Diego dan Gabriel Milito, Rivalitas Dua Saudara di Sepakbola

Semifinal Liga Champions 2010, Inter Milan menghadapi Barcelona dalam sebuah pertandingan penuh kontra strategi antara Jose Mourinho dan Pep Guardiola. Dan seperti yang tersaji di akhir, Inter Milan sukses menyingkirkan Barcelona dalam sebuah pertandingan dua leg yang menyajikan drama terbaik yang bisa didapatkan dalam pertandingan sepakbola.

Namun, ada yang lebih menarik dari adu taktik antara Mourinho dan Pep Guardiola. Pada leg kedua yang digelar di Camp Nou, duel keras antara dua saudara kandung, Diego dan Gabriel Milito, terjadi selama lebih dari 45 menit, sebelum akhirnya Gabriel Milito ditarik keluar oleh Pep di awal babak kedua, untuk mengubah strategi.

Uniknya, persaingan kedua saudara asal Argentina ini dimulai sejak mereka merintis karir profesional. Diego Milito dan Gabriel Milito menyajikan sebuah rivalitas antar saudara yang paling epik dan tentu saja, pembuktian mengenai siapa yang terbaik. Ironisnya, kedua pemain gagal bersinar kala memperkuat Timnas Argentina.

Bersaing sejak awal karir

Diego Milito lahir 12 Juni 1979, sedangkan Gabriel Milito lahir 7 September 1980, umur keduanya hanya berjarak 14 bulan. Keduanya sudah bersaing sejak kecil, Diego Milito bercita-cita menjadi penyerang seperti Enzo Francescoli sedangkan sang adik terkesima dengan permainan bertahan Daniel Pasarella.

Rivalitas Diego Milito dan Gabriel Milito bahkan sudah tercipta ketika menentukan pilihan untuk masuk ke dalam akademi sepakbola. Diego Milito memilih masuk ke akademi Racing Club sedangkan Gabriel Milito memilih Independiente. Racing Club dan Independiente adalah dua klub dengan persaingan cukup panas, pertemuan keduanya bertajuk Avellaneda derby, Derby terpanas kedua seantero Argentina setelah Superclassico antara River Plate menghadapi Boca Juniors.

Dalam kurun waktu 1999-2003, Avellaneda Derby tersaji dengan pertemuan antara dua saudara kandung yang bersaing ketat. Diego Milito berada di barisan penyerang Racing Club sedangkan sang adik, ada di susunan pemain bertahan sekaligus kapten dari Independiente.

Secara karir, Gabriel Milito lebih unggul dibanding sang kakak. Gabi sudah menjadi Kapten tim sejak usianya 22 tahun dan promosi ke tim utama sejak umur 17 tahun, sedangkan Diego menunggu hingga usia 20 tahun untuk promosi ke tim utama.

Pertemuan pertama Diego dan Gabriel dalam tajuk Avellaneda Derby berlangsung panas. Diego Milito mendapatkan kartu merah, usai sang adik Gabriel Milito melakukan konfrontasi dan membuat emosi sang kakak terpancing. Keluarga selalu menonton perseteruan keduanya dalam derby sampai pada awal 2001, Diego dan Gabriel ditarik keluar karena benturan keras dan membuat Gabriel tidak bisa melanjutkan permainan karena cedera, sedangkan sang kakak harus diganti lima menit setelahnya. Semenjak itu keluarga tidak pernah lagi melihat pertarungan keduanya di lapangan.

Milito bersaudara menjadi incaran banyak klub-klub Eropa, terutama Spanyol dan Italia. Pemandu bakat ditugaskan langsung untuk melihat permainan mereka, Zaragoza dan Inter Milan menjadi yang paling intens dalam mengamati permainan Gabriel dan Diego.

Juli 2003, Real Madrid sempat tertarik kepada Milito bersaudara, terutama Gabriel. Kebutuhan di posisi bek dan gelandang bertahan menjadi penyebab utama, saat itu Real Madrid dalam rencana membangun Los Galacticos jilid pertama. Kepindahan Gabriel urung terjadi karena cidera lutut yang dialaminya. Sedangkan Diego batal memperkuat Madrid karena dianggap masih belum memenuhi ekspektasi.

Gabriel Milito akhirnya memperkuat Real Zaragoza pada awal musim 2003-2004. Sedangkan Diego masih belum bisa meyakinkan para pemandu bakat Eropa. Namun tidak butuh waktu lama, Diego Milito bergabung dengan Genoa yang saat itu berkompetisi di Serie B.

Gelontoran dana 8 juta Paun setimpal dengan penampilan apik Diego, ia mengemas 33 gol dari 59 penampilan selama dua musim. Genoa menjadi juara pada musim 2004-2005, namun gagal promosi karena skandal pengaturan skor, mereka terdegradasi ke Serie C1.

