Bukan start yang baik memang bagi seorang manajer untuk kalah di pertandingan derby pertama yang ia hadapi, juga cuma menang sekali dari empat pertandingan awal. Keraguan suporter langsung menyeruak. Namun setelahnya sang manajer mampu menjawab semua keraguan pada dirinya dengan kemenangan dan cara bermain yang apik. Menutup semua lubang besar yang ada di komposisi timnya musim lalu.
Steven Gerrard adalah manajer tersebut. Memang Gerrard mendapatkan banyak kergauan di awal kedatangannya menjadi Manajer Glasgow Rangers. Hadirnya Gerrard yang masih minim pengalaman, jelas menjadi sebab. Belum lagi Rangers yang selalu dikangkangi rival abadi mereka, Glasgow Celtic, yang nyaris mendominasi Liga Skotlandia selama satu dekade terkahir. Beban di pundak Gerrard jelas semakin berat.
Replikasi Peran Gerrard di Liverpool
Steven Gerrard bukanlah nama asing di dunia sepakbola. Ia adalah kapten dan jebolan Akademi Liverpool. Kepemimpinannya di atas lapangan di posisi lini tengah Liverpool menjadi trademark baginya. Andal membangun serangan dan efektif dalam membantu pertahanan, itulah Gerrard.
Masih sangat segar diingatan bagaimana Gerrard menginspirasi final Liga Champions yang penuh kejutan 2005 silam. Istanbul menjadi panggung sempurna bagaimana Liverpool yang tertinggal 0-3 dari Milan di babak pertama, mendapatkan angin segar setelah sang kapten yang berusia belum genap 25 tahun mencetak gol pertama. Setelahnya Liverpool menyamakan kedudukan menjadi 3-3 sebelum menang di drama adu tendangan penalti.
Gerrard bisa dibilang menjadi ikon Liverpool selama bertahun tahun. Selain karena Gerrard merupakan Scousers, kepemimpinan Gerrard di atas lapangan juga menjadi sebab. Belum lagi keengganannya bertukar baju dengan pemain Manchester United yang notabanenya merupakan rival abadi Liverpool, menjadi nilai tambah dari kepopuleran Gerrard di antara suporter Liverpool.
Peran Gerrard padahal lebih jauh dari itu. Dikutip dari biografi Gerrard, peran sang skipper di Liverpool lebih dari Kapten. Ia juga berperan sebagai daya tarik bagi para pemain lain untuk bermain bersama Liverpool. Tak jarang ia menghubungi secara personal pemain-pemain yang masuk dalam daftar incaran Liverpool.
Fernando Torres dan Luis Suarez adalah contoh incaran Liverpool yang berhasil digaet setelah Gerrard berkomunikasi dan membujuk keduanya secara langsung. Selain mereka ada nama Willian yang sayangnya justru bergabung dengan Chelsea.
Kepemimpinan Gerrard sempat dikeluhkan oleh Fabio Capello karena dianggap terlalu pendiam. Namun jelas itu bukan masalah. Kharisma, ketenangan, serta wibawa Gerrard, jelas sudah terasah. Ban kapten yang melingkar di lengan kirinya selama bertahun tahun menjadi bukti otentik bagaimana dibalik ketenangan Gerrard ada kepimpinan yang luar biasanya dibaliknya.
Di Rangers, Gerrard membawa itu semua. Gerrard mungkin bukanlah Manajer yang ekspresif di pinggir lapangan. Namun dalam keadaan tertekan, Rangers bisa dengan mudah mengubah kondisi dan berbalik menekan lawan. Gerrard pun mencari sosok ikonik dan muda sebagai pemimpin, seperti yang ia dapatkan bersama Liverpool. Di Rangers sosok ikonik tersebut diberikan kepada Glenn Middleton, yang masih berusia 18 tahun.
Bukti bagaimana kepeimpinan Gerrard ditambah kemampuannya mengambil keputusan mengubah taktik dalam sekejap, terlihat pada pertandingan kualifikasi Europa League. Rangers yang menerima 2 kartu merah mengahdapi FK Ufa dibuat harus bertahan ketat dan menerima tekanan luar biasa.
