Gervinho yang Masih Belum Habis

Foto: Goal.com

“Orang-orang bilang, saya sudah selesai, akan tetapi kenyataannya mereka salah besar,” ungkap Gervinho ketika ia menerima banyak terpaan ‘klaim’ yang mengatakan bahwa dirinya sudah tidak lagi superior.

Pemain sayap Parma yang kembali ke Italia setelah musim petualangannya di China tersebut telah berhasil menunjukkan kualitasnya. Ini sekaligus mencampakkan semua klaim negatif yang datang kepadanya selama ini. Ia membuktikan jika dirinya masih mampu bermain baik, dan bahkan tampil ciamik di atas lapangan.

Itu terjadi di pertandingan Parma vs Cagliari. Kala itu, Gervinho dengan cepat mengambil bola sendirian dari luar kotak penalti timnya, dan mulai berlari ke area Cagliari. Ia kemudian harus menghadapi enam bek Cagliari, dan ia dengan sigap terus bergerak ke depan bersama satu rekan timnya di sana.

Saat Gervinho sampai di garis tengah, ia lalu berhasil lolos dari dua pemain Cagliari yang ‘meluncur’ secara liar ke arahnya. Sambil menjaga bola di bawah kontrol kakinya, satu skil hebat kemudian ia pertontonkan dan ia melewati pemain terakhir Cagliari yang tersisa di depannya. Akhirnya setelah lari sepanjang 70 yard –mirip seperti gol George Weah untuk Milan pada 1996–, pemain asal Pantai Gading itu lalu mengirim tembakan dengan kaki kanannya yang kemudian berbuah menjadi gol untuk Parma.

Gelandang Parma, Luca Rigoni, begitu tercengang dengan penampilan Gervinho, dan mulai bertepuk tangan untuk merayakan gol apik tersebut. Bahkan seluruh pemain di bangku cadangan Parma mengepung Gervinho dan memberikan selamat kepadanya. Mantan pemain Arsenal itu masih berada di level tertinggi, dan mulai mencetak gol di Serie A lagi setelah dua setengah tahun berkelana ke Chinese Super League.

Ini adalah sebuah perubahan yang luar biasa untuk pemain yang kebanyakan orang pikir telah terbuai dengan tawaran uang banyak dari klub kaya, dan menikmati kehidupannya yang lebih mewah bersama Hebei China Fortune. Padahal jika dipikir-pikir, skil seorang pesepakbola tidak serta merta berpengaruh pada usia dan kemewahan. Buktinya, meski Gervinho memang meninggalkan Roma di usia 28 tahun, tetapi saat ia kembali lagi ke Italia, ia berhasil mencetak sebuah gol ciamik di usianya yang ke 31 tahun.

“Saya memiliki hidangan lebih mewah di Italia, dan saya selalu tersenyum sepanjang hari. Semua orang mengira saya pergi ke Tiongkok untuk pensiun dan menikmati uang banyak, atau mereka juga mengira saya sedang berlibur selama beberapa tahun. Padahal, saya mengalami beberapa masalah cedera dan itulah sebabnya orang-orang mulai mengatakan Gervinho telah selesai,” tutur Gervinho.

“Tetapi mereka sangat salah. Karena di sana, setiap minggu saya harus memberikan yang terbaik, dan ada banyak pemain asing yang luar biasa sekarang, dan ini juga memotivasi para pemain Cina. Saya tidak pernah membiarkan diri saya lemah dan tergiur oleh uang.“

“Di Cina, saya harus berada dalam kondisi puncak karena saya harus bermain dengan baik. Saya harus menghasilkan lebih banyak penampilan yang hebat karena saya memiliki gaji besar di sana. Dan bukan berarti saya kemudian terleha-leha. Saya harus membuktikan bahwa saya layak mendapatkan gaji besar.“

Selain itu, Gervinho pun dengan cepat membuktikan bahwa kekuatan fisik serta skilnya masih belum berkurang. Bahkan ia memiliki lima gol dalam delapan pertandingan di Serie A, termasuk satu gol di pertandingan melawan Juventus. Penampilannya inilah yang sekaligus membantu klubnya, Parma, untuk dapat kembali berjibaku di Serie A musim ini.

Malah tak sampai disitu. Parma –yang berlabel klub promosi dari Serie B– berhasil duduk nyaman di urutan ke-11 setelah melewati 12 pertandingan di musim ini. Hasil ini juga yang menandakan sebuah lonjakan prestasi dari rentetan trek rekor buruk Parma. Karena klub sepuh Serie A itu pernah sempat diklaim sebagai klub yang ‘sedang jatuh ke jurang’ dalam beberapa tahun kebelakang setelah mengalami kebangkrutan finansial.

“Itu tidak bisa lebih baik. Ketika saya memberi tahu orang-orang bahwa saya akan pergi ke Parma, banyak dari mereka berpikir bahwa itu adalah keputusan yang buruk karena Parma dianggap sebagai tim yang tidak bagus di Serie A. Akan tetapi, saya berhasil membungkam semua itu dengan sangat baik. Menghindari degradasi adalah tujuan klub ini, dan kemudian saya akan dengan maksimal membantu klub ini kembali berjaya di Serie A,” tandas Gervinho.

“Saya tidak menyeasli satu pun keputusan saya bergabung dengan klub ini. Anda tidak boleh lupa dari mana Anda berasal. Saya lahir di tempat kecil di Pantai Gading, jadi menjadi protagonis dalam hidup ini adalah mimpi. Dan sekarang saya bermain untuk klub yang diangga kecil. Saya mulai bermain sepakbola di Abidjan, di kota Afrika saya, bahkan tanpa sepatu di atas kaki saya.“

“Saya tidak menyesal sama sekali, dan saya hanya ingin menikmati setiap momen, setiap aksi, setiap tembakan ke gawang. Karena ketika tiba-tiba suatu hari semuanya akan berakhir, saya ingin mengenangnya. Di Pantai Gading, sepatu bola saja sangat sulit untuk didapat, bagaimana dengan karier menjadi seorang pesepakbola? Jadi, semua pencapaian ini sudah saya anggap sebagai kemewahan yang sejati.“

 

Sumber: The Guardian