Para pemain Huddersfield Town tampak kegirangan pasca hasil imbang 1-1 kala menghadapi Chelsea di Stamford Bridge. Kesebelasan dari bagian barat Yorkshire ini dipastikan masih akan berkompetisi di Premier League musim depan. Raihan 37 poin membawa anak asuh David Wagner ini ke peringkat ke-16. Angka tersebut sudah tak mungkin dikejar Swansea di peringkat ke-18 dengan 33 poin.
Pencapaian Huddersfield musim ini bisa dibilang fenomenal. Sejak awal milenium, Huddersfield Town merupakan klub semenjana yang sering berkutat di League One dan League Two. Mereka baru promosi ke Championship Division pada musim 2012/2013. Di Championship Division pun mereka adalah penghuni papan bawah klasemen.
Dana Minim dan Sulit Berkembang
Apa yang terjadi di tubuh Huddersfield adalah sebuah proses yang panjang. Klub yang berdiri pada tahun 1908 ini tidak memiliki kekuatan finansial yang besar. Dana transfer mereka pun tidak pernah menyentuh angka lima juta paun. Ini yang membuat Huddersfield lebih suka mengambil pemain secara gratis atau pinjaman.
Dana transfer yang kecil tersebut berdampak pada permainan Huddersfield yang semenjana. Posisi terbaik mereka di klasemen Championship Division hanya menempati posisi ke-16 klasemen.
Huddersfield Town pun selalu menjad lumbung gol bagi klub Divisi Champioship. Setidaknya mereka selalu kemasukan 60 gol tiap musim. Bahkan pada musim 2014/2015 mereka kemasukan 75 gol dari 46 pertandingan! Setidaknya selama mereka di Championship Division, Huddersfield selalu termasuk tiga besar klub dengan angka kebobolan tertinggi.
Peruntungan Huddersfield Town berubah pada tengah musim 2015/2016. Chris Powell yang kala itu menjadi nahkoda Huddersfield diberhentikan pasca hasil imbang 2-2 menghadapi Reading. Hasil ini membawa mereka terpaku di peringkat ke-18.
Nama-nama seperti Uwe Rösler, Simon Grayson hingga Gianfranco Zola muncul ke permukaan sebagai Manajer Huddersfield Town. Kemudian muncul nama Manajer Borussia Dortmund II, David Wagner sebagai kandidat kuat Manajer Huddersfield Town selanjutnya.
David Wagner dan terriers football
Pada akhirnya David Wagner didaulat menjadi Manajer Huddersfield. Namun kedatangan Wagner pada tengah musim pun belum memberikan dampak signifikan. Huddersfield Town akhirnya mengakhiri musim 2015/2016 di posisi ke-19.
Setelahnya, Wagner mulai menunjukkan tajinya. Awal musim 2016/2017 Wagner merombak tim secara menyeluruh. Ia mendatangkan Christopher Schindler, Michael Hefele, Elias Kachunga, dan Chris Lowe, yang didatangkan dari Jerman. Wagner juga meminjam Dany Ward dari Liverpool dan Aaron Mooy dari Manchester City. Nama terakhir bahkan juga menjadi sosok penting di lini tengah Huddersfield Town hingga saat ini.
Wagner pun melakukan pendekatan khusus untuk menyatukan tim. Ketika pra musim di mana kesebelasan lain bertamasya ke negara lain untuk menikmati matahari dan memperbaiki fisik, Wagner justru mengirim skuat Huddersfield ke Swedia. Di sana, mereka hidup tanpa listrik, alat komunikasi, ataupun air bersih. Tujuannya cuma satu: membangun kekompakan tim!
“Kami ke Swedia selama 4 hari 3 malam. Tidak ada sepakbola. Kami benar-benar di alam liar, tanpa listrik, tanpa kasur yang empuk, ataupun internet. Anda haus, pergilah ke sungai dan ambil air. Kalau kedinginan, bikinlah api unggun. Kalau lapar, tangkaplah ikan di sungai,” kata Wagner.
“Kami punya tiga pemandu untuk membantu. Kami selalu bersama. Delapan orang dalam satu tenda, atau dalam 4 orang dalam satu kano. Tiap harinya kami merotasi giliran, semua selalu berkomunikasi. Saya yakin apabila Anda mengenal rekan Anda di luar lapangan, maka ketika ada masalah di lapangan semua akan saling membantu,” ungkap Wagner dikutip dari The Guardian.
Semua yang dilakukan Wagner di pra musim, bertujuan untuk mendukung filosofi permainannya: terriers football. Wagner menggambarkan Huddersfield Town sebagai anjing terrier kecil yang agresif.
“Kami memiliki identitas seperti terrier. Saya selalu menyukainya. Terrier bukan anjing terbesar. Kami kecil namun agresif dan tidak pernah takut. Kami selalu bersaing dengan anjing terbesar, kami cepat dan kuat. Kami tidak pernah menyerah. Anjing kecil seperti kami selalu bermain dengan semangat yang tinggi,” kata Wagner di The Guardian.
Hasilnya Wagner menyulap timnya menjadi tim yang kuat. Sebanyak delapan kemenangan dari 11 pertandingan pertama menjadi buktinya. Di akhir musim mereka menempati posisi kelima dan menjalani play off. Menghadapi Reading, Huddersfield sukses mengalahkan mereka lewat adu tendangan penalti. Hasil ini membawa Hudderfield dari klub semenjana menjadi klub yang menembus Premier League musim 2017/2018.
Efektifitas bursa transfer
Premier League bukanlah liga yang ramah. Hal yang disadari oleh Dean Hoyle selaku Chairman klub. Ia pun mengubah kebiasaan klub yang biasanya hemat dalam urusan dana belanja menjadi sedikit royal di bursa transfer.
Total The Terriers menghabiskan 60 juta paun di bursa transfer. Angka tersebut digunakan untuk mendatangkan pemain-pemain yang menjadi pemain kunci musim ini. Sebut saja Steve Mounié dari Montepellier, Alex Pitchard dari Norwich, mempermanenkan Aaron Mooy dari Manchester City, mendatangkan Tom Ince dari Derby County dan mendatangkan Laurent Depoitre dari Porto.
Nama-nama di atas menjadi bagian penting dari klub. Steve Mounié misalnya. Ia menjadi top skorer klub dengan 7 gol, Aaron mooy dan Tom Ince adalah sosok yang membantu Huddersfield solid di tengah. Jangan lupakan pula Depoitre yang mencetak gol penting menghadapi Chelsea yang membawa Huddersfield Town bertahan.
Semua transfer klub adalah permintaan dari Wagner, sempat berjaya di awal musim, mereka kemudian kesulitan memasuki November 2017 lalu. Toh pada akhirnya tetap Huddersfield mampu bertahan di Premier League.
Keyakinan di seluruh tim adalah kunci yang membawa Huddersfield bertahan di Premier League. Mereka menuai kerja keras mereka sejak musim lalu. Gary Neville pun memberikan apresiasi khusus bagi klub yang bermarkas di John Smith’s stadium ini. “Mereka luar biasa, mereka mampu bertahan di liga yang jelas keras bagi klub promosi seperti Huddersfield, namun mereka pantas mendapatkannya,” ucap Neville di BBC.
Setelah mampu bertahan, akankah Huddersfield mengulang cerita dongeng ala Leicester dengan menjadi juara musim depan? Tentu tugas besar menanti Wagner musim depan. Namun kini mari berikan apresiasi tertinggi bagi si anjing kecil Liga Inggris musim ini: Huddersfield Town.