Vicente del Bosque dianggap sebagai salah satu pelatih terbaik sepanjang masa. Hingga saat ini, ia adalah satu-satunya pelatih yang pernah memenangi Piala Dunia, Liga Champions, Piala Eropa, dan Piala Intercontinental. Semuanya ia dapatkan tidak secara instan, melainkan melalui proses yang panjang.
Menjadi Pemain Real Madrid
Del Bosque mengawali karier sepakbolanya dari klub asal kotanya, Salmantino. Di usia 17 tahun, ia bergabung dengan Akademi Real Madrid. Cuma butuh setahun baginya untuk bisa naik ke tim utama. Namun, ia jarang dimainkan yang membuatnya dipinjamkan ke Castellon dan Cordoba pada musim 1970 hingga 1973.
Sepulang dari Castellona, Bosque dipercaya menjadi pemain utama. Bersama Madrid, ia menjuarai lima gelar La Liga dan empat trofi Copa del Rey. Ia pun dipercaya membela timnas Spanyol yang sayangnya bermain buruk di Euro 1980.
Tiga Kali Menjadi Manajer Madrid
Del Bosque pensiun sebagai pemain pada 1984. Tiga tahun kemudian, ia menjadi pelatih Real Madrid Castilla hingga 1990. Pengalamannya ini yang membuatnya ditunjuk sebagai pelatih interim tim utama Madrid pada 7 Maret 1994. Ia menggantikan Benito Floro yang dipecat. Bosque memimpin tim sampai penunjukkan Jorge Valdano sebagai pelatih tim utama
Hingga 30 Juni 1994, Bosque memimpin 13 laga dengan hasil lima kemenangan dan enam kali kalah. Capaian Bosque justru tidak lebih bagus dari Floro. Bersama Bosque posisi Madrid malah melorot ke peringkat keempat.
Bosque lantas kembali melatih tim muda. Lantas, dua tahun kemudian Jorge Valdano dipecat. Bosque pun kembali ditunjuk sebagai pelatih interim untuk memimpin satu laga yang berakhir dengan kemenangan 5-0 atas Athletic Bilbao. Ia cuma empat hari di tim utama sebelum posisinya digantikan Arsenio Iglesias.
Musim 1995/1996 memang bukan musim yang menyenangkan buat Madrid. Sepanjang musim mereka kewalahan. Madrid bahkan sempat menempati peringkat ke-13 sebelum berakhir di peringkat keenam.
Menjadi Pelatih Utama Madrid
Real Madrid menunjuk John Toshack sebagai pengganti Guus Hiddink pada Februari 1999. Toshack berhasil membawa Madrid dari peringkat ketujuh dan finis di peringkat kedua. Capaian bagus ini yang bikin Toshack kembali dipercaya menangani Madrid pada musim 1999/2000.
Namun, perjalanan Toshack juga tak lama. Usai hanya meraih satu kemenangan di liga sejak pekan ketiga hingga pekan 15, Toshack dipecat. Ia digantikan oleh Del Bosque pada 17 November 1999.
Di bawah Bosque, Madrid tidak berubah menjadi bagus secara drastis. Malah, di musim itu, Madrid cuma finis di peringkat kelima. Akan tetapi, Madrid berhasil menjuarai Liga Champions. Di musim itu pun muncul nama menjanjikan seperti Iker Casillas dan Michel Salgado.
Florentino Perez yang baru terpilih sebagai Presiden Madrid, memilih mempertahankan Del Bosque. Keputusan ini terbukti tepat. Pada musim 2000/2001, Madrid berhasil menjuarai La Liga.
Hal ini tidak lepas dari visi Perez yang mau membentuk Los Galacticos. Del Bosque jelas diuntungkan dari kehadiran Luis Figo yang merupakan salah satu pemain terbaik pada era itu. Ia kemudian mendapatkan Zinedine Zidane di musim selanjutnya. Kepingan Galacticos pun kian lengkap usai Ronaldo masuk ke dalam skuad.
Del Bosque cuma empat musim menangani Madrid. Ia selalu memberikan trofi utama buat Madrid setiap tahunnya yakni Liga Champions pada 2000, La Liga 2001, Liga Champions 2002, dan La Liga 2003. Sepanjang empat musim itu, Madrid selalu mencapai semifinal Liga Champions!
Pelatih yang Dihormati
Del Bosque dianggap sebagai sosok yang sederhana, sabar, dan sederhana. Padahal, Perez ingin membangun wajah tim yang bertabur bintang. Di sinilah letak keberhasilan Del Bosque yang bisa menangani para bintang itu untuk meraih kejayaan. Soalnya, di musim selanjutnya usai Beckham, Michael Owen, Walter Samuel, sampai Jonathan Woodgate masuk, Madrid malah tak meraih gelar utama.
Del Bosque sendiri tidak berperan dari kehadiran para pemain bintang ini. Perez dan Jorge Valdano lebih punya kuasa soal kebijakan transfer, pemilihan skuad, dan sejumlah aspek lain. Sehingga banyak yang menganggap peran Bosque sebagai manajer diminimalkan.
Meski berhasil meraih empat trofi utama dalam empat tahun, tapi Madrid memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak Del Bosque pada 2003. Keputusan ini dibuat hanya beberapa hari usai ia memenangi gelar ke-29 La Liga untuk Madrid dan sepekan usai David Beckham direkrut.
Del Bosque pun ditawari posisi sebagai direktur teknik, tapi ia tolak. Konon, ada perpecahan di dalam tim yang melibatkan Del Bosque dan sejumlah pemain seperti Fernando Hierro dengan Valdano dan Perez. Meski demikian, Perez menganggap kalau Del Bosque sudah kelelahan dan ia percaya kalau Del Bosque bukan sosok yang tepat untuk masa depan Madrid.
