Jimmy Hogan, Inovator Sepakbola yang Dianggap Pengkhianat

Foto: FIFA.com

Pernah membayangkan ketika Anda dianggap sebagai pengkhinat terbesar negara Anda sendiri, tapi di satu sisi, pengkhianatan yang Anda lakukan, membuat Anda menjadi inovator dari sebuah sistem yang akan bertahan berabad-abad kemudian.

Anda mungkin pernah mendengar Mighty Magyars? Julukan bagi Tim Nasional Hungaria di era 1950-an. Saat itu, merupakan masa keemasan Hungaria di sepakbola Eropa bahkan dunia. The Golden Team, adalah nama lain dari tim yang dibentuk dari sebuah evolusi besar sepakbola yang dibawa seorang pengkhianat negara: Jimmy Hogan.

Tidak Diacuhkan di Inggris, Pahlawan di Hungaria

Jimmy Hogan merupakan pria kelahiran Lancashire, Inggris. Ia lahir bertepatan dengan peresmian oleh FA mengenai peraturan dasar sepakbola, yakni pada 1882. Jimmy Hogan beraksen Irlandia dan sudah mencintai sepakbola sejak usia muda.

Ia bergabung dengan klub amatir di sekitar Nelson, Lancashire. Selagi aktif bermain, Hogan juga menamatkan pendidikan seminari yang membuatnya nyaris memilih menjadi pendeta dibandingkan pesepakbola.

Sepakbola di era Hogan belum seperti yang kita kenal saat ini. FA memang sudah meluncurkan aturan Sheffield Rules yang diadaptasi oleh FA sebagai aturan dasar mereka. Namun beberapa di beberapa tempat seperti di London, masih menggunakan aturannya sendiri, sehingga tidak ada keseragaman aturan dalam bermain sepakbola.

Jimmy Hogan memperkuat banyak klub ketika masih aktif bermain, di antaranya Fulham, Burnley, dan Bolton Wanderers. Ada kisah unik di balik kepindahan Hogan ke Bolton, saat itu. Hogan sudah menandatangani kontrak dengan Swindon Town sebelum pihak Bolton mengirim salah satu perwakilannya untuk menemui Hogan. Pihak Bolton menunggu Hogan di depan Gereja ketika Hogan beribadah di hari minggu untuk menemuinya. Hogan akhirnya pindah ke Bolton Wanderers.

Musimnya bersama Bolton tidak begitu apik. Bolton bahkan harus rela turun divisi, sebelum akhirnya pensiun di usia 31 tahun. Namun pramusim Bolton di Belanda membuatnya terbuka mengenai potensi sepakbola Eropa.

Wawasn Hogan di Sepakbola Eropa

Hogan menyebut bahwa klub-klub Inggris harus melakukan pra musim ke luar negeri untuk mempelajari sepakbola Eropa secara keseluruhan. Ide yang ditolak mentah-mentah oleh para pelatih Inggris. Secara arogan para pelatih Inggris menyebut program berlatih ke luar negeri hanya membuang-buang uang, toh Inggris adalah tempat di mana sepakbola dan aturannya ditemukan.

Sebuah arogansi yang ingin dibuktikan kesalahannya oleh Hogan. Ia memutuskan pindah ke Belanda melatih klub amatir Dordrecht FC. Klub ini bahkan tidak memiliki pemain profesional. Para pemain mereka memiliki pekerjaan lain selain bermain sepakbola. Namun Hogan melatih mereka bak profesional. Ia membawa sistem bermain cepat taktis ala Skotlandia. Hogan kemudian ditunjuk sebagai pelatih timnas Belanda pada 1910. Ia merangkap jabatan dengan melatih FC Dordrecht dan timnas Belanda.

Kontrak bersama timnas Belanda berakhir seiring kontraknya habis dengan FC Dodrecth. Ia kembali bermain di Bolton selama satu musim. Namun ia ingin kembali melatih karena menurutnya kepelatihan memberikan banyak pelajaran besar. Di momen inilah Hogan bertemu maestro asal Austria, Hugo Meisl.

Pertemuan keduanya bermula ketika Austria ditahan imbang Hungaria 0-0 pada 1912. Kala itu Hungaria bukanlah kesebelasan kuat. Bahkan pemain-pemain Hungaria merupakan pemain paruh waktu, berbeda dengan Austria yang mayoritas pemainnya merupakan pemain profesional.

Austria yang kala itu dilatih Hugo Miesl bertanya pada wasit yang memimpin pertandingan, Jack Howcroft, yang merupakan teman dari Hogan. Howcroft menceritakan bahwa bukan pelatih Hungaria yang membuat mereka menjadi tangguh, namun asisten pelatih mereka yakni Jimmy Hogan.

Meisl lalu mengontak Jimmy Hogan per enam pekan untuk menjadi asistennya dan membangun kekuatan timnas Austria yang sedang mencoba membangun sistem sepakbola yang baik di negara mereka menjelang Olimpiade 1912. Hogan sepakat. Hogan menerima gaji sebesar 20 Paun dengan tambahan sayur mayur dan bahan pokok sebagai gaji.

