Ditinggal Sahabat adalah Tantangan Terbesar Sarri Bersama Chelsea

Chelsea resmi mengontrak Maurizio Sarri selama tiga tahun untuk menggantikan Antonio Conte di pinggir lapangan. Sarri tak datang sendiri, dirinya juga membawa Jorginho yang ditebus Chelsea dengan dana 50,4 juta Poundsterling dari Napoli.

Sarri merupakan manajer asal Italia keenam untuk Chelsea. Sebelumnya, The Blues pernah ditangani Gianluca Vialli (1998-2000), Claudio Ranieri (2000-2004), Carlo Ancelotti (2009-2011), Roberto Di Matteo (2012), dan Antonio Conte (2016-2018). Dari semua pendahulunya, hanya Ranieri yang tak menyumbang piala ke kabinet Chelsea.

Dengan catatan positif yang dimiliki nahkoda-nahkoda Italia bersama Chelsea, Jelas Sarri mendapatkan ekspektasi cukup besar di Stamford Bridge. “Bersama Maurizio Sarri, Napoli menjadi salah satu tim yang paling mengesankan di Eropa. Memainkan sepak bola menyerang dan dinamis. Dengan gaya melatih Sarri, para pemain Napoli juga telah berkembang dengan sangat baik,” puji Direktur Chelsea Marina Granovskaia seperti dikutip Guardian.

Musim lalu meski gagal mengkudeta Juventus dari puncak klasemen Serie-A, Napoli tercatat sebagai tim dengan peluang terbanyak di sepertiga akhir (478). Jauh di atas Si Nyonya Tua yang hanya menciptakan 344 peluang.

Baca juga: Mengapa Antonio Conte Dipecat Chelsea?

Napoli juga berhasil mempertahankan catatan positif di depan gawang lawan mereka. Produktivitas tim memang turun dari 94 menjadi 77 gol. Namun, Mertens dan kawan-kawan melepaskan 476 tendangan ke arah gawang, terbanyak di Serie-A. Hampir dua kali lipat dari catatan musim 2016/17 (261).

Permainan menyerang Napoli diharap bisa Sarri lakukan di London dan menghapus pemikiran tentang Chelsea yang defensif bersama Conte. Apalagi Antoine Griezmann baru saja melempar kritik kepada The Blues setelah pemain Prancis tersebut beradu mulut dengan Thibaut Courtois.

“Apakah Courtois merasa dirinya memainkan sepak bola ala Barcelona di Chelsea?,” sentil Griezmann membalas ucapan penjaga gawang Chelsea yang mengkritik gaya main tim nasional Prancis di semi-final Piala Dunia 2018.

Namun pekerjaan Sarri di Chelsea tak akan mudah. Sarri yang punya filosofi menyerang dan rajin meminta anak-anak asuhannya untuk menekan lawan harus mengubah mental The Blues. Permainan defensif Conte kerap dikritik musim lalu dan hanya seorang Jose Mourinho yang membela pendekatan mantan pelatih Juventus itu.

Conte dan Mourinho identik dengan permainan defensif. Bahkan Jose Mourinho sering disebut memainkan sepak bola negatif atau dicemooh karena ‘parkir bis’. Gaya main defensif seperti sudah ada di DNA Chelsea dan Sarri harus mengubahnya.

“Jika anak-anak asuh saya bertahan dan melancarkan serangan balik setelah 30 menit, lebih baik kembali ke bank karena hal itu tidak menyenangkan,” ungkap sosok 59 tahun yang meninggalkan pekerjaannya di bank untuk menjadi manajer sepak bola.

Sayangnya, Sarri tak akan ditemani sahabat utamanya ketika menangani Chelsea di pinggir lapangan. Maurizio Sarri dikenal sebagai ‘chain-smoker manager’ atau manajer yang tak pernah berhenti merokok. Sarri memang bukan manajer pertama yang identik dengan nikotin. Zdenek Zeman hingga Marcelo Lippi juga sering  menghisap rokok saat menangani tim mereka. Akan tetapi ada satu perbedaan antara Sarri dengan dua nama tersebut,

Mereka melatih di Italia!