Padahal, Bosque dihormati dalam skuad Madrid yang bertabur bintang. Ia hampir tak pernah membuat konflik dengan para pemain. Namun, Perez justru melihat kalau Del Bosque terlalu sederhana untuk Madrid yang bertabur bintang. Maka, ia pun menggantinya dengan Carlos Queiroz yang merupakan mantan asisten Sir Alex Ferguson di Manchester United.
Akan tetapi, Queiroz cuma bisa memberikan trofi Supercopa de Espana pada 25 Juni 2003. Sejak saat itu, Madrid menghadirkan empat pelatih: Jose Antonio Camacho, Mariano Garcia Remon, Vanderlei Luxemburgo, dan Juan Ramon Lopez Caro. Keempatnya tidak bisa memberikan satupun trofi buat El Real. Dari 2003 hingga 2006, Madrid dengan pemain yang bertabur bintang malah puasa trofi.
Di Liga Champions, Madrid juga mengecewakan. Sejak musim 2004/2005, Madrid cuma mencapai babak 16 besar dan selalu tersingkir hingga musim 2009/2010!
Melatih Besiktas dan Hiatus
Del Bosque beristirahat selama setahun usai kontraknya tak diperpanjang Madrid. Ia sempat ditawari menjadi pelatih timnas Spanyol. Soalnya, Spanyol di bawah Inaki Saez tampil hancur lebur di Euro 2004. Karena tidak tertarik, posisi pelatih Spanyol pun diambil oleh Luis Aragones.
Del Bosque justru menerima tawaran dari Turki untuk melatih Besiktas. Sayangnya, ia gagal memenuhi harapan. Dari 25 laga, Besiktas meraih 11 kemenangan dan 11 kekalahan. Pada 27 Januari 2005, kontraknya pun diputus oleh Besiktas. Ia cuma membawa Besiktas di peringkat kelima Liga Turki.
Setelah itu, Bosque menganggur. Setahun kemudian, usai Meksiko dikalahkan Argentina di Piala Dunia 2006, ia ditawari menjadi manajer mereka, tapi ditolak. Bosque tidak melatih tim apapun sejak saat itu.
Pada 2007, Real Madrid mengalami krisis. Bosque sempat buka suara bahwa kepergian Ronaldo adalah kesalahan. Ia pun menjadi kandidat utama untuk menggantikan Fabio Capello. Namun, posisi pelatih Madrid justru diberikan kepada Bernd Schuster.
Puncak Karier Del Bosque di Timnas Spanyol
Keputusan Madrid tidak merekrut Del Bosque justru menjadi blessing in disguise buatnya. Soalnya, Del Bosque dipilih menggantikan Aragones pada 15 Juli 2008. Padahal, Aragones membawa Spanyol menjuarai Euro 2008.
Debut Del Bosque adalah kualifikasi Piala Dunia 2019 dengan mengalahkan Bosnia Herzegovina. Di akhir kualifikasi, Spanyol mencatatkan 100 persen kemenangan!
Uniknya, sejak Del Bosque menangani timnas Spanyol, ia memberi debut buat 38 pemain: Bojan, Andoni Iraola, Fernando Llorente, Diego Capel, Sergio Busquets, Jesús Navas, Diego López, Gerard Piqué, Jordi Alba, Pedro, Pablo Hernández, Borja Valero, Bruno, Nacho Monreal, Víctor Valdés, Álvaro Negredo, Juan Mata, Javi Martínez, Thiago, Manu, Aritz Aduriz, Adrián, Juanfran, Beñat, Iker Muniain, Javi García, Álvaro Domínguez, Markel Susaeta, Koke, Marc Bartra, Isco, César Azpilicueta, Iñigo Martínez, Alberto Moreno, Mario Suárez, Michu, Cristian Tello, Diego Costa, Ander Iturraspe, David de Gea dan Gerard Deulofeu. Sementara Fernando Amorebieta dipanggil tapi tidak tampil.
Pada 9 Juni 2009, dalam laga persahabatan melawan Azerbaijan, Spanyol menang 6-0. Kemenangan ini menjadikannya sebagai manajer pertama dalam sejarah sepakbola yang memenangi 10 laga pertama sebagai debut manajer untuk timnas. Rekor Del Bosque diperpanjang menjadi 13 kemenangan beruntun yang menjadi rekor untuk saat ini.
Puncaknya tentu saja pada musim panas 2010 di Afrika Selatan. Sempat kalah di pertandingan pertama, Spanyol menyapu bersih dua laga selanjutnya. Ciri khas Spanyol di Piala Dunia 2010 adalah main efektif dengan pengaruh besar permainan umpan-umpan pendek ala Barcelona. Maka, tidak heran kalau sejak babak 16 besar, Spanyol selalu menang 1-0 hingga mereka menjadi juara dunia.
Gelar juara ini menjadikan Del Bosque sebagai pelatih tertua yang menjuarai Piala Dunia.
Dua tahun kemudian, di Euro 2012, Spanyol kembali menjadi juara. Puncak permainan Spanyol hadir di final usai mengalahkan Italia dengan skor 4-0.
Sayangnya, capaian bagus ini harus berakhir di Piala Dunia 2014. Spanyol tereliminasi di babak grup usai dibantai 1-5 dari Belanda dan kalah 0-2 dari Chile. Kekalahan dari Belanda menjadikannya sebagai kekalahan terbesar Spanyol sejak 1963.
Del Bosque pun memutuskan mundur dari timnas Spanyol dan pensiun usai hanya mencapai babak 16 besar Euro 2016.