Erling Braut Haaland: di Antara Rivalitas dan Dendam Sang Ayah

Foto: The Sun

Tim nasional sepakbola Norwegia bukanlah unggulan pada turnaman Piala Dunia U-20 tahun ini. Dalam dua pertandingan awal di Grup C, kesebelasan asuhan Pal Arne Johansen ini selalu kalah. Ketika menghadapi Uruguay mereka kalah 1-3, dan saat bermain melawan Selandia Baru lagi-lagi mereka menderita kekalahan kali ini dengan skor 0-2.

Kepastian mereka lolos ke babak 16 besar ditentukan pada laga terakhir melawan Honduras. Mereka harus menang telak dengan selisih lima gol jika mereka masih ingin menjaga peluang tersebut. Akan tetapi, kemenangan tersebut hanya memastikan Norwegia finis pada posisi tiga. Mereka baru dipastikan lolos sebagai satu dari peringkat tiga terbaik apabila salah satu dari Portugal (Grup E) dan Panama (Grup F) tidak meraih kemenangan.

Meski begitu, Norwegia baru saja membuat sensasi tersendiri. Alih-alih menciptakan lima gol ke gawang Honduras, Norwegia tampil kesetanan dan justru membuat 12 gol ke gawang perwakilan zona Concacaf tersebut. Selisih gol mereka yang sebelumnya -5 kini menjadi +8 berkat kemenangan tersebut.

Seandainya mereka benar-benar lolos ke 16 besar, publik Norwegia tidak ada salahnya mengucapkan terima kasih kepada Erling Braut Haland. Dalam kemenangan selusin gol tersebut, Erling membuat sembilan gol. Catatan yang dibuat Erling ini mengalahkan rekor dari Adailton yang membuat enam gol dalam kemenangan Brasil atas Korea Selatan 10-3 pada tahun 1997. Ia bahkan nyaris membuat 10 gol apabila sepakannya pada menit terakhir bisa bersarang ke gawang Honduras.

“Sedikit mengganggu saya karena saya tidak mencetak gol dengan tendangan terakhir saya dalam pertandingan. Saya harus duduk dan berpikir sedikit tentang itu dan mungkin mencari tahu apa yang terjadi,” kata Erling dalam situs resmi asosiasi sepakbola mereka.

Sembilan gol Haaland ini membuat namanya menjadi top skor turnamen untuk sementara. Ia hanya butuh dua gol lagi untuk menyamai catatan Javier Saviola yang mencetak 11 gol dalam satu turnamen pada 2001. Ia sukses melebihi pencapaian nama-nama tenar lain seperti Sergio Aguero, Lionel Messi, Adriano, dan Alexandre Lacazette. Selain itu, berkat sembilan golnya tersebut membuat namanya menjadi incaran banyak klub-klub besar Eropa.

Kuat Seperti Beruang, Cepat Bagaikan Kuda

Dengan tinggi badan mencapai 194cm, Erling dibekali ketangguhan fisik yang mumpuni. Ia tidak mudah untuk dijatuhkan. Penempatan posisinya sangat bagus dan insting mencetak golnya juga patut diacungi jempol.

Karier sepakbola Erling diawali bersama Bryne pada usia 16 tahun. Meski begitu, ia hanya memperkuat tim B dari kesebelasan Norwegia tersebut. Di sana, Erling tampil gemilang dengan membuat 18 gol dari 14 pertandingan. Akan tetapi, ia gagal menunjukkan ketajamannya meski dimainkan 16 kali oleh tim utama Bryne.

Jerman nyaris menjadi pelabuhan terbaru Erling. Akan tetapi, ia gagal saat menjalani trial bersama Hoffenheim. Ia kemudian kembali ke Norwegia dan membela Molde pada Februari 2017. Disinilah kariernya mulai mencuri perhatian. Diasuh legenda United sekelas Ole Gunnar Solskjaer, Erling membuat 20 gol dalam 50 penampilan.

16 dari 20 gol Erling dicetak pada musim kompetisi 2018. Empat diantaranya bahkan dibuat hanya dalam tempo 21 menit ketika mengalahkan Brann. Torehan yang menandakan kalau Erling punya potensi besar menjadi striker hebat di masa depan.

