Albion, dan Liverpool (meski kalah), ia mulai diminati tim nasional Inggris.

Sama seperti Rice, Grealish juga lahir di Inggris. Bahkan ia pernah mengikuti tes masuk tim U-15 Inggris sebelum akhirnya ditolak dan gagal membela the Three Lions. Grealish kemudian masuk ke tim muda Republik Irlandia, di mana dirinya tampil ciamik hingga membuat Inggris sadar atas kesalahan mereka.

Tim nasional Inggris sempat memanggil Grealish untuk main di U-17. Tapi Grealish yang sedang asik bersama Republik Irlandia menolak tawaran tersebut. Sampai pada akhirnya, September 2015 tiba. Hanya selang beberapa pekan setelah kabar tentang minat Inggris pada Jack Grealish muncul, pemain Aston Villa itu langsung membuat keputusan.

Ia berhenti dari tim nasional Republik Irlandia dan mengucap janji kepada Inggris. Sialnya, hingga kini Grealish belum pernah dipanggil ke tim senior Inggris. Dirinya masih membela Aston Villa, bahkan memperpanjang kontrak dengan the Villans beberapa bulan lalu.

Penampilan Grealish bersama Aston Villa juga tidak buruk. Ia bisa dikatakan sebagai titik terang mereka setelah sempat terseok-seok di divisi dua Inggris, Championship. Namun, bermain untuk klub divisi dua tidak akan cukup untuk membuatnya masuk tim nasional.

Glenn Murray yang merupakan pemain Inggris tersubur di Liga Premier musim ini saja tidak pernah dipanggil ke tim nasional. Meski sebenarnya, Murray juga enggan untuk membela the Three Lions karena merasa dirinya sudah tua dan sudah saatnya bagi para pemain muda yang bersinar.

Tapi Gareth Southgate memanggil kembali Wayne Rooney, usia seharusnya bukan masalah. Liga juga bukan masalah karena Rooney kini pemain DC United di Amerika Serikat. Rooney datang kembali ke tim nasional karena alasan khusus. Tapi kehadirannya membuat alasan tidak memanggil Grealish atau Murray menjadi invalid.

Status West Ham

Foto: theTimes.co.uk

Jangan salah, West Ham United adalah klub besar. Bahkan semua klub sebenarnya besar, karena mereka sangat membantu kehidupan di daerah masing-masing serta membentuk sebuah komunitas yang solid. Tapi West Ham United yang saat ini dibela oleh Rice bukan ‘klub besar’ dalam definisi media.

Mereka bukanlah tim dari enam teratas Liga Premier, sekalipun itu selalu menjadi incaran the Hammers sejak pindah stadion. Tapi untuk saat ini, Manchester United, Manchester City, Liverpool, Arsenal, Chelsea, dan Tottenham adalah klub Inggris yang disebut ‘besar’ oleh media.

Mereka yang memiliki peliputan dan ekspose terbanyak dari klub-klub lain. Mereka yang setiap musim seragamnya dipajang di toko-toko olahraga. Dari produk yang asli hingga kw juga ada. Mereka yang membawa nama Liga Premier ke seluruh dunia. Mereka, wajah dari sepak bola Inggris saat ini. Bukan Brighton, Aston Villa, ataupun West Ham United.

Penyerang Watford, Troy Deeney, sempat mengomentari hal ini. Bagaimana the Three Lions tidak dibentuk dari pemain-pemain yang memiliki performa prima, tapi popularitas. Deeney yang setiap musim selalu menjadi andalan the Hornets tidak pernah membela tim nasional Inggris. Sementara Danny Welbeck menjadi langanan.

Aneh tapi nyata, komentar Deeney ada benarnya. Pasalnya, Jack Grealish hampir pindah ke Tottenham Hotspur di musim panas kemarin, dan alasan dia adalah tim nasional Inggris. Ia merasa dengan gabung Tottenham, peluang bagi dirinya masuk ke tim nasional senior akan terbuka lebar. Sesuatu yang tidak akan bisa ia dapatkan di Aston Villa.

Sayangnya, kesepakatan itu batal karena Aston Villa mengalami pergantian pemilik. Aliran dana segar membuat mereka tidak perlu menjual Grelish. Sebaliknya, Grealish kini diikat sampai 2023 oleh mereka.

Belajar dari Zaha

Foto: ReadCrystalPalace / Read Everything

Andai Grealish tidak cukup, Rice bisa melihat kondisi Wilfried Zaha ataupun Victor Moses. Kedua pemain tersebut awalnya memiliki kebangsaan Inggris. Bahkan Zaha merupakan andalan tim junior. Tapi, sebaik apapun mereka tampil bersama Crystal Palace ataupun Wigan Athletic, Inggris tidak akan memanggil mereka. Akhirnya, Zaha memilih ke Pantai Gading. Sementara Moses ke Nigeria. Mereka menjadi langganan di negara pilihannya.

Pada dasarnya, Declan Rice, Glenn Murray, Jack Grealish, Troy Deeney, Wilfried Zaha, atau Victor Moses memiliki talenta. Penampilan mereka juga konsisten. Namun saat bicara soal Inggris, salah satu negara terpopuler di dunia sepak bola, talenta dan performa saja tidak cukup.

Banyak saingan yang harus mereka lewati. Sialnya, apabila saingan tersebut lebih dikenal oleh dunia, berada di klub representasi ‘Inggris’ di pasar global, mereka akan kalah saing. Sementara jika membela Pantai Gading, Nigeria, atau Republik Irlandia, negara-negara yang memang mengandalkan talenta di luar negeri untuk sepak bola mereka, peluang untuk main di tim senior dan mengharumkan nama bangsa lebih besar.

Bahkan Adnan Janujaz dan Nacer Chadli yang sudah meredup saja masih tampil di Piala Dunia 2018 bersama Belgia. Sama seperti Pantai Gading, Republik Irlandia, atau Nigeria, Belgia juga mengandalkan talenta mereka yang bermain di luar negeri.

Itu yang harus jadi pertimbangan Declan Rice. Rumput tetangga memang selalu lebih hijau, tapi tidak selalu berakhir seperti yang dibayangkan. Belajar, dengan begitu kita terhindar dari kebodohan.