Karius Belum Pantas Disejajarkan dengan Muslera

Uruguay tersingkir dari Piala Dunia usai dikalahkan Prancis dua gol tanpa balas. Dari dua gol tersebut, gol Antoine Griezmann mendapatkan sorotan. Gol ini bermula dari sepakan jauh striker Atletico Madrid tersebut yang gagal ditangkap oleh kiper Uruguay, Fernando Muslera. Muslera seketika menjadi bulan-bulanan.

Blunder tersebut menghadirkan kritikan buat Muslera. Gary Neville bahkan secara terbuka menunjuk Muslera sebagai penyebab kekalahan Uruguay. Malah, sejumlah pihak menyebut blunder tersebut mirip dengan yang dilakukan Loris Karius di final Liga Champions pada Mei silam.

Namun ada yang berbeda dari cara keduanya menanggapi blunder tersebut. Karius secara ekspresif memberikan tanggapannya secara emosional. Di sisi lain, Muslera lebih tenang dan memilih diam. Ini sebenarnya bukan blunder pertama Muslera di pertandingan penting. Ada beberapa blunder yang cukup fatal yang pernah hadir dalam kariernya.

Lahir di Argentina dan Memilih Uruguay

Muslera lahir di Buenos Aires ibu kota Argentina. Namun, karier profesionalnya dimulai bersama Montevideo Wanderers di Uruguay. Saat dipinjamkan ke Nacional, bakatnya dicium sejumlah kesebelasan Eropa seperti Inter dan Genoa. Muslera pun akhirnya berlabuh ke Lazio.

Ada yang menarik dari kepindahan pemain kelahiran 16 Juni 1986 ini. Soalnya, di saat yang sama, ia harus menentukan kewarganegaraannya. Karena lahir di Argentina, Muslera tentu bisa membela timnas Argentina. Yang mengejutkan, ia justru memilih timnas Uruguay. Setelahnya, ia pun mengajukan diri menjadi warga negara Italia.

Di Lazio, ia menjadi bahan perbincangan karena diprediksi hanya akan menjadi cadangan. Soalnya, Lazio juga merampungkan transfer Juan Pablo Carrizo dari River Plate. Akan tetapi keberuntungan masih menyelimuti Muslera karena Carrizo belum punya paspor Uni Eropa. Di sisi lain, Lazio sudah memiliki jatah maksimal pemain non-Uni Eropa yakni Goran Pandev, Aleksandar Kolarov, dan Cristian Daniel Ledesma.

Debut Musler di Lazio terbilang buruk. Dari tiga pertandingan di musim 2007/2008, gawangnya selalu bergetar. Puncaknya saat Lazio menjamu AC Milan di Olimpico. Bukan cuma sekali ia melakukan blunder, tapi empat kali! Blunder ini berujung dengan kalahnya Lazion 1-5. Kekalahan ini juga langsung menggusur Muslera dari pos kiper utama. Gawang Lazio pun dikawal Marco Balotta yang sudah berusia 43 tahun.

Muslera praktis sebagai penghangat cadangan dan hanya turun di beberapa pertandingan Coppa Italia. Satu musim penuh Muslera bahkan hanya 10 kali duduk sebagai kiper cadangan. Posisinya digantikan Tommaso Berni. Laziale bahkan menganggap karier Muslera bersama Lazio telah habis. Di akhir musim Muslera hanya bermain sebanyak tujuh kali.

Momen Kebangkitan Fernando Muslera

Pada musim 2008/2009 Muslera diuntungkan dengan pensiunnya Balotta. Ia memang hanya menjadi pelapis Carrizo, tapi itu tak bertahan lama. Carrizo punya hubungan yang kurang baik dengan pelatih I Biancocelesti, Delio Rossi. Karena perselisihan itu, Rossi lebih memilih Muslera sebagai penjaga gawang utama. Untungnya, Muslera mampu menjawab tantangan tersebut.

Di Coppa Italia contohnya. Muslera tidak tergantikan. Ia bahkan menjadi alasan Lazio bisa juara di musim itu, setelah mengalahkan Sampdoria lewat babak adu penalti. Perlahan, Muslera pun mulai menjadi idola buat Laziale. Musim yang buruk sudah mulai dilupakan oleh para penggemar Lazio. Pada musim 2009/2010, Muslera diberikan jabatan sebagai kapten tim. Gelar Piala Super Italia pun ia rengkuh pada awal musim tersebut.

Penampilan apiknya bersama Lazio membuat Muslera diperebutkan oleh Argentina dan Uruguay. Kesebelasan negara Argentina menggoda Muslera untuk kembali ke tanah kelahirannya karena ia belum memiliki satu caps pun bersama Uruguay.

Mengetahui hal tersebut, Pelatih Uruguay, Oscar Tabarez, langsung memanggil Muslera untuk menghadapi Kolombia di pertandingan persahabatan. Muslera pun diikutkan Uruguay ke Piala Dunia 2010 dan berhasil mencapai babak semifinal. Atas aksinya tersebut, Federasi Sejarah dan Statistik Sepakbola Internasional, IFFHS, memasukkan Muslera ke dalam peringkat ketujuh kiper terbaik di dunia pada musim tersebut.

Pada 2011, Muslera hijrah ke Galatasaray dengan biaya transfer 15 juta Euro ditambah dengan Lorik Cana. Akan tetapi, blunder Muslera masih sering terjadi. Hobinya yang senang bikin tipuan ketika satu lawan satu dengan lawan, sering bikin suporter Galatasaray khawatir.

Sejumlah blunder tersebut tidak menghalangi Muslera untuk dinobatkan sebagai kiper terbaik Turki pada musim 2011/2012. Muslera juga sukses bersama timnas Uruguay usai meraih gelar Copa America 2011 dengan mengalahkan Argentina di babak adu penalti. Ia pun sukses membendung tendangan Carlos Tevez.

Bersama dengan Galatasaray, Muslera menyumbangkan 10 gelar dalam delapan musim. Ia juga sempat dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Liga Turki pada musim 2015/2016.

Menyamakan Karius dengan Muslera

Karius kini sedang dalam sorotan kuat setelah Klopp menyatakan masih memberikan kepercayaan kepada kiper asal Jerman ini. Bagi para penggemar Liverpool tentu ini bukanlah kabar yang baik. Apalagi blunder Karius bisa dibilang sulit diliupakan sejumlah pihak.

Sejatinya Karius bisa meniru Muslera yang kembali bangkit setelah melakukan blunder fatal menghadapi AC Milan, 10 tahun silam. Jelas tidak mudah mendapatkan kepercayaan dari fans. Namun Muslera membuktikan bahwa ia mampu menjawab tekanan tersebut dengan raihan gelar juara. Hal yang mungkin bisa diterapkan Karius di Liverpool.

Kini Muslera akan kembali fokus bersama Galatasaray. Di usia 32 tahun, Muslera masih menjadi buruan sejumlah klub Eropa. Terkahir Watford berminat mendatangkan Muslera dengan mahar 17 juta Paun. Meskipun kerap melakukan blunder, Muslera masih dianggap salah satu penjaga gawang terbaik dan masih bisa bersaing di Premier League. Lalu bagaimana dengan Karius musim depan?