Edwin van der Sar, dari Pemain Cadangan hingga CEO Klub Kebanggaan

Edwin van Der Sar sudah bermain bola sejak usia 10 tahun. Saat itu, ia mendaftarkan diri ke Akademi Foreholte, kesebelasan asal kota kelahirannya di Voorhout pada 1980. Lima tahun berlalu, ia melanjutkan pendidikan sepakbolanya di VV Noordwijk.

Permainan yang ditunjukkan Van Der Sar membuat namanya kian dikenal. Louis van Gaal yang kala itu menjabat sebagai asisten pelatih Ajax Amsterdam, langsung merekomendasikan Van Der Sar. Sayangnya, jalan yang ia lalui tak selamanya mulus. Van Der Sar tak mendapatkan tempat di tim utama.

Debut pemain berkebangsaan Belanda tersebut dilakukan pada 23 April 1991 saat  menjamu Sparta Rotterdam. Kala itu, kiper utama, Stanley Menzo, harus ditarik keluar. Tak mau membuang kesempatan, Van Der Sar langsung menunjukkan kemampuan terbaiknya di depan publik. Pada musim 1993/1994 saat Van Gaal memegang komando tim, ia pun didapuk menjadi kiper utama.

Di musim yang sama, Van Der Sar berhasil mengantarkan timnya meraih juara Eredivisie. Bahkan permainan apik yang ia selalu tunjukkan selama satu musim tersebut membawa dirinya meraih penghargaan Dutch Keeper of the Year. Penghargaan ini pun selalu ia dapatkan tiga musim berikutnya secara berturut-turut.

Setelah Eredivisie, Van Der Sar juga mengantarkan Ajax menjuarai Liga Champions setelah mengalahkan AC Milan. Namun setelah hampir satu dekade dan mengoleksi total 14 silverware, ia memutuskan meninggalkan Ajax dengan berlabuh di Juventus.

Di Italia, karirnya tak sama cemerlangnya saat bersama Ajax. Selama musim 1999/2000 dan 2000/2001, Van der Sar selalu gagal meraih gelar bergengsi Italia. Saat Juventus memutuskan untuk membeli Gianluigi Buffon dirinya sadar cepat atau lambat posisinya bakal tergantikan.

Akhirnya, saat Fulham mengajukan penawaran, dirinya tak berpikir panjang dan langsung menerimanya. Kesebelasan yang baru saja promosi ke Liga Inggris musim 2001/2002 tersebut menggaet Van der Sar karna sadar lawan mereka sangatlah berat di EPL sehingga harus mampu menyusun strategi dan pemain utama yang harus diturunkan.

Meski tak mendapatkan gelar selama empat musim, namun kemampuan yang apik membuat klub di Liga Inggris pun tertarik untuk menggaetnya. Tepat pada usia 35 tahun Manchester United resmi memboyong dirinya ke Old Trafford.

Keputusan United memboyong Van Der Sar jelas bukan hal yang salah. Salah satu prestasi instannya adalah mengantarkan The Red Devils juara Premier League 2006/2007. Musim berikutnya menjadi yang terbaik buat Van der Sar karena ia berhasil mempertahankan gelar Premier League dan menjuarai Liga Champions.

Akhirnya pada musim 2010/2011 anak asuh Sir Alex Ferguson mampu kembali menjadi juara Liga Inggris dan menembus final Liga Champions meski akhirnya harus kembali tunduk dihadapan Barcelona. Namun pertandingan tersebut menjadi pertandingan terakhir bagi dirinya sebagai pesepakbola professional.

Dari seluruh gelar juara bersama klub-klub raksasa terkenal Eropa tak satupun kiprah cemerlangnya bersama tim nasional Belanda menghasilkan trofi. Ia melakukan debut bersama De Oranje pada 1995. Banyak kejuaraan yang ia lalui seperti Piala Eropa dan Piala Dunia tapi hingga akhir kariernya pada 2008 tak satupun trofi yang dapat ia angkat.

Saat berakhirnya kiprah Van der Sar menjadi pemain sepakbola, dirinya memutuskan kembali ke tempat asalnya Belanda. Di sana ia justru kembali ke dunia sepakbola namun tidak untuk menjadi pemain melainkan menjadi salah satu pengurus manajemen Ajax.

Ajax mengangkat dirinya menjadi direktur pemasaran klub. Namun manajemen klub mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan jabatan Edwin Van der Sar bakal naik. Hal ini akhirnya terbukti dan menjadikan dirinya sekarang menjadi CEO Ajax Amsterdam.

Sekarang fokusnya hanya tertuju untuk mengantarkan Ajax menjadi juara di berbagai kejuaraan di Belanda maupun di Eropa. Publik menunggu jurus apa yang akan dibawa mantan pemain bintang Manchester United tersebut membawa Ajax kembali memiliki kiprah cemerlang.