Janne Andersson dan Kolektivitas yang Meloloskan Swedia ke Piala Dunia

Janne Anderson

Banyak dari mereka yang mengkritik dan menyalahkan kepemimpinan Gian Piero Ventura karena gagal membawa Italia ke Piala Dunia 2018. Di sisi lain, pujian justru datang kepada sosok Jan Olof Janne Andersson, pelatih Swedia, yang mampu loloskan Swedia ke Piala Dunia 2018.

Janne Andersson sendiri menangani Swedia pasca Piala Eropa 2016 lalu. Ia menggantikan Erik Hamren, yang menangani Swedia sejak 2009. Janne Andersson sendiri ditunjuk setelah sukses mengantarkan klubnya, IFK Norrköping, meraih gelar liga pertama mereka sejak 1992.

Karir kepelatihan Andersson bermula pada musim 1988/1989 bersama Alets IK. Andersson menjadi pemain-pelatih, sebelum menjadi pelatih bagi Laholms FK tahun. Andersson sukses membawa Laholms FK promosi ke Divisi 2 Liga Swedia (Södra Götaland) pada 1997.

Andersson melanjutkan karir pada periode 2000-2003 sebagai asisten manajer dan dipromosikan menjadi manajer pada 2004 hingga 2009. Pada akhir musim Andersson kemudian melatih Örgryte IS. Hingga 2011 menerima menerima pinangan IFK Norrköping, dalam kurun waktu 2011-2016, Andersson menyumbangkan gelar juara Liga Swedia dan gelar juara Supercup Swedia (Svenska Supercupen).

Pelatih berusia 55 tahun ini dikenal dengan formasi 4-4-2 dengan 2 gelandang jangkar. Cara ini cukup efektif digunakan Andersson dalam meredam serangan Italia yang bertumpu pada Parolo dan Veratti di leg pertama. sedangkan 2 sayap Swedia yang diisi Svenska Supercupen dan Emil Forsberg cukup membuat Darmian dan Candreva kesulitan membuka ruang untuk membangun serangan.

Andersson sebelum pertandingan menjelaskan pentingnya kedisiplinan untuk meredam perlawanan Italia. Gol dari pemain pengganti, Jakob Johansson, juga merupakan bentuk kesabaran dan disiplin dari Swedia dibawah arahan Andersson. Di leg kedua praktis garis bertahan cukup rendah dipraktikkan Andersson, namun dengan kedisiplinan tinggi mampu meredam serangan Italia yang dimotori Jorginho.

Andersson menekankan kolektivitas tim. Mundurnya Ibrahimovic juga menjadi berkah bagi Andersson, timnya menjadi lebih kolektif. Dikomandoi Andreas Granqvist dari lini belakang, permainan efektif melalui sayap menajdi tumpuan dalam membangun serangan, melalui pemain RB Leipzig, Emil Forsberg dan Viktor Claesson yang berasal dari Krasnodar.

Sedangkan di depan Ola Toivonen dan Marcus Berg berperan menekan sekaligus membuka ruang untuk mencari celah pertahanan tim lawan, kedisiplinan duet Victor Lindelof dan Andreas Granqvist juga menjadi kunci permainan Swedia hingga lolos ke Piala Dunia.

Kolektivitas ini Andersson pelajari dari Bengt Johansson. Johansson sendiri adalah pelatih bola tangan kenamaan dari Swedia. Pola kolektif serangan Johansson Gurkburken, yang membutuhkan kolektifitas tim dengan pergeseran serangan cepat, coba diadaptasi oleh Andersson.

Dalam Gurkburken, wingman diberikan tugas penting untuk mengalirkan bola ke arah tengah yang diterima oleh pivot yang akan membuka ruang untuk kemudian diekesekusi oleh wingman ke arah gawang, mirip yang dilakukan Emil Forsberg dengan Sebastian Larsson atau Marcus Berg di pertandingan leg pertama. Namun, variasi juga dilakukan melalu skema serangan balik mengandalkan kekuatan fisik dari Marcus Berg atau Ola Toivonen, di leg kedua tidak jauh berbeda, namun dengan lebih menekankan ke posisi bertahan yang cukup dalam.

Adanya isu kembalinya Ibrahmiovic bersama timnas Swedia ditanggapi cukup sinis oleh Andersson. Menurutnya, ada tidaknya Ibra, tidak akan berpengaruh pada kualitas timnya.

“Kita sebaiknya membicarakan tentang para pemain yang hebat di tim ini. Kami memiliki banyak pahlawan dalam pertandingan ini. Saya sangat bahagia dengan hasil tersebut,” ujarnya pasca pertandingan melawan Italia.

“Ketika Ibrahimovic ada bersama kami, kami bermain sepak bola dengan gaya yang berbeda. Mengingat dia sudah memutuskan pensiun dari sepak bola internasional, kami harus beradaptasi dan menemukan gaya yang lain.”

Untuk mempersiapkan diri menuju Piala Dunia, Andersson melakukan persiapan yang matang. Di jajaran staf manajer Swedia terdapat nama Tom Prahl yang menjabat sebagai scout. Tom Prahl sendiri pernah menjadi atasan dari Andersson ketika menjadi bagian dari Halmstads BK, medio 2000-2003.

Patut ditunggu kiprah Swedia bersama Andersson di Piala Dunia 2018 nanti, perpaduan pemain-pemain senior seperti Sebastian Larsson, Albin Ekdal dan Andreas Granqvist akan bekerjasama dengan pemain-pemain yang masih muda seperti Victor Lindelöf, Viktor Claesson dan John Guidetti, sebuah perpaduan yang mungkin akan membuat Swedia berbicara banyak di Piala Dunia nanti.