Gerard mengambil keputusan cerdas. Ia tidak menambah pemain belakang dan mengurangi pemain depan. Namun Gerrard menambah satu gelandang bertahan yang berfungsi sebagai sweeper, ditambah 2 penyerang yang menutup celah di lini tengah membuat Rangers terlihat sangat rapat. Rangers pun lolos ke Europa League.
Selain itu, pertandingan menghadapi Aberdeen adalah bukti lain kecerdasan Gerrard. Kehilangan 1 pemain sejak menit 12. Rangers justru berhasil mencetak gol, bahkan sekali lagi kehilangan 1 pemain tidak membuat Rangers bermain bertahan, Gerrard sukses mengolah kekurangan pemain dengan membuat penguasaan bola lebih efektif, karena bermain bertahan bukan hanya menumpuk pemain di lini bertahan. Penguasaan bola tentu saja jelas merupakan salah satu cara bertahan terbaik. Sekali lagi Rangers menelan hasil imbang 1-1, pun Aberdeen baru bisa menyamakan kedudukan pada injury time babak kedua.
Taktik Gerrard
Secara taktikal Gerrard bermain dengan 4-3-3 yang berubah menjadi 4-1-4-1 ketika diserang. 3 trisula Rangers : Glenn Middleton-Alfredo Morelos-Ryan Kent, merupakan penyerang dengan multi fungsi. Ketika menyerang mereka merupakan trisula tajam, ketika bertahan, 3 pemain ini menjadi pemain pertama yang melakukan pressing ke tim lawan. Maka tidak aneh apabila Alfredo Morelos yang sudah mencetak 2 gol dan 2 asis juga sudah mengoleksi 2 kartu merah musim ini.
Sedangkan 3 gelandang Rangers, akan mengingatkan kita kepada Liverpool musim 2008-2009, dimana lini tengah Liverpool yang diisi Gerrard- Xabi Alonso-Javier Mascherano/Lucas Leiva adalah salah satu lini tengah terbaik di Premier League era tersebut. Gerrard mereplikasinya dengan Ryan Jack-Ovie Ejaria-Lassana Coulibaly. Cideranya Ryan Jack berhasil ditutupi dengan Graham Dorans yang bermain impresif.
Gerrard menekankan transisi dari bertahan ke menyerang lewat bola-bola pendek. Ryan Jack akan turun menjemput bola dengan dilindungi oleh Ovier Ejaria dan Lassana Coulibaly. Transisi inilah yang sangat enak dilihat plus merupakan kekurangan Rangers musim lalu. Dengan 2 full back agresif James Tavanier dan mantan pemain Liverpool Jon Flanagan, yang aktif membangun serangan. Permainan Liverpool musim 2008-2009 benar-benar direplikasi Gerrard di Rangers musim ini.
Permainan Rangers benar-benar membuat lawan kesulitan, karena lawan akan sulit melakukan pengawalan karena semua bergerak. Pun bagi Alfredo Morelos yang juga bermain melebar dan tidak segan beradu lari, mirip Fernando Torres di Liverpool. Meskipun menjadi target man, namun Torres tidak segan menjemput bola dan mengobrak-abrik pertahanan lawan.
Ini juga membuat ada ruang bagi salah satu pemain Rangers dalam keadaan yang tidak terkawal. Gelandang yang aktif bergerak juga menyulitkan lawan merebut bola, penguasaan bola jelas ditekankan Gerrard selain transisi cepat yang menjadi ciri khas Rangers musim ini.
Rangers kini berada di peringkat kedua klasemen sementara Liga Skotlandia musim ini, mereka berada di bawah Hearts of Midlothian FC atau Hearts dengan jarak lima poin. Namun Rangers berada di atas musuh abadi mereka, Glasgow Celtic dengan keunggulan 1 angka. Performa apik Rangers jelas tidak lepas dari kemampuan Gerrard dalam mengolah taktik dan kepemimpinannya sebagai Manajer Rangers.
Kini mari berharap konsistensi Rangers akan merobohkan dominasi Celtic selama 1 dekade terakhir dan tentu saja semoga hadirnya Gerrard tidak membawa slogan “this year is our year” yang sudah 20 tahun lebih dikumandangkan klub lama Gerrard, Liverpool namun tidak pernah meraih gelar Liga yang diidam-idamkan.