“Haaland seharusnya bisa menjadi striker kelas dunia. Dia kuat seperti beruang dan cepat seperti kuda. Dia pembunuh, mesin gol. Memilih Salzburg adalah keputusan tepat karena dia bisa menjadi pemain penting di usianya. Penting untuk bermain secara rutin di usianya sekarang,” kata jurnalis Dagbladet, Oyvind Gondo.

Pada awal tahun 2019, Erling memutuskan menerima pinangan klub Austria, Red Bull Salzburg. Bersama kesebelasan yang pernah diperkuat Sadio Mane tersebut, ia baru bermain lima kali dan mencetak satu gol. Catatan yang masih minim mengingat Haaland saat itu masih fokus bersama timnas U-20 Norwegia untuk persiapan mengikuti Piala Dunia U-20.

Diincar Manchester United, Berharap Bersama Leeds United

Erling adalah bakat besar bagi Norwegia pada saat ini. Pemberitaannya mengingatkan kita pada sosok Martin Odegaard. Bocah 15 tahun yang saat itu direkrut Real Madrid karena potensinya sebagai pemain hebat saat itu. Hal ini juga yang terjadi kepada Erling.

Ketika ia mencetak empat gol melawan Brann, tercatat beberapa pemandu bakat yang hadir melihat penampilannya tersebut. Salah satunya adalah Tommy Moller Nielsen, pemandu bakat Manchester United. Selain mereka, ada Juventus dan Borussia Dortmund yang juga tertarik kepadanya sebelum ia akhirnya memilih Salzburg.

Meski begitu, Manchester United menjadi peminat serius. Pada Juli 2018, mereka tertarik untuk mendatangkan pemain kelahiran 21 Juli tersebut. Apalagi mereka ditangani oleh Ole Gunnar Solskjaer, mantan pelatih Erling semasa membela Molde.

“Ia mengingatkan saya kepada Romelu Lukaku. Dia bisa menjadi striker top. Ada banyak minat padanya. Kami pernah mendapat tawaran dari klub-klub bagus tahun ini, tetapi kami menolaknya. Penawaran ini datang dari mantan juara Liga Champions,” kata Solskjaer saat masih menangani Molde.

Kondisi United saat ini memang sedang membutuhkan striker tajam. Musim lalu, top skor mereka adalah Paul Pogba yang berposisi sebagai gelandang. Oleh karena itu, mereka butuh pemain yang bisa meningkatkan daya serang mereka. Sosok Erling diharapkan mampu untuk memenuhi kriteria tersebut.

Akan tetapi, akan sulit nampaknya bagi United untuk memboyong Erling. Salah satunya karena latar belakangnya sebagai pendukung Leeds United yang merupakan rival dari Setan Merah. Meski berkebangsaan Norwegia, namun Erling lahir di Leeds. Hal ini yang membuat hasratnya membela The Whites begitu tinggi.

“Salah satu impian saya adalah memenangi Premier League bersama Leeds United. Selebihnya, tujuan saya adalah menjadi pemain yang lebih baik. Saya berharap bisa bermain lebih baik dan lebih lama dari ayah saya,” kata Erling.

Satu hal yang membuat Erling bisa lahir di Leeds karena sosok sang ayah yang juga mantan pesepakbola terkenal, Alf Inge Haaland. Berbeda dengan Erling, Alf adalah seorang gelandang bertahan. Ketika Erling lahir, Alf masih membela Leeds United dan menjadi pilar penting di Elland Road.

Nama Alf Inge Haaland tentu sangat melekat bagi benak para pendukung Manchester United. Hal ini tidak lepas dari insiden yang melibatkan keduanya 18 tahun lalu. Alf yang ketika itu sudah membela Manchester City mendapat tekel yang membahayakan dari penggawa United, Roy Keane. Hal ini dilakukan sebagai balasan Keane yang merasa pernah dicederai oleh Alf empat tahun sebelumnya. Tekel Keane tersebut dianggap mempengaruhi karier ayahnya yang terpaksa berakhir pada usia 31 tahun.

Hal ini yang bisa menjadi alasan kuat bagi Erling menolak United. Meski direktur Molde pernah berucap kalau Erling tidak akan menolak tawaran United, namun bukan tidak mungkin Erling masih memendam sakit hati kepada kesebelasan yang pernah menghancurkan karier orang yang ia sayangi tersebut.