Diego Milito kemudian bergabung Bersama sang adik ke Real Zaragoza pada musim 2005-2006. Di Zaragoza inilah, pertamakalinya kedua saudara ini bermain untuk satu tim yang sama. Gabriel saat itu sudah menjadi pilihan utama Zaragoza. Sedangkan sang kakak datang untuk menggantikan peran David Villa yang hengkang ke Valencia.

Keduanya bermain Bersama hingga pada awal musim 2007-2008, Gabriel Milito hengkang ke Barcelona. Pemainan apiknya menarik perhatian Frank Rijkaard yang menjadi Manajer Barcelona. Sedangkan sang kakak menunggu satu musim setelahnya untuk hengkang dari Zaragoza ke Genoa.

Malam yang dingin di Camp Nou

Gabriel Milito datang ke Barcelona dengan mahar  20 Juta Paun. Ia menjadi pilihan utama Bersama Puyol dan Lillian Thuram. Kelebihan Gabriel yang multi posisi membuatnya mudah masuk ke dalam starting line-up. Namun sayang, musim 2008-2009, ia menderita cidera lutut parah dan absen satu musim penuh. Saat itu Barcelona meraih treble-winners di akhir musim.

Sedangkan Diego Milito sudah jatuh hati kepada Genoa, ketika Il Grifone promosi pada musim 2008-2009, Fernando Hidalgo langsung mengubungi Genoa. Diego bergabung dan langsung membuktikan ketajamannya dengan mencetak 24 gol dari 31 penampilan dan menjadi runner-up Capocannonieri. Jose Mourinho mengendus bakatnya dan memboyongnya ke San Siro satu musim setelahnya.

Musim 2009/2010 adalah musim yang tidak akan pernah dilupakan keduanya. Milito saat itu sembuh dari cidera dan diyakini akan menjadi pilihan utama. Sedangkan Diego Milito diragukan bisa menggantikan ketajaman Ibrahimovic yang hengkan ke Barcelona.

Diego membuktikan dirinya  layak menjadi pilihan utama di Inter Milan. Trisulanya Bersama Eto’o dan Pandev mematikan di depan gawang lawan, ditambah dengan krratifitas Sneijder, Milito finish dengan 22 gol dari 35 penampilan.

Sedangkan Gabriel kesulitan untuk mengembalikan permainannya usai satu musim penuh cedera. 11 penampilan dicatatkan oleh Gabriel Milito di seluruh kompetisi. Lutunya masih terus bermasalah. Namun dari 11 penampilan Gabriel dan 35 penampilan Diego, 28 April 2010 adalah hari yang tidak akan pernah dilupakan keduanya.

Inter Milan datang ke Camp Nou mengantongi keunggulan aggregate 3-1 dari Barcelona. Di leg pertama, Milito ada di San Siro namun tidak bermain dan duduk di bangku cadangan. Namun kali ini, keduanya menjadi pilihan utama. Diego turun sebagai ujung tombak, sedangkan Gabriel turun sebagai tembok terakhir.

Diego dan Gabriel tidak banyak berduel, namun itulah untuk pertama kalinya sejak hengkang dari Zaragoza, keduanya kembali beradu. Hasilnya seperti yang diketahui, Inter Milan lolos ke Final. Gabriel hanya bermain 45 menit sebelum diganti oleh Maxwell. Sedangkan sang kakak melenggang ke Final Liga Champions 2019. Diego akhirnya sukses merebut gelar juara Liga Champions 2010 usai mengalahkan Bayer Munchen dengan skor 2-0.

Diego Milito meraih tiga gelar bersama Inter Milan, Juara Liga Champions, Liga Italia dan Coppa Italia. Milito juga masuk ke dalam susunan 11 pemain terbaik UEFA, pemain terbaik Serie A 2010. Diego membuktikan dirinya adalah striker terbaik saat itu.

Sang adik Berjaya satu musim setelahnya, meraih treble winners Bersama Barcelona. Namun dirinya dianggap gagal menampilkan performa yang diharapkan dan kembali ke Independiente pada akhir musim 2010-2011.

Uniknya, Diego dan Gabriel Milito tidak pernah menjadi pilihan utama di Argentina. Kedua pemain secara total hanya memperkuat Argentina sebanyak 67 kali. Diego kalah bersaing dengan Tevez, Higuain, Aguero dan Messi di lini serang. Sedangkan Gabriel, cidera yang dialaminya membuatnya gagal bersinar dan tersingkir oleh Burdisso, Garay bahkan Marcus Rojo.

Diego dan Gabriel Milito pensiun dan dihormati di Argentina, bedanya, Diego setelah pensiun memutuskan menjauh dari hingar binger sepakbola. Sedangkan sang adik meniti karir sebagai Manajer Estudiantes, dan hingga kini menjadi Manajer dari Independiente.