Hogan menggembleng fisik pemain Austria dan membantu membentuk skema 2-3-5 yang bertransformasi menjadi W-M, bagi Austria. Saat itu jarang sebuah kesebelasan memiliki skema untuk bermain sepakbola, Hogan merupakan pionir dari pembentukan skema dan formasi sepakbola di kemudian hari.

Dampak dari timnas Austria ketika ditangani Hogan adalah mereka yang sebelumnya menjadi lumbung gol menjadi salah satu tim sepakbola yang menakutkan. Austria bertanding di Olimpiade 1912 di Stockholm kala itu, benar-benar mencuri perhatian. Di luar dugaan mereka menghancurkan tim kuat Jerman 5-1, namun kalah tipis dari Belanda 3-4 di babak perempatfinal.

Jerman saat itu langsung mengontak Meisl mengenai kemungkinan Hogan bergabung dengan timnas Jerman, Meisl dengan cepat memberi kontrak satu tahun dengan Hogan untuk bertahan di Austria. Hogan menerima tawaran Miesl. “Meninggalkan Lancashire yang gelap dan berdebu untuk pindah ke Austria tentu adalah impian”, ujar Hogan.

Ketika situasi dunia memanas karena ancaman Perang Dunia, Hogan dipaksa pindah dari Austria oleh diplomat Inggris, Austria saat itu masuk dalam front Perang Dunia bersama dengan Jerman, membuat Inggris kala itu menarik semua Warga Negara Inggris untuk pindah dari Austria.

Situasi ini yang dimanfaatkan Hungaria. Pada 1915, MTK Budapest meminta Hogan melatih, sebuah kesebelasan milik kepolisian Hungaria ini menjadi perkenalan pertama bagi Hogan untuk sepakbola profesional Hungaria sebagai pelatih.

Situasi yang tidak menentu di Eropa membuat Hogan pindah menuju Swiss dan melatih Young Boys dan timnas Swiss pada 1924 hingga 1925. Hogan kembali melatih MTK Budapest pada 1925-1927, di momen ini Hogan memberi landasan kuat bagi Hungaria, sekaligus membuatnya dicap sebagai pengkhianat negara.

Hogan mengajari bagaimana penguasaan bola adalah kunci dalam mengejar kemenangan, skema dan penguasaan bola adalah kunci mencetak gol sekaligus membuat tim bisa bermain defensif. Mungkin skema Hogan sangat familiar dengan apa yang terjadi di sepakbola saat ini, dimana penguasaan bola sangat dituhankan untuk meraih kemenangan.

Hogan kemudian kembali melatih di Inggris bersama Fulham dan Aston Villa sebelum pensiun sebelum Perang Dunia Kedua. Hogan mungkin hanya mendapatkan segelintir pengakuan saat itu, namun dampaknya terasa ketika Hungaria yang saat itu berjuluk Magic Magyars bertemu Inggris pada 1953.

Pengkhianat Negara yang Dirindukan

Natal 1953, Inggris bertemu Hungaria diajang persahabatan di Wembley Stadium. Match of Century menjadi tajuknya. Hungaria sebagai pemegang gelar juara Olimpiade 1952 dan tidak terkalahkan sejak 1950, sedangkan Inggris tidak pernah terkalahkan bila bermain di kandang mereka sejak 1948.

Gusztáv Sebes, Menteri Olahraga Hungaria sekaligus pelatih timnas Hungaria menerapkan apa yang dilandaskan oleh Hogan yang notabanenya merupakan orang Inggris. Kedua tim turun dengan formasi serupa 2-3-5. Namun hasil berkata lain. Inggris menerapkan sistem man-marking sedangkan Hungaria secara khusyuk menganut zoning dan possession.

Harry Johnston bek Inggris ditugasi mengawal ketat Nándor Hidegkuti yang bernomor punggung 9. Di sepakbola klasik, “No 9” selalu merupakan striker atau penyerang tengah. Namun Sebes mengubahnya. Hidegkuti merupakan gelandang serang. Tertipulah Johnston dan Inggris. Hidegkuti seringkali turun ke dalam ketika mendapat pengawalan Johnston, membuat lubang besar di pertahanan Inggris. Babak pertama berjalan Hungaria unggul atas tuan rumah 5-2.

Inggris terkejut dan terdiam dengan skema ini, dan hasil akhir 6-3 menjadi penanda revolusi sepakbola. Sandor Barcs, Presiden Asosiasi Sepakbola Hunagris secara terang-terangan memuji Hogan pasca pertandingan tersebut. “Jimmy Hogan mengajarkan kita semua yang kita ketahui tentang sepakbola.”

Inggris terdiam. Hogan sempat dipanggil menjadi penasihat taktik Inggris pada 1955. Namun Hogan sudah terlalu tua untuk menangani Inggris.

Maju puluhan tahun setelahnya, permainan Magic Magyars ala Hungaria dianggap pionir dari Total Football dan penguasaan bola, sedangkan Magic Magyars mereplikasi apa yang diajarkan Jimmy Hogan bertahun-tahun sebelumnya. Sungguh sebuah ironi besar bagi Inggris hingga kematian Hogan pada 1974, diikuti sahutan tersohor para pencinta sepakbola Inggris “Kita kehilangan pengkhianat terbesar negara namun Inggris merasa kehilangan karenanya”.