Benjamin Pavard dan Sime Vrsjalko, Dua Fullback Modern di Final Piala Dunia

Piala Dunia 2018 memang telah usai. Prancis secara sah menjadi juara setelah mengalahkan Kroasia di final. Namun bukan Piala Dunia jika tidak memberikan kejutan dan pemain-pemain yang mencuri perhatian lewat penampilan apik mereka. Salah duanya Benjamin Pavard dan Sime Vrsaljko.

Benjamin Pavard, yang namanya bahkan mengejutkan untuk dipanggil, membuktikan dirinya pantas memperkuat Les Blues. Pemain Vfb Stuttgart ini bahkan juga terkejut dengan pemanggilannya di Tim Nasional Prancis.

Tidak jauh berbeda dengan Pavard, Sime Vrsaljko, secara mengejutkan juga dipanggil timnas Kroasia. Padahal, ia sempat kesulitan mendapatkan menit bermain bersama Atletico Madrid karena cedera.

Baik Pavard maupun Vrsaljko, merupakan pemain yang cukup menonjol sebagai full-back di Piala Dunia kali ini. Keduanya punya gaya main yang mirip. Penampilan mereka kali ini merupakan contoh full-back modern, yang bukan hanya aandal dalam bertahan, namun memiliki kecepatan untuk membantu serangan, juga menciptakan asis, bahkan gol.

Keduanya memiliki cara sendiri dalam membantu serangan. Pavard yang lebih suka memanfaatkan lebar lapangan. Sedangan Vrsaljko lebih suka menusuk ke jantung pertahanan dan bekerja sama dengan dua motor serangan Kroasia, Luka Modric dan Ivan Rakitic.

Benjamin Pavard di Vfb Suttgart

Benjamin Pavard adalah muka baru di Tim Nasional Prancis di Piala Dunia kali ini. Pemain jebolan akademi Lille ini bahkan masih menjadi penonton ketika Euro 2016 lalu.

Uniknya, di Stuttgart posisinya bukanlah full-back seperti peran yang dilakoninya di Tim Nasional Prancis. Namun ia lebih diarahkan menjadi rekan duet dari Holger Badstuber di posisi bek tengah. Pavard memang pemain serba bisa. Selain andal dalam mengawal jantung pertahanan, Pavard juga agresif dalam menyerang; keunggulan yang sayangnya tidak berkembang di Lille.

Berasal dari Akademi Lille, Pavard hanya memainkan 21 partai bersama Lille selama 2 musim. Musim 2016/2017, Pavard memutuskan pindah ke Vfb Stuttgart yang kala itu masih berkutat di Bundesliga 2.

Keraguan sempat hadir baginya. Sebagai pemain muda potensial, pantaskah ia bermain di klub yang berkompetisi di Divisi 2? Pavard kemudian memutuskan tetap pindah ke Stuttgart demi mendapatkan menit bermain. Satu musim berselang, Pavard membawa Stuttgart kembali promosi ke Bundesliga.

Bersama Stuttgart, kehadiran Pavard cukup dilematis. Karena Pavard merupakan pemain komplet, cepat dalam membangun serangan, disiplin dalam bertahan. Beberapa kali bahkan Pavard diposisikan sebagai sayap kanan oleh sang Manajer, Hannnes Wolf. Namun Wolf kemudian memposisikan Pavard sebagai full-back kanan. Hasilnya? Stuttgart berhasil menjadi juara Bundesliga 2 dan promosi ke Bundesliga.

Di tengah musim 2017/2018, Hannes Wolf digantikan oleh Tayfun Korkut. Yang membuat Pavard dimainkan sebagai bek tengah. Hasilnya pun tidak mengecewakan. Pavard bahkan mencatatkan total 2,1 intersep per pertandingan yang menjadikan pemain dengan total intersep tertinggi di Vfb Stuttgart. Pavard pun tidak tergantikan di Bundesliga.

Gangguan Cedera Vrsaljko

Lain halnya dengan Vrsaljko. Full-back Atletico Madrid ini sedikit kesulitan mendapatkan menit bermain. Bukan karena kualitas, namun karena cedera yang seringkali menimpanya.

Cedera lutut adalah momok bagi pemain setinggi 181 sentimeter ini. Namun ketika dalam kondisi terbaik, Vrsaljko jelas tidak tergantikan. Sosoknya enting bagi Atletico. Ia cepat dalam transisi, efektif dalam memanfaatkan momentum yang menjadi kelebihannya.

Musim lalu Vrsaljko mencatatkan 4 asis, dan hanya kalah oleh Antoine Griezmann yang mencatatkan 9 asis. Vrsaljko merupakan sosok full-back yang tidak segan menusuk hingga ke dalam kotak penalti. Dalam bertahan pun, Vrasljko berperan penting bagi Atletico, mencatatkan 2,3 tekel sukses dan 1,7 intersep per pertandingan raihan yang hanya kalah oleh Diego Godin.

Piala Dunia Sebagai Pembuktian

Pavard dan Vrsaljko membuktikan peran mereka di Tim Nasional. Ketika Prancis dan Kroasia bertemu, kedua pemain ini berhadapan satu sama lain. Menurut Bleacherreport, Vrsaljko lebih unggul dibanding Pavard. Pasalanya, Pavard bukan pilihan utama. Pavard mendapatkan kesempatan sebagai pilihan utama setelah Djibril Sidibe mengalami cedera. Bahkan Pavard sempat kesulitan di pertandingan pertama menghadapi Australia. Namun pelan-pelan Pavard membuktikan diri. Golnya menghadapi Argentina menjawab keraguan sekaligus membuatnya diperhitungkan di Piala Dunia.

Sedangkan Vrsaljko sudah menjadi andalan Kroasia sejak awal. Bisa dibilang gaya bermain Vrasljko cukup unik. Dengan formasi 4-2-3-1 yang diusung Kroasia, ia bekerja sama dengan Rakitic atau Modric. Memanfaatkan kecepatannya, Vrsaljko diberikan lisensi untuk menusuk hingga ketengah lapangan, sedangkan Brozovic memposisikan diri menutup lubang yang ditinggalkan Vrsaljko, menjadikan Brozovic gelandang bertahan yang bermian melebar.

Keduanya kini dalam incaran klub-klub besar Eropa, Pavard sedang dalam pantauan Tottenham Hotspur. Sedangkan Vrsaljko, juga sedang diincar Inter Milan.

Pavard dan Vrsaljko adalah contoh full-back modern impian setiap klub. Tentu kehadiran mereka dalam tim sangat menguntungkan. Selain kemampuan bertahan yang baik, naluri menyerang keduanya juga sangat diperhitungkan. Menarik melihat penampilan mereka musim depan.