Real Madrid kini tengah menghadapi inkonsistensi. Kesebelasan asuhan Zinedine Zidane tersebut di luar dugaan dikalahkan kesebelasan promosi, Girona, 1-2. Hasil ini membuat posisi Zidane menjadi tidak aman meski ditepis oleh Direktur Utama Madrid, Jose Angel Sanchez. Meskipun demikian, nama Guti Hernandez akhirnya muncul ke permukaan dan digadang-gadang siap untuk menggantikan Zidane.
José María Gutiérrez Hernández bukanlah sosok asing buat El Real. Ia mencatatkan 387 penampilan dari 15 musim berseragam Real Madrid. Selain itu, Guti juga merupakan jebolan akademi Real Madrid.
Saat ini, Guti menjabat sebagai pelatih akademi Real Madrid Juvenil A. Ia terbilang sukses dengan raihan tiga gelar sekaligus di kompetisi junior U-19 yakni Division de Honor, Copa Del Rey Juvenil, dan Copa de Campeones. Tentu ini merupakan prestasi luar biasa karena tim akademi bisa meraih treble.
Guti merupakan pemain binaan Real Madrid Cantera. Ia masuk akademi pada 1986. Guti mencatatkan debut menghadapi Sevilla kala itu dengan skor 4-1 pada musim 1994/1995. Ia mengakhiri musim dengan sembilan penampilan dan satu gol.
Guti sendiri sebenarnya berposisi sebagai striker. Namun era Los Galacticos memaksa Guti menjadi pemain sayap karena kalah bersaing dengan Zidane dan Ronaldo Luiz da Lima yang datang pada saat proyek Los Galacticos jilid pertama.
Namun, Guti tak lama berada di posisi sayap karena tergerus oleh David Beckham. Ia pun ditarik menjadi seorang gelandang bertahan. Visinya yang luas membuatnya kerap menjadi pengatur serangan dari dalam saat Zidane dimatikan. Ini membuat Madrid seperti bermain dengan dua pemain dengan tipikal yang sama.
15 tahun bersama Real Madrid, Guti merasakan 12 pergantian manajer tim dari Vicente del Bosque hingga Jose Mourinho. Real Madrid sendiri memang dikenal bukanlah sebagai tim yang awet dalam staf kepelatihan. Namun dari 12 pergantian manajer tersebut Guti nyaris tidak pernah menjadi pilihan utama. Posisi yang biasa ditempati Guti sudah di plot untuk pemain lain.
Zidane di gelandang serang, Ronaldo di striker, Makalele di gelandang bertahan, dan David Beckham di posisi sayap. Guti seolah hanya menjadi penambal dalam permainan Madrid.
Namun terlepas dari posisinya yang jarang menjadi pilihan utama Guti mencatatkan diri sebagai pencetak gol ke-5000 Real Madrid di La Liga, dan pencetak gol ke-500 bagi Madrid di Liga Champions.
Permainan Guti memang tidak memiliki daya eksplosif seperti pergerakan Zidane atau memiliki kemampuan fisik yang tangguh dalam berduel. Namun keunggulan Guti adalah kecerdasan dalam mengatur irama permainan.
Guti sendiri dikenal sebagai pemain yang cukup cepat namun sering kehabisan stamina di akhir babak. Guti tidak lepas dari kontroversi. Apabila Zidane dikenal sebagia perokok, Guti dikenal karena kebiasaannya meminum pil anti-depresaants sebelum bermain.
Kontroversi lain hadir ketika ia dengan tegas mempertanyakan fungsi David Beckham ketika rumor kedatangan Beckham pada 2002. Guti juga sempat dituduh transexual yang kemudian dibantahnya dengan keras.
Sifat tempramental yang selalu ditunjukkan oleh Guti sering merugikan dirinya. Ketika menghadapi Sevilla pada 2009, sifat tempramentalnya bahkan harus diredakan seluruh pemain Real Madrid. Bahkan chants sindiran kerap diterima Guti.
Di balik semua kontroversinya, Guti tetap menjadi back-up terbaik bagi Real Madrid dari segi taktik. Mulai terbacanya skema permainan yang sentris ke Zidane atau cederanya Figo dan Solari membuat Guti menjadi penambal sekaligus menjadi pengacau pertahanan lawan ketika dibutuhkan.
Guti sendiri memang tidak setenar Raul Gonzales atau Iker Casillas. Kepindahan Guti ke Beşiktaş nyaris tidak terendus oleh fans maupun media. Guti sendiri menggambarkan kepindahannya ke Beşiktaş sebagai skenario yang mengejutkan. Pasalnya Guti sendiri tidak mengetahui adanya rumor kepindahan dirinya ke Beşiktaş dari Real Madrid.
Setelah bermain untuk Besiktas, Guti pun mengambil lisensi sebagai pelatih. Ia pun mulai menangani tim junior Real Madrid. Kini, Guti fokus terhadap mimpinya untuk menjadi manajer utama Real Madrid. Dengan prestasinya bersama Real Madrid Juvenil, mampukah ia menembus kursi manajer Real Madrid yang terkenal cukup panas?