Zeman menjalani mayoritas dari 40 tahun lebih karir melatihnya di Italia. Begitu juga dengan Marcelo Lippi yang menjadikan Italia juara dunia di 2006. Pemain-pemain di Inggris mungkin banyak yang menikmati tembakau, Jack Wilshere, Dimitar Berbatov, bahkan Slaven Bilic, juga dikenal sebagai seorang perokok.

Seperti ditulis Sports Lens, Frank Lampard sering melihat Bilic merokok sebelum dia turun ke lapangan dan membela West Ham United. Kebiasaan itu terus terbawa hingga Bilic sudah berganti status menjadi manajer.

Pada 2013, Bilic sempat diberi peringatan oleh Asosiasi Sepak Bola Turki (TFF) karena ketahuan merokok saat menyaksikan laga Galatasaray melawan Gaziantepspor. Bilic saat itu sedang menangani Besiktas dan diancam denda jika kedapatan merokok lagi di dalam stadion.

UEFA memiliki regulasi khusus tentang larangan merokok di stadion. Hal itulah yang membuat Bilic dilarang merokok sekalipun dia manajer salah satu tim terbaik di Turki. Aturan tersebut mulai sering dipublikasikan sejak Piala Eropa 2012 dan melarang rokok sekalipun elektronik ada di stadion. Tapi aturan di Inggris sudah diterapkan lebih dulu, tepatnya 2007. Bilic akhirnya juga tidak bisa merokok saat menangani West Ham United.

Larangan yang sudah diterapkan sejak 11 tahun lalu tersebut merupakan bagian dari kampanye ‘SmokeFree England’s’ dengan harapan mengurangi perokok pasif yang ada di Tanah Ratu Elizabeth. Sebelum aturan itu diberlakukan, Arsene Wenger serta Sam Allardyce kerap menghisap rokok di pinggir lapangan. Namun penampakan itu bukan sesuatu yang familiar setelah 2007.

Berbeda dengan Italia di mana rokok masih diizinkan jika orang tersebut mendapatkan izin dari pihak pemilik stadion atau klub, Inggris tidak memberi ruang untuk siapapun. Itulah mengapa Sarri harus kehilangan sahabatnya setiap kali menemani Chelsea ke lapangan.

Dries Mertens pernah mengatakan ke The Independent bahwa Sarri bisa menghabiskan enam bungkus rokok dalam sehari. Kapten Napoli Marek Hamsik bahkan menggunakan kata bergairah atau passionate untuk menggambarkan relasi Sarri dengan tembakau.

“Sarri adalah perokok yang sangat bergairah. Saya tak pernah melihat orang yang bisa merokok lebih banyak dari dirinya,” Kata Hamsik dalam konfrensi pers sebelum tandang ke Leipzig untuk pertandingan Liga Europa melawan RB Leipzig.

Para pemainnya di Napoli tahu tentang kecintaan Sarri terhadap tembakau. Begitu pula media-media Inggris. Daily Mail bahkan menulis “Mungkin tidak ada bisa mengalahkan cinta Sarri terhadap tembakau. Jika ada yang duduk di posisi dua itu adalah sepak bola menyerang.”

RB Leipzig sempat membuat ruangan khusus merokok hanya karena mereka akan menjamu Maurizio Sarri dan Napoli di Liga Europa. Sarri juga mengaku bahwa tiap pertandingan pihak klub selalu meminta ruangan khusus agar dirinya bisa merokok. Sarri dan rokok bagaikan Brian Clough dan Peter Taylor. Tanpa rokok sekalipun Sarri tetap manajer yang patut diacungi jempol tetapi dia dengan rokok di antara bibirnya, sukses mengubah Napoli dari tim yang sekedar ambisius menjadi salah satu pelari terdepan untuk juara.

Sayang hal itu sangat sulit terjadi di Chelsea, satu-satunya peluang Sarri bisa merokok adalah di Piala FA. Itupun jika Chelsea cukup beruntung dan bertemu dengan klub non-liga. Klub-klub semi-profesional atau amatir di Inggris biasanya memiliki stadion tanpa atap dan itu bisa jadi celah Sarri untuk merokok.

Pasalnya aturan bebas asap rokok yang diterapkan di sepak bola Inggris berbunyi: “Semua area stadion harus bebas dari asap rokok. Kecuali stadion tersebut tidak memiliki atap.”

Bisakah Sarri menghadapi tekanan di Chelsea tanpa sebatang rokok?